chapter 5

9.5K 726 8
                                    


Waktu sudah menunjukan pukul 10 malam, biru juga sudah selesai mengerjakan pekerjaannya, tentunya dengan kamila yang terus mengawasinya lewat cctv, apalagi bi ranti belum bisa datang kembali kerumah mewah itu.

Sebenarnya sedari tadi biru sedikit khawatir karena anggota atmajaya yaitu marko, tidak ikut makan malam bersama dirumah, padahal tidak biasanya marko begini, biru hendak bertanya pada anggota atmajaya yang lain juga tak enak karena mereka masih belum dekat.

Biru berfikir mungkin marko akan pulang tengah malam nanti, maka dari itu dirinya tak ingin tidur terlebih dahulu, biru pikir marko akan meminta makan jika sudah pulang nanti.

Kegiatan biru jika semua pekerjaannya sudah selesai pasti langsung mandi lalu biru akan kedapur untuk membuat teh hangat lalu membawanya kebalkon kamarnya, biru sangat suka memandang langit, apalagi jika langit itu terdapat sekali bintang.

Mungkin bagi sebagian orang menatap langit dan menghitung bintang adalah hal yang akan membuang waktu, tapi tidak untuk biru, biru sangat suka menghitung bintang, karena jika ada salah satu bintang yang terjatuh, biru akan merapalkan doa, doa agar ibu dan anak-anak panti selalu bahagia. 

Saat biru ketahuan oleh kamila berada dihalte bus dekat dengan kantor jero, dirumah itu kamila mengatakan tidak akan segan menggusur panti dan membuat orang-orang dipanti menderita, jika biru tak menurut padanya atau mencoba kabur, makanya biru sangat takut pada kamila, biru tau kamila orang yang sangat berkuasa, biru hanya tak mau kamila benar-benar akan menghancurkan panti, karena biru juga tau tak ada yang tidak bisa kamila lakukan, karena kamila memiliki banyak uang.

Biru bisa saja kabur dari rumah itu karena disiang hari, dirumah mewah itu hanya ada satpam, supir dan juga kedua maid lain, biru bisa saja berbohong ingin kesupermarket dan pergi meninggalkan rumah itu lalu pulang kepanti asuhan.

Tapi lagi-lagi biru memikirkan resiko terbesar jika ia melakukan itu, biru akan lebih menderita nantinya karena kamila tidak akan segan merusak panti yang selama 23 ia tinggali, makanya biru tak pernah mau mencoba kabur, biru hanya berfikir dirinya bukan apa-apa dibanding dengan kamila yang memiliki segalanya.

Sibuk melamun sambil menatap langit, suara klakson mobil terdengar dari arah gerbang, biru segera keluar dari kamarnya dan menuju pintu utama, biru berfikir mungkin itu mobil marko yang datang, namun saat seseorang keluar dari mobil itu biru mengernyit bingung, biru tak mengenali orang itu.

Namun lelaki yang biru perhatikan tadi berjalan kesisi pintu mobil yang lain dan menuntun seseorang, dan orang itu adalah marko, biru berjalan cepat mendekati mobil dan menawarkan membantu memapah tubuh marko yang tak sadarkan diri, tapi lelaki yang memapah marko tadi menolak.

"ngga usah bantu, marko berat, btw lo siapa? gue baru lihat lo dirumah ini" ucap pria itu pada biru.

"namaku biru, aku emang baru beberapa minggu ini tinggal disini, maaf kak, mas marko kenapa ya? kok sampai kaya gini?" tanya biru sopan.

"tadi anak-anak kantor ngajakin minum makanya marko mabok, udah biasa kok dia kaya gini, tolong buka pntu kamar marko ya? biar gue bawa dia kekamar" ujar pria itu memberi penjelasan.

"iya kak eum ......." biru bingung harus memanggil apa.

"nama gue zaki" pria itu memperkenalkan diri.

"eh iya, mari kak zaki" ucap biru pelan.

Tubuh marko sudah dibaringkan keatas kasur, zaki tersenyum karena biru sigap melepaskan sepatu dan kaos kaki yang marko kenakan, sebenarnya zaki ingin sekali bertanya biru itu siapa dan mengapa ada dirumah mewah itu, namun zaki sedikit canggung karena mereka baru saja berkenalan tadi.

ATMAJAYA'S (Haechan Harem) Where stories live. Discover now