Chapter 80

3.4K 336 8
                                    


  Sore hari, satu persatu anak atmajaya pulang dari kegiatan masing-masing, Kini mereka sedang berkumpul di ruang tamu untuk sekedar meminum teh dan kopi.

Perhatian mereka teralih pada bara yang sedang menuruni tangga dengan menggendong biru, biru terlihat menyembunyikan wajahnya pada leher bara, jero bergeser dan membiarkan bara duduk disebelahnya, masih membiarkan biru duduk dipangkuannya.

"mau duduk sendiri" pinta biru dengan suara manjanya.

Bara tersenyum lalu dengan perlahan menaruh biru disamping dirinya, Jero yang melihat lutut kekasihnya menggunakan plaster pun, menjongkokan tubuhnya, melihat mengapa lutut itu bisa terluka.

Sedangkan biru, dirinya sedang waswas karena takut jero memarahinya, sisulung atmajaya itu pasti banyak bertanya, rasanya biru belum siap untuk diomeli.

"ini kenapa lututnya?" tanya jero menatap biru penuh tanya.

"jatuh dari tangga hehe" biru menyengir untuk menutupi rasa takutnya.

"gimana bisa? kamu ngapain bisa sampe kaya gini?" tanya jero menatap biru tajam.

"mas baraa" rengek biru yang mengharap bara membantu menjelaskan.

"bar, jelasin" pinta jero dengan suara datarnya.

"jatuh dari tangga bang, ngeganti lampu katanya" bara menyengir saat melihat biru meremat tangannya.

"sayanggg, kok bisa sampe ngeganti lampu segala sih, kan bisa nanti kalo kitaudah pulang" begitu mendengar nada marah dari ucapan jero, biru menunduk takut.

"mas jero jangan marah-marah" ucap biru pelan.

"ya gimana ngga marah, lutut kamu luka loh, sampe digendong kaya tadi sama bara" jawab jero masih mengomel.

"ini ngga parah kok mas jeroo" biru menjawab dengan suara lirihnya.

"ngga parah tapi nangis nya ngga berhenti-berhenti" ucap bara sambil menyengir yang membuat biru merutuki mulut kekasihnya itu.

"tuhkan sampe nangis, tangga yang dimana sih?" tanya jero yang sudah merasa emosi.

"ditaman belakang" jawab biru ragu.

Jero pergi begitu saja, membuat mereka yang disana mengernyit heran, dan setelah beberapa saat, mereka melihat jero membawa tangga itu kehalaman rumah, gara berdiri dari duduknya dan melihat apa yang jero lakukan.

Ternyata jero membawa tangga untuk ia buang ketong sampah besar didepan gerbang rumah mereka, gara hanya menggeleng pelan, jero sepertinya marah karena tangga itu sudah menyakiti kekasih cantiknya, gara kembali duduk saat melihat jero akan kembali masuk kedalam rumah.

"ngga usah ngide ngapa-ngapain sendiri, kalo ngebahayain kamu kaya gini" marah jero lagi.

"maafin akuu" biru semakin menunduk sedih.

"tapi lututnya doang yang luka kan sayang?" tanya gara dengan suara lembutnya.

"iya mas gara" biru mengangguk pelan.

"pasti cepet sembuh kok, yang penting ngga usah dibawa ngapa-ngapain dulu" ucap marko mencoba untuk meredam emosinya, pasalnya sedari tadi dirinya juga menahan marah.

"iya mas marko" jawab biru pelan.

"aku ngga mau ya lihat kamu luka lagi kaya gini, kesel banget lihat kesakitan kaya gitu" omel jero lagi.

Biru hanya terdiam sambil menatap jero yang masih mengeraskan rahangnya karena kesal, jero tak suka melihat kesayangannya sakit, jero tidak suka kesayangannya menangis, jero tidak suka itu.

Saat sedang bertukar tatap dengan savian, savian langsung mengalihkan pandangannya, biru tau savian sama khawatirnya, tapi mungkin savian tidak mau menunjukan itu, biru pun hanya menghela nafas pelan.

"oh iya, kalian udah laper? mau aku masakin sekarang?" tanya biru mencoba mengganti topik.

"jangan coba-coba masuk dapur ya biru atmajaya, kamu mau mas makin marah ya?" jero semakin kesal saja.

"ini udah ngga papa kok mas jero, masak doang mah aku masih bisa" biru menggaruk tengkuknya.

"udah ngga mau nurut? mau bandel? mau kakinya makin sakit? iya??" jero terus saja mengomel membuat kekasih kecilnya itu hampir menangis.

"udah bang, jangan diomelin terus, ntar ngambek aja" peringat gara pada yang tertua.

"hnggg, ngga suka dimarahin, ngga mau hiks" akhirnya menangis juga.

"marah marah terus, lututnya sakit mau disayang, bukan dimarahin, ngga mausama mas jeroo!! nakall!" biru berteriak kesal kearah jero.

"Ssstt, ngga papa sayang,bang jero kan khawatir, bukan maksud galak kokk" ucap bara sambil mengusap paha biru sayang.

Biru memiringkan duduknya, menghadap bara lalu memeluk tubuh kekasih kekarnya itu, bara hanya terkekeh dan mendekap tubuh biru yang mulai menangis, jero mengusap wajahnya kasar, pasti kekasih cantiknya itu tidak suka diomeli, tapi jika tidak begini, biru akan tetep ngeyel.

Marko mendekat kearah biru yang masih memeluk bara sambil menangis, marko berlutut dan mengecup lutut biru dengan sayang, hal itu membuat biru menoleh lalu mengucek matanya yang dipenuhi air itu, biru memanyunkan bibirnya lalu merentangkan tanganya, marko dengan gemas segera menggendong tubuh kecil itu lalu membawanya untuk pergi dari ruang tamu itu.

Sedangkan yang disana hanya menghela nafas karena pasti biru akan ngambek pada jero, biarlah nanti jero memikirkan cara membujuk kekasihnya itu, biaralah marko yang menengangkan biru terlebih dahulu dan menasehati agar biru tak ceroboh lagi, setidaknya biru tidak akan melakukan apapun sendiri dan membuat anak itu tetap aman.


TBC!!!

ATMAJAYA'S (Haechan Harem) Where stories live. Discover now