Chapter 71

3.3K 346 8
                                    


Hari ini paris diguyur hujan, waktu masih menunjukkan pukul 8 pagi, anak-anak atmajaya masih bergemul dengan selimut masing-masing, kecuali satu orang yang saat ini sudah bangun.

Marko duduk sambil mengucek matanya, mengedarkan pandangannya dan menyadari bahwa diluar sedang hujan, marko turun dari kasurnya dan berjalan menuju kamar mandi, marko akan mandi terlebih dahulu dan akan mencari sarapan didapur karena perutnya merasa lapar.

Begitu selesai mandi, marko berjalan menuju dapur, tak ada makanan apapun yang bisa marko makan disana, rasanya perutnya semakin merasa lapar, memang disana sudah disediakan cheff, namun cheff disana hanya akan memasakkan makan malam, karena biasanya untuk sarapan dan makan siang anak-anak atmajaya akan delivery.

Marko menghela nafas dan berakhir hanya meminum air, dikulkas masih ada telur yang tersisa, tapi marko bahkan tak bisa memasak sama sekali, marko memutuskan untuk kekamar yang biru gunakan untuk meminta tolong, karena perutnya benar-benar merasa lapar sekarang ini.

Marko masuk kedalam kamar itu tanpa mengetuk karena takutnya biru masih tidur dan suara ketukan pintu akan mengganggu pujaan hatinya itu, namun ketika sudah masuk, marko diperlihatkan dengan biru yang sedang berdiri didepan jendela besar kamarnya, anak cantik itu sudah memakai jaket, namun masih merasa dingin.

Marko berjalan mendekat dan mendekap tubuh mungil itu dari belakang, biru yang sedikit kaget pun menolehkan kepalanya dan tersenyum saat mendapati marko lah yang sedang memeluk dirinya, biru taruh tangannya diatas tangan marko yang melingkari perutnya, dan mereka semakin mengeratkan pelukan itu.

"sayangku dingin ya?" tanya marko lalu mengecup bahu biru sayang.

"ngga terlalu kok mas, ini kan udah pakai jaket" jawab biru dengan nada lembutnya.

"sayang, mas boleh minta tolong ngga?" tanya marko masih memeluk biru dari belakang.

"minta tolong apa mas?" tanya biru.

"mas laper banget, tapi roti tawar yang di dapur udah habis" ujar marko memanyunkan bibirnya.

"duhh kasian banget sihin, siganteng laper ya? ayo aku bikinin nasi goreng" biru berujar dengan penuh kasih sayang.

"maaf ya ngerepotin, lagi liburan kaya gini, mas malah nyuruh kamu masak" ucap marko menatap biru sendu.

"jangan ngomong gitu, aku bisa masak dimanapun kalau emang kalian butuh" jawab biru mengelus rahang marko.

"hehe makasih sayangnya mas" marko tersenyum manis.

Biru mengangguk dan tersenyum manis, menggandeng tangan marko untuk berjalan menuju dapur, biru meminta marko untuk duduk dibangku meja makan, sedangkan dirinya mulai menyiapkan bahan-bahan untuk membuat nasi goreng.

Marko terus saja tersenyum sambil memperhatikan biru yang terlohat bolak-balik, biru sudah resmi menjadi anak atmajaya walaupun mereka belum menikah, tapi biru sempat mengatakan bahwa diberi cincin tanda pemilik anak atmajaya saja biru sudah merasa dihargai, dan biru tidak ingin meminta untuk dinikahi dalam waktu dekat ini.

"kamu pinter masak, untung ngga kerja jadi cheff" ujar marko yang mengajak biru mengobrol sambil memasak.

"haha emangnya kenapa kalo jadi cheff?" tanya biru sambil terkekeh.

"kalo kamu kerja jadi cheff kita ngga akan ketemu, keluarga atmajaya ngga akan ngerasain punya pacar cantik yang pinter masak dan nyenengin kaya kamu" ucap marko sambil terus tersenyum.

"haha bisa aja mas mah" biru sebenarnya sedikit tersipu.

"oh iya sayang, kan kamu pernah bilang kalo hubungan kita ngga papa kaya gini aja, emangnya kamu ngga pengen nikah?" tanya marko tiba-tiba membahas ucapan biru dimana biru dilamar malam itu.

"bukan ngga pengen sih, cuma emang ngga usah terlalu buru-buru, lagian hubungan kita udah sampai tahap ini aja, kalian udah nunjukin kalo kalian bener-bener serius sama aku" ujar biru sambil sesekali mengaduk nasi goreng yang sedang ia masak.

"diumur 23 ini juga aku rasa masih terlalu muda kalo nikah sekarang, aku belum punya persiapan yang mateng" imbuh biru lagi.

"kalo kita semua nikah nanti, adopsi 5 anak biar satu daddy punya satu anak ya sayang?" pertanyaan random dari marko lagi-lagi membuat biru tertawa.

"haha kamu gemes banget sih mas, kita bahkan belum bicarain pernikahan, udah bahas anak aja" biru mssih terus tertawa.

"ya kan ngga papa diomongin dari sekarang, siapa tau beneran kejadian nantinya" ujar marko lalu menyengir.

"haha iyaiya, ini udah jadi nasi gorengnya, makan yang banyak ya ganteng" ucap biru dengan nada riang.

"thank you cantik, kamu makan juga kan?" tanya marko pelan.

"iya sayang" biru tersenyum manis.

"masakan kamu selalu enak, seperti biasa, makin cinta deh sama kamu" ujar marko setelah menyuapkan nasi goreng itu.

"jangan gombal mulu ish" omel biru kesal.

Marko terkekeh mendengar omelan biru barusan, marko kembali memakan nasi goreng itu hingga habis, setelahnya marko berjalan menuju wastafel mendekati biru yang sedang mencuci piring, marko taruh piring itu lalu memeluk biru yang masih sibuk mencuci piring, biru hanya tersenyum manis melihat kelakuan marko.

"sehabis pulang liburan ini kan kamu udah mulai kuliah, keperluannya udah kebeli semua?" tanya marko pelan.

"udah kok mas" jawab biru.

"kamu ambil fakultas apa yang?" tanya marko lagi.

"aku ambil arsi mas"

"ohh samaan sama savian, bener juga sih, biar kalo apa-apa ada vian yang bantu, semoga lancar dan jadi orang sukses ya sayangku" marko mengelus pipi biru sayang.

Biru tersenyum manis, sedangkan marko kini sedang mengecup kening biru sayang, semoga keluarga mereka semakin membaik dan biru bisa merasakan bahagia lebih banyak lagi, karena marko pernah berjanji untuk bawa biru dalam lautan kebahagiaan, kebahagiaan sebuah keluarga yang biru tak dapatkan sejak kecil.

ATMAJAYA'S (Haechan Harem) Where stories live. Discover now