34. His New Look

249 23 7
                                    

Siang harinya, aku berkunjung ke kantor Gyuvin untuk menemaninya. Gyuvin kini sudah melepaskan mimpinya menjadi bagian dari dunia hiburan, ia memilih bekerja korporat selulus kuliah karena lebih bertahan lama. Aku rasa itu keputusan paling bijak yang pernah ia buat.

Sesampainya disana, aku langsung memasuki ruangannya tanpa perlu permisi. Aku duduk di atas mejanya dengan kaki disilangkan, menatap gemas padanya yang berkali-kali mengacak surainya.

"Jangan ditarik.. nanti rambut kamu rontok.." aku mencoba menghentikannya saat ia menarik poninya ke belakang.

"Mau pulang.. capek.." keluh Gyuvin seraya menundukkan kepalanya. Namun, pandangannya berhenti pada bingkai foto di atas meja yang berisikan foto kami. Ia tersenyum simpul, kemudian mengusap wajahku disana. Aku tersenyum malu, sepertinya aku bisa merasakannya di pipiku barusan. Entahlah, aku hanya terlalu berandai.

"Kamu lagi apa sekarang, Yujinnie? Pasti lagi ngetawain aku ya? Bentukanku udah kayak orang gila. Aku tuh benci banget ngitung, tau? Capek banget tiap hari kerjanya ngitungin duit orang," Gyuvin mengadu pada fotoku. Sesungguhnya itu menggemaskan, namun aku merasa sesak.

"I kinda wish you were here. You were really good at Math, I'm such a flop," Gyuvin kini menatap fotoku dengan merengut.

"Aku juga maunya bisa bantuin kamu, tau," protesku. "Kasian gantengnya aku.. capek ya? Pengen banget mijitin punggung kamu rasanya," ucapku lirih.

'Cklek'

Pintu ruangan Gyuvin terbuka, rekannya yang bersurai pirang tampak menghampirinya dengan sebuah berkas yang belum tersentuh. Ia meletakkannya di atas meja Gyuvin sembari menatapnya iba.

"Sori banget.. tapi si Jake tadi izin pulang, katanya nggak enak badan. Ini.. dikasih ke lo kak jadinya.." ujar pemuda itu takut-takut.

"Huf. Untung atasan gue. Tapi nggak juga sih.. abis ini bakalan gue hajar kalo ketemu di luar kantor," gerutu Gyuvin.

"Tanda tanganin doang kok.. udah gue yang periksa. Gue tau lo capek, yang tadi dikasih juga belum kelar," pemuda pirang itu terkekeh.

"Lo doang emang temen gue yang paling pengertian. Mau gue traktir apa abis ini?"

"Nggak usah. Tapi.. gue boleh jemput sepupu lo nggak dari kampus?"

Gyuvin lantas terbahak.

"Lo tiap hari nanya itu mulu.."

"Maksudnya, bener-bener gue yang jemput bukan pake bawa nama lo.."

"Boleh, Niki. Kenapa sih sungkan banget? Sepupu gue emang galak ya?" Gyuvin menaikkan kedua alisnya.

"Agak sih.. dia risih katanya dijemput sama om-om mulu.. maunya sama lo," pemuda yang bernama Niki itu meringis.

"Terus gue apa kalo bukan om juga? Tante?" dengus Gyuvin.

"Emang dianya males kali sama gue. Berjuang tuh emang susah ya..."

"Ya kalo nggak susah namanya bukan berjuang, bocah! Udah ah sana keluar, jangan ganggu gue. Lagi ribet nih."

Gyuvin mengusirnya, dan aku pun menyunggingkan senyumku. Membiarkan diriku berandai bahwa ia melakukannya karena ingin berduaan denganku saja, meskipun ia bahkan tidak bisa melihatku.



- - - - -



Sore harinya, aku mengikuti Donghyun yang menjemput anakku dan pergi ke salon setelahnya. Aku pikir ia hanya akan merapikan rambutnya — seperti yang biasa ia lakukan dua bulan sekali. Namun, ia memilih untuk menggelapkan warna rambutnya.

Aku duduk di mejanya dengan antusias, menggoyangkan kakiku yang tidak sampai menyentuh lantai. Dari awal mengenal Donghyun, aku belum pernah melihatnya dengan warna rambut yang alami. Ini benar-benar hal yang besar. Apa yang ia pikirkan?

Donghyun tersenyum puas setelah rambutnya selesai dibilas, kini tinggal menunggu dikeringkan dan ditata.

"Suka rambut baru Papi nggak, Bunny?" Wonjin bertanya sembari mengusak pipi Jaeyun yang sedari tadi menungguinya di kursi yang lebih kecil.

"Cantik.." Jaeyun meraih kedua pipi Donghyun dengan tangan mungilnya.

"Makasih, sayang. Kamu kecil-kecil udah pinter ngerayu ya? Pasti gedenya kayak Papi nanti," cengir Donghyun.

Aku pun terkekeh. Jaeyun memang pintar sekali merayu. Tapi.. hei, jangan rusak anakku juga!

"Mau di blow aja atau dicatok?" tanya pekerja salon yang bertugas menangani Donghyun.

"Blow aja, dibelah tengah ya."

"Aduh.. makin ganteng aja kamu nanti," keluhku.




💗🐶🐰💗




Donghyun's POV


"Mau tidur dulu, Bunny? Kayaknya kita makannya hari ini bakal lebih malem," tanyaku begitu kami memasuki apartemen Gyuvin. Jaeyun yang berada di gendonganku mengangguk lesu. Ketara sekali bocah itu pun lelah.

"Papi sedih?" cicitnya.

"Hm? Nggak kok.. Papi capek. Sama kayak Jaeyun."

"Bobok," Jaeyun memamerkan cengirannya.

"Sama Jaeyun? Nggak bisa Bunny.. Papi harus masak. Nanti kalo nggak masak, Papa sama Papi makan apa?"

Jaeyun pun mencebikkan bibirnya, benar-benar kebiasaan yang mirip dengan Yujin, mendiang ibunya. Aku tersenyum kecut, lalu mengantarkannya ke kamarnya dan mendudukkannya di kasur.

"Ganti baju dulu ya? Bisa sendiri 'kan?" ujarku seraya berlutut di depannya. Ia pun mengangguk dengan cepat. "Papi masak ya? Bunny mau apa?"

"Pancake daun bawang," Jaeyun menatapku berbinar.

"Nggak bosen, Bunny?" kekehku.

"Nggak. Buatan Papi paling enak," ia menggeleng sembari melebarkan senyumnya.

"Iya deh iya.." aku membuka lemarinya dan mengambilkan setelan piyama. "Nih baju Bunny. Langsung ganti ya, kita kotor loh dari luar."

"Oke Papi!"

Aku pun meninggalkan kamarnya dan pergi ke ruang tamu. Mengusap wajahku kasar saat pandanganku bertemu dengan cermin di depan pintu. Aku merasa asing dengan wajahku yang berbingkai surai kelam, namun aku menyukai lebih daripada penampilanku beberapa tahun belakangan ini.

Terakhir kali rambutku berwarna hitam adalah sebelum Pak Yunseong menjadikanku mainannya dan membuatku mewarnainya sesuai yang ia mau. Sesungguhnya, dulu aku begitu menyukai rambut hitamku dan aku sempat menolaknya. Namun, lama-kelamaan aku menjadi terbiasa dengan warna-warna yang terang meski tidak mencolok.

Jam telah menunjukkan pukul setengah 6, sebaiknya aku mulai memasakkan makan malam kami. Aku berjalan menuju dapur sembari merutuki cuaca yang tiba-tiba saja mendung. Sebentar lagi pasti turun hujan, dan Gyuvin tidak pernah membawa payung. Berarti, aku harus menjemputnya juga di halte.

Astaga! Merepotkan sekali bocah itu.






.....tbc

—————

A/N : aku lupa bilang, ini udah masuk season 2 ya

18 AGAIN (BinHao / GyuJin)Where stories live. Discover now