65 - Simpan

218 44 10
                                    

.

.

Dalam hidup, banyak hal memang mestinya disimpan rapat-rapat.

Tak perlu orang lain tahu.

Biarlah ini menjadi urusannya dengan Allah.
.

.

***

Raesha menyeka hidungnya dengan tisu. Kini hidungnya berwarna merah muda lantaran ingusan, efek dari menangis sesenggukan.

"Minum tehmu, Raesha. Mumpung masih hangat," suara Arisa terdengar lembut. Ia berusaha menghibur Raesha karena rasa bersalah. Khawatir Raesha jadi membenci almarhum Ilyasa karena Arisa memberitahu Raesha perihal Ilyasa pernah membocorkan hubungan masa lalu antara Raesha dan Yunan.

"Maafin Kakak. Kakak harap kamu tidak membenci Ilyasa karena yang Kakak bilang tadi," ucap Arisa dengan nada penyesalan yang terdengar tulus. Wanita itu menundukkan sorot matanya mengarah ke jemarinya sendiri yang saling bertaut di meja.

"E-Enggak, Kak. Aku bukan benci. Mana mungkin aku membenci almarhum suamiku sendiri. Aku cuma --," jawab Raesha sebelum kalimatnya terputus oleh air mata yang lagi-lagi lolos ke pipinya. Dia bukannya benci pada Ilyasa, hanya saja dia terlalu syok, bagaimana Ilyasa bisa membongkar hal itu di depan Kak Arisa, istri Yunan? Apa yang dipikirkan Ilyasa? Meski dia tahu bahwa Ilyasa memang selalu cemburu pada Yunan, tapi Raesha tak menyangka kalau kecemburuan itu akan berujung seperti ini.

Arisa menghela napas berat. "Sebenarnya, ... waktu Ilyasa cerita, Kakak tidak terlalu kaget."

Kelopak mata Raesha kembali membelalak. "A-Apa??" sahut Raesha terkejut.

Senyum Arisa terkesan seperti sedang merasakan sesuatu yang miris sebelum ia berkata, "Dulu waktu Kakak dan Yunan pernah putus, Kakak sudah curiga, ada perempuan lain."

Warna muka Raesha sontak berubah. Ia refleks menundukkan wajah.

"Yunan hanya menjawab 'tidak tahu', waktu Kakak bertanya padanya, apa ada orang ketiga?"

Getir terasa di dada Raesha. 'Orang ketiga'. Sekarang dia merasa seperti pelakor atau semacamnya. Walau dia berusaha tetap husnuzon. Kak Arisa pasti tidak bermaksud menyakiti hatinya. Wanita itu hanya menceritakan yang telah terjadi, apa adanya.

"Saat itu, Yunan sering ingkar janji. Dia biasanya menghubungi Kakak seminggu sekali. Tiap ditanya, dia bilang lupa. Awalnya Kakak memakluminya, karena waktu itu Yunan juga sedang sibuk dengan kuliahnya. Tapi lama-kelamaan, Yunan makin sering lupa menghubungi Kakak. Padahal janji telepon seminggu sekali itu, Yunan sendiri yang membuatnya. Kakak sejujurnya merasa berat dengan keputusan itu, tapi Kakak berusaha menerima, karena paham bahwa Yunan ingin mencegah hubungan kami terlalu dekat sebelum kami resmi menikah. Tapi ternyata hubungan kami malah makin hambar. Menyakitkan sekali, tapi kenyataan itu harus Kakak terima. Seseorang telah menjadi pusat perhatian Yunan, dan seseorang itu bukan Kakak. Walau Yunan tidak menyebut satu nama pun, tapi Kakak selalu curiga, perempuan itu adalah kamu. Karena Yunan tidak bisa berhenti menceritakanmu lewat telepon. 'Raesha begini, Raesha begitu.' Kakak juga tahu, kalian sering jalan bersama. Tapi tiap Kakak bilang cemburu, Yunan akan meledek. Katanya Kakak mengada-ngada karena cemburu pada anak bocah."

Raesha melirik Arisa dan melihat kedua mata Arisa berkaca-kaca. Hatinya serasa ikut hancur. Sekarang dia merasa dirinya dulu jahat sekali. Sejujurnya, dulu Raesha selalu cemburu tiap melihat Yunan menghubungi Arisa. Dan Raesha senang bukan main saat tahu Yunan dan Arisa putus.

"Makanya, waktu ada laki-laki lain yang mendekati Kakak, Kakak akhirnya menerimanya. Dia laki-laki baik dan sungguh-sungguh ingin melamar Kakak," lanjut Arisa dengan senyum yang nampak lebih ceria dibanding sebelumnya.

ANXI EXTENDED 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang