chapter 4

9.3K 750 17
                                    

Biru sedang asyik duduk diteras, sesekali menyapu dan melihat sekeliling rumah, sudah 2 hari ibu ranti pulang kampung karena sedang sakit dan sudah 2 hari ini juga biru mengerjakan semua tugas yang biasanya ibu ranti kerjakan.

Beda dengan kedua pelayan lain, kedua pelayan itu sepertinya tak menyukai adanya biru dirumah itu, bahkan biru pernah dikerjai karena kedua maid itu sengaja tak mengerjakan tugasnya dan dua maid itu malah mengadukan pada kamila bahwa biru melarang mereka, berakhir dengan biru yang dihukum oleh kamila, makanya biru tak mau berurusan lagi dengan kedua maid itu, biru lebih memilih menyendiri, karena biasanya dirinya lebih sering berinteraksi dengan ibu ranti.

Suara motor memasuki gerbang, biru menoleh dan mendapati Gara dan Bara yang baru saja pulang kuliah, namun ada yang beda dari kepulangan kedua anggota atmajaya ini, karena masing-masing dari mereka membawa seorang wanita dijok belakang.

Biru segera meletakan sapu lidinya, dan berjalan kearah pintu utama, bermaksud untuk menyambut kedatangan majikannya yang membawa tamu itu.

"selamat siang mas Gara dan mas Bara, mau saya buatkan makan siang sekarang?"tanya biru sopan pada sikembar.

"lo ngga liat kita bawa temen?" marah Bara karena merasa biru tak tau waktu, kebiasaan gara dan bara tidak akan makan jika sedang ada teman-temannya dirumah, karena mereka biasa delivery.

"dia siapa? nawarin bikinin makan siang, pembantu ya?" tanya vika sambil tersenyum remeh.

"dati tampangnya sih iya" gita terkekeh.

"ngga usah diperduliin, ayo masuk"ajak bara kepada kedua wanita itu.

"siapin minum sama cemilan, gue sama temen-temen gue mau ngerjain tugas" perintah gara dengan suara datar.

"maaf mas gara, ibu ranti sedang pulang kampung, dan belum sempet belanja, jadi belum ada cemilan dirumah" ujar biru pelan.

"lo ngapain aja dari pagi? udah tau bi ranti pulang lo ngga ngelakuin tugas belanja dia sekalian?" gara mulai marah.

"kerja kok males-malesan, gue aduin tante lo" ancam gara yang membuat biru langsung gelagapan.

"mas gara maaf, jangan laporin hal ini sama bu kamila, saya belikan sekarang ya cemilannya, mas gara sama temennya mau apa?" tanya biru dengan raut ketakutan, biru hanya tak mau diberi hukuman dan berakhir tidak makan seharian.

"lo takut sama tante gue? bagus deh, biar buat ngancem kalo lo males-malesan lagi, belin apa aja yang biasa bi ranti beli, buruan" perintah gara lagi.

"mas, jangan aduin saya, saya mohon" biru masih belum tenang.

"makanya kerja jangan males, makan gaji buta? cepetan ke supermarket, ngga pake lama" ucap gara ketus.

"baik mas gara, sekali lagi saya minta maaf" ucap biru pelan.

✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨

Biru sudah kembali dari berbelanja, dirinya membeli cukup banyak makanan karena takut tidak cukup, lebih baik lebih dari pada kurang bukan?

Biru juga sudah selesai membuatkan es jeruk untuk kedua atmajaya dan juga dua teman wanita mereka, wanita berambut panjang itu bernama vika sedangkan wanita berambut pendek itu bernama gita, kedua wanita itu selain teman kelas gara dan bara, mereka berempat juga berteman baik, biru dengan hati-hati meletakan es jeruk itu pada meja, dan keempat orang disana tak ada yang mengucapkan terimakasih.

"pembantu lo namanya siapa?" tanya gita pada sikembar.

"tanya aja sama orangnya, ngga penting amat" gara berujar cuek.

"siapa nama lo?" tanya gita pada biru.

"nama saya biru" jawab biru lirih.

"ok biru, gue gita, bisa ambilin buah ngga?, biasanya bi ranti bavwain
kita buah" gita menunjukan senyum palsunya.

"mending lo banyak belajar deh sama bi ranti, biar kalo ditinggal pulang lagingga kaya orang bego, apa-apa ngga ngerti" marah gara pada biru.

"baik mas gara, saya permisi kebelakang" pamit biru sopan.

Setelah kepergian biru kedapur, terdengar gita dan vika tertawa, vika tertawa kencang karena gita hanya mengarang, kedua wanita ini memang sering main kerumah mewah itu dan bi ranti mengenalnya, tapi bi ranti tidak akan membawakan buah kalau tidak ada yang meminta.

Dan gara hanya ingin membuat gita puas karena berhasil mengerjai biru, makanya gara mengomeli biru tadi, biru sudah meletakan buah dimeja beserta dengan pisaunya, namun ketika akan kembali kebelakang, suara vika menghentikan biru.

"masa tamu disuruh motong buah sendiri, lo emang seneng dimarahin ya?" vika melipat tangannya didada.

"maaf kak, saya pikir kalian hanya minta diambilkan" jawab biru memberi penjelasan.

"bener sih kata gara, nih orang bego banget, apa-apa ngga ngerti" ejek gita dengan diselingi tawa.

Biru cukup merasa sakit hati karena
ejekan yang terus saja ia terima,
namun dirinya juga tak bisa marah,
biru takut gara benar-benar
melaporkannya pada kamila dan
berakhir dirinya yang dihukum.
Biru duduk disisi soffa lalu mulai
memotong apel yang ia sempat bawa
tadi, namun sepertinya biru masih
memikirkan ucapan-ucapan buruk
yang ia terima makanya biru sesekali
melamun, hingga pisau yang ia
gunakan menggores jarinya, biru
reflek berteriak, membuat keempat
orang yang ada disana menoleh cepat,
ternyata jari biru mengeluarkan
banyak darah.

Keempat orang itu memperhatikan
biru yang berjalan kearah sebuah
lemari kaca dan mengambil kotak
obat, biru segera mengobati jarinya
dan berusaha menghentikan darah
yang terus keluar, bukannya merasa
bersalah gita dan vika malah
memandang piring apel itu jijik,
karena apel-apel itu juga terkena
darah milik biru.
Setelah selesai mengobati lukanya,
biru berjalan lagi kesoffa dan
mengambil apel yang sudah terkena
darah tadi, lalu membawanya
kembali kedapur.

"pembantu tapi ngapa-ngapain ngga becus, kok lo mau sih nerima dia kerja disini?" tanya vika pada bara.

"tante gue yang bawa kesini, padahal ngga perlu perlu amat, apalagi kerjanya ngga bener" jawab bara sambil menatap biru malas.

"haha orang kampung kali, masa motong buah aja ngga bisa, gue sih harap kalo gue main kesini lagi tuh orang udah dipecat" ejek vika lagi.

"setuju banget haha" gita tertawa mendengar ucapan vika.

Biru mendengar semuanya, saat hendak mengantarkan apel yang sudah diganti tadi, bagaimana vika dan gita secara terang-terangan bersikap tak suka padanya, biru meremat ujung sweater yang ia pakai lalu memejamkan matanya, berusaha mengontrol emosi, walaupun nyatanya ia ingin sekali menangis karena terus saja mendapatkan makian dari orang lain, bahkan orang yang belum mengenal biru sama sekali.

Apel yang sudah ia potong tadi ia letakkan dimeja dan tanpa berpamitan, biru langsung meninggalkan keempat orang itu, biru hanya ingin melanjutkan acara menangisnya dikamar yang ia tempati itu, sambil berdoa agar gara tak benar-benar melaporkannya pada kamila, biru tak mau mendapat hukuman lagi.

TBC!!

Give me feedback please🤗

ATMAJAYA'S (Haechan Harem) Where stories live. Discover now