40. Late Night Conversation

276 24 10
                                    

Yujin's POV


Aku memutuskan untuk mengakhiri kencan mendadak kami di pukul 9, karena kulihat ia sudah sangat lelah menemaniku mengelilingi Myeongdong. Kenapa aku memilih tempat ini? Tentu saja karena disinilah kencan pertama kami bertahun-tahun lalu.

Gyuvin mengambil sebelah tanganku saat kami menaiki tangga stasiun. Aku pikir ia hanya ingin menjagaku, namun ternyata ia tidak melepaskanku bahkan saat kami sampai di pinggir jalan raya.

Kami berjalan ke motelku, dengan tanganku yang digenggam erat olehnya. Tangan Gyuvin besar, dengan jari-jari yang lebih panjang dariku. Seperti yang pernah ia katakan? My hand fits perfectly for his.

Gyuvin menatap punggungku saat aku akan memasuki bangunan motelku, aku bisa merasakannya. Maka aku menoleh sebelum meraih knop pintu.

"Gyu.. do you want to spend the night with me?" ujarku pelan. Sesungguhnya aku sangat malu... tapi aku lebih merindukannya. Aku rindu memanjakannya.

Tanpa kusangka, kali ini ia tidak menolakku. Ia merangkul pinggangku dan menuntunku masuk. Kami menaiki lift menuju kamarku, hanya berdua. Aku bisa melihat bagaimana sesungguhnya ia gugup. Lehernya tegang dan ia tidak banyak berkedip.

Aku sedikit berjinjit dan mengecup pipinya begitu kami sampai di depan pintu kamarku, membuatnya membelalak.

"Come in," bisikku.

"You're not trying to seduce me right now.. are you?" ia mencicit.

Baiklah, itu benar-benar lucu. Kenapa ia bertingkah malu-malu seperti itu?


- - - - -


Gyuvin's POV


Aku memasuki kamar Wei dengan jantung yang berdegup kencang untuk banyak hal yang kurasa saat ini. Malu, gugup, bersalah, dan entah.. rindu? Apakah aku sangat menyedihkan jika aku benar-benar merindukan Yujin-ku hingga aku begitu mudah tergoda dengan orang asing ini?

"Gyu, kamu ganti baju dulu gih. Mana enak tidur pake kemeja kantor. Aku ada kaos yang kebesaran," Wei menyunggingkan senyumnya.

Apa katanya? Ganti baju? Ah.. jadi ia bukan kemari untuk mengajakku...

Wait a sec... did he just say....

"Lo bilang apa tadi?" alibiku. Aku yakin saat ini aku tengah tersenyum bodoh.

"Ngelamun toh? Kamu mau ganti baju nggak? Aku ada kaos buat tidur," ia terkekeh pelan sembari menepuk bahuku.

Sebentar. Jika aku mengenakan kaos, nanti luka-luka di lenganku terlihat dan ia akan khawatir. Tidak tidak...

Aku pun buru-buru menggeleng.

"Lebih suka pake lengan panjang, tapi makasih ya," ujarku. Aku sama sekali tidak berbohong.

"Ohh.. kalo gitu kamu pake aja piyamaku, aku yang pake kaosnya. Tidur pake kemeja tuh nggak nyaman, Gyu," ia menepuk bahuku pelan, lalu membuka ranselnya yang ia simpan di lemari. Ia mengeluarkan setelan piyama dari sana dan menyodorkannya padaku. "Di kamar mandi aja gantinya kalo kamu nggak nyaman. Biar aku ganti disini."

Okay, that's it. Aku mengambil kesimpulan bahwa ia benar-benar bukan mengajakku kesini untuk melakukan 'itu'. Aku tidak jadi merasa berkhianat pada Yujin-ku.

Beberapa menit berlalu, kini kami berbaring berdampingan di kasur yang sempit. Bahu kami saling menyentuh, dan aku mengatupkan bibirku saat Wei tiba-tiba saja menumpukan dagunya di dadaku.

18 AGAIN (BinHao / GyuJin)Where stories live. Discover now