Chapter 79

3.1K 338 6
                                    

Biru sedang asyik menyiram tanaman bunga ditaman belakang, sambil bersenandung kecil, biru juga sesekali menyapu halaman bekang karena terlihat cukup banyak daun kering.

Saat sedang menaruh sapu pada pojokan rumah, perhatian biru teralihkan pada lampu diatap yang mati, biru mengernyitkan dahinya bingung, karena lampu disana tidak pernah dimatikan walaupun siang hari, biru berjalan menuju stop kontak dan menyalakan lampu itu, tapi ternyata lampu itu memang mati, mungkin waktunya harus diganti.

Biru berjalan masuk kedalam rumah dan mengambil lampu persediaan, biru kembali kebelakang dan menggeret tanda yang tersimpan di halaman belakang itu.

Biru menaiki tangga itu lalu mengganti lampunya, biru tak mau menunggu salah satu kekasihnya pulang dan membantunya karena menurut biru, biru bisa mengatasi itu sendiri.

Lampu sudah diganti, biru baru menyadari saat akan turun dari tangga itu, posisinya terlalu tinggi, tidak ada apapun yang bisa ia gunakan untuk berpegangan.

Biru merasa takut, tapi mencoba memberanikan diri untuk turun perlahan, saat kakinya hampir menyentuh lantai, pijakan tangga itu lepas, hal itu membuat biru terjatuh kedasar lantai, lututnya membentur lantai cor-coran, sehingga kini kakinya lecet dan berdarah, biru menangis karena merasa lututnya cukup sakit, mungkin karena luka itu cukup besar.

  Biru menyingkirkan tangga yang tadi sempat menimpanya, biru dengan susah payah berdiri dari posisinya, lututnya begitu nyeri, biru meringis sambil menangis.

Biru berdiri dengan bertumpu pada tembok, biru berjalan dengan tertatih-tatih karena lututnya terasa sangat sakit, tapi biru tetap berusaha untuk masuk kedalam rumah dan biru akan mencari obat.

Biru masih terus terisak, sambil mencari kotak obat di lemari kaca ruang utama, namun kegiatannya terhenti saat seseorang memanggil namanya dari arah pintu utama.

"sayanggg, mas pulang" ujar bara sambil menaruh ranselnya pada soffa.

"hei cantik, kok nangis hmm? kenapa?" tanya bara setelah menyadari kekasihnya itu menangis.

"hiks mas bara, lutut aku sakit banget hiks, aku jatuh" rengek biru manja.

Bara menghampiri kekasih cantiknya yang masih terus menangis, dapat bara lihat lutut biru yang berdarah itu, bara mengelus rambut biru sayang, memboponh tubuh kecil biru untuk didudukan diatas soffa.

Bara lihat luka di lutut biru cukup lebar, entah karena apa anak itu bisa terjatuh, yang jelas bara tak suka melihat kekasihnya itu menangis kesakitan.

"kamu jatuh dimana sih, kok bisa sampe kaya gini?" bara menatap biru khawatir.

"hiks aku habis ganti lampu ditaman belakang, tapi tangganya patah hiks, akunya jatuh, tangganya nakal hiks, lutut aku sakit banget" biru menangis seperti anak kecil.

"gimana bisa kamu ganti lampu sendiri, tunggu mas pulang kan bisa sayang" bara mengelus pipi gembil itu sayang.

"aku mikirnya bisa sendiri, makanya aku ganti, aku kan ngga tau tangganya bakalan patah hiks" biru masih terus menangis.

"tangga itu udah lama ngga di pake, mungkin udah karata njuga jadi rapuh, maaf ya kamu jadi kesakitan kaya gini" bara terus saja mengelus pipi biru.

"sakittt, ngga suka jatuh, tangganya nakal hiks" tangis biru lagi.

Bara ingin sekali tertawa karena merasa gemas pada kekasihnya yang terus menangis dan merengek, tapi bara tau pasti nanti biru bakalan ngambek, makanya bara cuma bisa nahan senyum.

Bara ambil kotak obat yang tadi sudah biru letakan diatas meja, membuka kotak obat itu dan mengambil kapas dan juga alkohol, bara letakkan kaki cantik yang terluka itu diatas pahanya, bara menunduk dan meniupi luka itu, bara totolkan kapas yang sudah ia beri alkohol pada lutut biru, walaupun bara sudah berusaha selembut mungkin, biru masih merasakan lututnya begitu sakit karena terkena alkohol.

  Biru mencengkeram lengan bara dan menangis lagi, bara tidak tega, padahal bara mengobati luka itu sambil terus ditiup, bara ingin proses biru diobati cepat selesai makanya bara segera menempelkan plaster pada luka biru.

Bara bawa tubuh kecil itu untuk duduk dipangkuannya, biru menaruh dagunya pada bahu bara dan mulai menangis lagi, dan bara hanya bisa mengusap punggung itu sambil memberi kata penenang, Setelahnya pelukan itu bara lepas, bara bawa tangan kekarnya untuk menghapus air mata biru, dan juga merapihkan poni biru yang berantakan.

"lain kali kalo mau apa apa, nunggu mas atau yang lain aja sayang, kalo udah luka kaya gini kan kasihan kamunya" ucap bara menasehati biru.

"iyaa ngga lagi-lagi, sakitt, ngga sukaa" rengek biru pada bara.

"good boy, udah ya nangis nya pasti cepet sembuh kok, sayangku mau apa deh, biar ngga nangis lagi" bara mencoba menghibur kekasihnya.

"ngga mau apa-apa, mau peluk ajaa" biru melengkungkan bibirnya, tanda meminta dimanja.

Bara tersenyum, membawa tubuh biru pada gendonganya, bara berjalan kearah dapur, mendudukan biru dicounter dapur, bara mengambil segelas air lalu memberikannya pada biru, dan biru hanya menurut lalu meminum air itu.

Bara mengelus pipi biru sambil terus tersenyum, setelah biru selesai minum, bara kembali membawa tubuh biru untuk ia gendong, ia bawa biru naik ke atas dan masuk kedalam kamarnya, biru diletakkan dengan perlahan, setelahnya bara ikut naik lalu menarik lembut tubuh itu untuk ia peluk erat-erat.

"bobo ya?" ucap bara dengan nada lembutnya.

"tapi peluk terus ya?" biru menatap bara lekat.

"iya sayangku, mas disini terus buat peluk biru" bara mengecup kening biru.

Biru menduselkan wajahnya keleher bara, tubuh biru bara sengaja tidak pakaikan selimut karena takut lutut biru terkena gesekan dan kembali merasakan sakit, bara memainkan rambut biru hingga biru terlelap.

#Skiptyme

Biru mengerjapkan matanya dan mendongak, menatap bara yang masih setia memeluknya, ternyata bara ikut tidur sambil terus memeluknya, biru mengecup pipi dan bibir bara singkat, sebagai tanda ucapan terimakasih karena sudah mengobatinya dan menemaninya tidur, biru tersenyum manis karena bara terlihat terganggu oleh kecupannya tadi, kini bara membuka matanya dan mengelus pipi biru sayang.

"sayangnya mas bangun dari tadi?" tanya bara.

"baru aja kok, aku gerahh, mau mandi" biru merengek.

"nanti lukanya sakit lagi kalo kena air, ngga usah mandi dulu ya?" pinta bara dengan nada lembutnya.

"masa ngga mandi sih, jorokk" ujar biru yang mendapat elusan sayang pada rambutnya.

"nanti mas bantu lap aja, yang nurut ya sayangg" pinta bara penuh perhatian.

"lagian masih wangi gini, kamu mah ngga mandi seminggu juga tetep cantik" bara tersenyum mendengar ucapannya sendiri.

"haha apaan sih gombal banget" biru memukul dada kekar bara.

Bara terkekeh,mengusap pipi gembil biru lalu memajukan wajahnya, memagut bibir biru penuh cinta dan biru hanya menurut dan mengikuti alur pagutan yang bara beri.

Mereka berciuman beberapa menit sebelum akhirnya biru menepuk dada bara karena nafasnya hampir habis, bara semakin tersenyum lebar karena bibir cantik kekasihnya terlihat membengkak, bara beri kecupan singkat lagi dibibir dan kening biru sebagai tanda, bahwa bara begitu mencintai biru.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


TBC!!!

ATMAJAYA'S (Haechan Harem) Where stories live. Discover now