Chapter 39

5.9K 524 14
                                    

  Savian masih dengan khawatirnya menunggu biru diperiksa, tadinya biru sudah mau minum obat dan savian berfikir demamnya akan segera turun, namun baru beberapa menit tertidur, biru sudah menangis karena mengeluh kepalanya yang terasa sangat sakit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

  Savian masih dengan khawatirnya menunggu biru diperiksa, tadinya biru sudah mau minum obat dan savian berfikir demamnya akan segera turun, namun baru beberapa menit tertidur, biru sudah menangis karena mengeluh kepalanya yang terasa sangat sakit.

Biru meraung karena matanya yang terus berair disebabkan oleh demamnya yang terlalu tinggi, biru juga merasa tak nyaman karena savian bisa merasakan itu, sebab waktu dimana savian memeluk tubuh kecil itu, biru terus saja bergerak, seperti berusaha mencari posisi nyaman.

Setelah mengabari keempat abangnya tadi, hanya 3 yang membalasnya digrup, mungkin kelas bara belum selesai, savian kembali duduk diruang tunggu dan menanti dokter yang memeriksa biru keluar dari ruangan pemeriksaan.

Beberapa saat menunggu sang dokter akhirnya keluar, savian dengan perasaan khawatir bertanya trntang keadaan biru, dan dokter menjawab demam yang biru alami adalah karena efek dari biru berada terlalu lama disuhu dingin, dan biru memiliki kelemahan untuk itu dan dokter mengatakan biru butuh diinfus untuk mengembalikan cairan tubuhnya agar demamnya segera turun.

  Biru sudah dipindahkan keruangan pribadi 15 menit lalu, dan dokter menyarankan untuk tidak boleh di jenguk dahulu sampai biru bangun dari tidurnya. Jero, Marko dan juga Gara sudah sampai dirumah sakit, mereka bertiga datang disambut dengan wajah savian yang sudah sembab, mungkin si bungsu habis menangis.

Jero duduk disebelah savian dan mengelus punggung savian sayang, berusaha memberi tau savian kalau biru akan baik-baik saja.

"vian panik banget soalnya biru nangis terus, ternyata demamnya ngga turun turun, makanya vian bawa kesini" ucap vian penuh kekhawatiran.

"vian pulang dari sekolah jam berapa? pas vian pulang biru udah demam?" tanya jero pelan.

"vian pulang jam 1 siang, biru udah sakit dari pagi, bang bara udah sempet manggil dokter dan udah nebus obat juga, tapi kayaknya obatnya kurang cocok sama biru" savian ingat bagaimana biru yang terus menangis.

"its oke, vian jangan nangis, biru pasti
bakalan cepet sembuh" jero mengusak rambut vian pelan.

"tapi tadi biru nangis terus bang, sempet ngigo juga katanya pengen ketemu orang tua kandungnya" ujar savian dan membuat ketiga abangnya tertegun.

"vian ngga tega lihat biru kaya tadi, pas vian bawa kesini juga udah merem mulu tapi sambil nangis" savian ingat kagi bagaimana dirinya panik saat kondisi biru begitu memprihatinkan.

"dokternya ngomong apa, soal keadaan biru?" tanya marko lirih.

"katanya biru terlalu lama dalam keadaan dingin, biru punya imun yang rendah makanya gampang sakit kalo kedinginan" ujar savian menjelaskan.

Penjelasan savian membuat ketiganya bingung, sama seperti bara pada awalnya mereka kebingungan karena bahkan kamar biru tidak memakai AC, bagaimana anak itu bisa kedinginan?

Dan dari ketiga yang sedang kebingungan, ada gara yang tertegun karena perasaan bersalahnya, gara menyadari bahwa biru seperti ini karena ulahnya, gara yang sudah membawa biru keluar malam-malam dan mereka bahkan sampai berjam-jam berada dicaffe waktu itu.

"bang, kayaknya ini salah gue deh" gara berujar pelan.

"kok salah lo?" tanya marko bingung.

"semalem gue ajak biru keluar, mungkin karena ini biru jadi kaya gini sekarang" ujar gara lagi.

"bang, gue merasa bersalah banget,
gue cuma mentingin diri gue sendiri sampe ngga tau kalo biru ngga bisa
kena dingin terlalu lama" gara menatap keriga saudaranya sendu.

"sekarang bukan waktunya nyalahin diri lo sendiri, kita harus fokus sama kesembuhan biru, yang penting sekarang kita udah tau biru ngga bisa kena,dingin terlalu lama, jadi bisa kita jadiin pelajaran" ujar marko menasehati.

"lain kali kita ngga boleh kecolongan, sebisa mungkin kita tau apapun
hal yang berkatan sama biru, jadi biru ngga akan lagi ngerasain sakit atau dalam bahaya" ujar si sulung atmajaya.

"kita udah janji akan jaga dan bahagiain biru, jadi kita harus tepati itu" jero berujar tegas.

Setelah mendengar ucapan dari yang tertua, mereka semua mengangguk, menanamkan dalam pikiran dan hati mereka bahwa mulai sekarang biru adalah prioritas yang harus diutamakan, mereka tidak boleh lengah karena mungkin masih banyak hal yang mereka belum tau tentang biru.

Gara bangun dari duduknya, menatap biru yang masih tertidur dibrankar rumah sakit itu dari kaca pintu, ingin rasanya gara memeluk tubuh kecil pucat itu dan meminta maaf sebanyak-banyaknya, karena sudah membuat biru mengalami hal ini.

   Belum lama gara perhatikan, gara melihat tubuh biru yang mulai bergerak, gara tersenyum karena tau biru akan bangun dari tidurnya, dan benar saja, biru membuka matanya dan menatap sekitar ruangannya yang tak ada siapapun orang disana.

Gara memberi tau ketiga saudaranya bahwa biru sudah terbangun dan gara lebih dulu masuk kedalam ruangan itu dan memencet tombol untuk memanggil dokter, supaya bisa memeriksa lagi keadaan biru saat ini.

Dokter sudah selesai memeriksa, bersyukur karena demam biru sudah mulai menurun walaupun dari suhu 40° kini tubuh biru sudah dalam suhu 38°, tapi itu cukup menggembirakan karena itu artinya biru sudah mulai membaik, walaupun mereka juga tidak tau apa yang akan tubuh biru rasakan lagi nantinya.

Dokter juga mengatakan biru harus dirawat kurang lebih 2 hari untuk memastikan bahwa biru benar-benar sembuh nantinya, dan anak-anak atmajaya setuju, karena tau ini demi kebaikan biru.

Biru hanya mengerjapkan matanya berkali-kali tanpa berniat berbicara, mungkin biru masih terlalu lemas, keempat anak atmajaya itu berdiri mengelilingi brankarnya dan menataonya khawatir, hal yang biru tak suka adalah ketika melihat savian, sibungsu itu terlihat sedang menahan tangisnya.

Biru mengulurkan tangannya kearah savian, savian yang paham pun segera memeluk tubuh yang lebih kecil darinya itu, dan benar, savian langsung terisak pelan sambil memeluk tubuh biru erat.

"jangan nangis, aku ngga papa" biru berusaha tersenyum.

"aku khawatir banget pas lihat kamu kaya tadi please sembuh biru, aku ngga suka lihat kamu sakit" savian berujar lirih membuat biru merasa disayang.

"ini kan udah dirumah sakit, sebentar lagi pasti aku sembuh" ujar biru meyakinkan savian.

"biruu, aku minta maaf" gara mengelus tangan biru yang tak dipasang infus.

"aku ajak kamu keluar malem malem padahal kamu ngga bisa kedinginan
terlalu lama, maaf biru" ujar gara lagi.

"mas gara ngga perlu minta maaf, kan mas gara ngga tau kalo aku ngga bisa kena dingin lama-lama, aku juga salah karena maksain diri buat nemenin mas gara, dan sekarang aku sakit kaya gini, jadi ngrepotin kalian" biru menatap keempatnya sendu.

"jangan bilang kamu ngerepotin, kita khawatir banget lihat kamu pucet dan sakit kaya gini, cepet sembuh ya?" ujar jero sambil tersenyum.

"setelah pulang dari sini kamu harus list semua hal tentang kamu, kita mau tau apa aja tentang kamu, biar kejadian kaya gini ngga terjadi 2 kali" imbuh marko sambil menatap biru lekat.

"maaf udah bikin kalian khawatir" ujar biru merasa bersalah.

"terimakasih kalian selalu perduli sama aku, aku janji ngga akan sakit lagi" biru tersenyum manis.

  Mereka berempat bergantian memeluk biru, menghirup tubuh biru yang menenangkan, mereka benar-benar tidak mau kalau sampai biru sakit lagi, dan mereka akan pastikan setelah ini tak akan lagi melihat biru yang seperti ini.

Mungkin setelah ini mereka akan jujur pada biru mengenai perasaan mereka masing-masing, agar mereka lebih mudah menjaga biru dan memberi afeksi penuh pada biru, supaya biru tau bahwa mereka mencintai biru dengan tulus.

TBC!!!

ATMAJAYA'S (Haechan Harem) Where stories live. Discover now