15. He's Taken?

413 44 2
                                    

Zhanghao muncul untuk menjemput Yujin pulang, pada akhirnya. Hanbin baru saja akan pamit terlebih dahulu untuk beristirahat, namun saat ia dan Zhanghao bertemu, energinya seperti kembali lagi.

"Kamu tadi yang bawa Yujin kesini?" tanya Zhanghao sembari menepuki pucuk kepala Hanbin. Hanbin pun buru-buru mengangguk. "Makasih ya. Anakku yang ini emang agak lemah."

"Yah.. harus lebih kamu jagain, Hao. Kasian loh tadi dia sampe collapse kayak gitu. Dia punya asam lambung, kamu nggak pernah bawa dia berobat?"

"Aku pikir nggak perlu. Asam lambung 'kan bukan penyakit menular? Dan nggak akan kambuh kalo dia makannya bener. Dia bener nggak makannya?" Zhanghao menaikkan nada suaranya, seperti tidak terima dengan Hanbin yang menyalahkannya.

Hanbin menatap Yujin dengan iba, sementara Yujin memberinya senyum tabah.

"Aku tunggu di luar. Kalian cepet beres-beresnya," ujar Zhanghao seraya meninggalkan mereka semua di ruangan itu.

"Ben.. sini aku bilangin," Yujin melambaikan tangan mungilnya pada Hanbin. "Mama tuh nggak suka kalo kesannya diguruin kayak gitu. Mending jangan deh.. apalagi kalo menyangkut aku. Emang bener kok, aku sakit karna salahku sendiri. Diiyain aja."

Hanbin mengusap pucuk kepala Yujin tanpa berkata apa-apa lagi, ia juga membantunya duduk di kasur dan melepaskan infus yang menancap di tangannya.

"Sakit, Sayang?" ia mengusap bekas infus Yujin yang mengeluarkan sedikit darah. Yujin menggeleng seraya memberinya senyum tipis. "Kuat kok ya anak tante Hao? Yuk pulang. Gyuvin mau nginep?"

"Maulah!" Gyuvin buru-buru menyahut.

"Dijagain ya, Yujin-nya? Jangan sampe pergi kerja, kalo nggak mau makan kamu paksa."

"Tenang aja, gue bisa kok ngurusin temen gue yang keras kepala ini."


- - - - -


Sesampainya di rumah, Gyuvin menuntun Yujin ke kamarnya dan mengunci pintu.

"Kalo butuh apa-apa, bilang ya sama aku. Biar aku ambilin. Sini, tiduran," ujar Gyuvin. Yujin berbaring di kasur lipatnya, membelakangi Gyuvin yang lantas memeluknya.

"Gyu, aku denger kamu udah jadian ya sama anak kelas sebelah?" Yujin bertanya saat Gyuvin memainkan surainya dan berusaha membuatnya tertidur.

"Kata siapa?"

"Kata Ollie."

"Temen kamu bigos banget sih? Nggak, aku nggak ada apa-apa sama Minji."

"Kamu bahkan langsung tau yang aku maksud siapa. Padahal kalo misalkan iya juga nggak apa," Yujin tersenyum kecut. Ia memutar tubuhnya dan menghadap Gyuvin yang tampak menahan kesal. "Jujur aja sama aku."

"Iya.." Gyuvin mencicit, mengalihkan pandangannya ke samping. "Aku ikutan dare sama anak-anak kelas mereka karna butuh uang tambahan. Tapi aku nggak ada rasa sama dia. You know that it's always been you."

"Oke. Terus.. kapan kamu bakal putusin dia?"

"Nggak tau.."

"So I'm no longer the only one huh? Udahlah, kamu pulang aja. Nggak usah ngurusin aku lagi, aku bisa kok tanpa kamu," Yujin tersenyum kecut.

"Maksud kamu?"

"Kita nggak usah temenan lagi. Aku nggak mau sama orang yang udah mainin perasaan aku."

"Fine. Kalo itu yang kamu mau, terserah. Aku nggak mau berdebat."

Dan begitu saja, Gyuvun pergi meninggalkan Yujin tanpa berbasa-basi lagi. Yujin menangis alih-alih tidur, ia pun memutuskan untuk datang ke tempat kerjanya dan sengaja mengambil double shift hingga pagi tanpa peduli bahwa penyakitnya bisa kambuh kapan saja. Ia hanya butuh pengalihan.



- - - - -


Keesokan paginya, Yujin terlambat datang ke sekolah dan dihukum berlari mengelilingi lapangan. Ia terkejut saat Donghyun tiba-tiba menghampirinya dan merebut tas ransel miliknya dengan segaris senyum.

"Keum.. kok kamu nggak di kelas?" tanya Yujin sembari terus berlari.

"Gue liat lo dihukum dari jendela, jadinya kesini. Tenang, pelajaran pertama gurunya absen," kekeh Donghyun. "Lo kenapa telat? Eh salah nanyanya.. lo tuh kapan sih nggak telat?"

"Aku kerja sampe pagi tadi, cuma pulang buat mandi terus langsung kesini."

"Gila.. baru juga tumbang lo kemaren?"

"I just had to."

Setelah tiga putaran, Yujin masuk ke kelasnya bersama Donghyun. Donghyun bahkan mengantarnya hingga duduk di mejanya, tak lupa membawakan tasnya. Pagi itu, agaknya Yujin harus benar-bener berterima kasih pada pemuda yang selama ini menjadi musuhnya.

"Kamu ada apa sama Donghyun?" tanya Gyuvin setelah Donghyun kembali ke tempat duduknya di belakang.

"Hm? Kamu ngomong sama aku?" Yujin menyahut dengan ragu.

"Emangnya, gue pake aku-kamu ke siapa lagi? Kamu doang 'kan? Nggak usah ngambek gini, nggak lucu," nada suara Gyuvin berubah ketus. "Dan kamu kenapa sampe telat? Kamu pergi kerja?"

"Kalo iya, terus kenapa?" Yujin menaikkan sebelah alisnya.

"Bandel banget sih kamu, nggak kapok ya kemaren? Untung si Ben nggak masuk hari ini. Bisa habis kita sama-sama dimarahin."

"Haha. Udahlah Gyu, nggak usah ajak aku ngomong. Aku 'kan udah bilang, jangan urusin aku lagi."

"Fine. Maaf gue lupa kalo lo sekanak-kanakan ini," Gyuvin mendengus.

"Iya, terserah kamu."





.....tbc


—————


A/N : cie gelut.

18 AGAIN (BinHao / GyuJin)Kde žijí příběhy. Začni objevovat