Part 5-Dilema dan Penyangkalan

407K 21.4K 281
                                    

Jangan lupa memberi bintang dan komen.

Jangan lupa follow akun penulis : Matchamallow

Cerita ini adalah cerita pertamaku dengan tata bahasa yang memang tidak sempurna.

***

"Barang-barangnya sudah semua dikeluarkan dari bagasi kan, Pa?"

"Sudah semua ini, Ma. Nih, coba suruh Jean ngecek sendiri. Papa mau memasukkan mobil dulu ke garasi." Andre membawa dua koper dan satu bungkusan lagi dari ruang depan.

"Ini gara-gara Jean, sih. Pergi bawa dua koper, pulang bawa lima koper. Ngapain aja kamu disana sebenarnya?" Amelia menggerutu sambil mengambil segelas air di dispenser.

"Bukan, Ma. Ini gara-gara Malik. Sudah Jean bilang jangan membelikan macam-macam, tapi tetap dibelikan. Terpaksa Jean bawa semua. Dia beli oleh-oleh juga buat Mama, Papa, dan Valeria. Omong-omong mana itu anak? Biasanya sudah muncul dengan pelukan mautnya."

"Adikmu itu sudah beberapa hari ini bawaannya hanya diam. Tiap malam makannya juga sedikit, padahal biasanya nambah dua piring. Pulang sekolah langsung mengunci diri di kamar. Mama sempat bertanya katanya banyak PR dan ujian," jelas Amelia. "Mama panggil dulu, coba Jean yang bicara padanya." Amelia berjalan menuju tangga dan memanggil Valeria. Terdengar sahutan tak bersemangat dari ruang atas.

Jean mengawasi adiknya turun tangga perlahan-lahan. Ia melihat Jean dan tersenyum. "Kakak." lalu berlari memeluknya. Pelukannya kali ini terasa berbeda. Lebih erat dari biasanya.

"Ada apa ini? Kata Mami kamu mulai uring-uringan. Habis putus ya?" Jean menepuk pundaknya. Valeria terkejut dan menatapnya.

"Nggak kok Kak...Aku...baik-baik saja sama Fabian."

"Ternyata masalah percintaan, ya? Mama tidak kepikiran sampai ke sana. Jean benar. Udah beberapa hari ini Fabian nggak pernah kesini lagi ngapelin Vally." Amelia tertawa cekikikan.

"Mama ini! Anaknya putus cinta kok malah diketawain sih?" Jean berkacak pinggang membela adiknya.

Valeria menunduk lesu. Fabian memang tidak pernah datang lagi ke rumahnya, tapi bukan karena Fabian tidak mau. Valeria menolaknya. Beberapa kali Fabian mengiriminya pesan tetapi Valeria menggunakan berbagai alasan untuk mengelak dari ajakannya. Ia merasa bersalah pada Fabian. Tapi ia sedang tidak ingin bertemu siapapun.

Mama dan kakaknya kembali mengoceh tentang keinginan Jean untuk tinggal bersama kekasihnya. Valeria mengambil gelas dan membuka lemari es. Bik Sani membuat es buah tepat saat cuaca sangat panas. Di ruang tengah AC jarang dinyalakan kecuali jika ada tamu.

"Oiya, Mama baru ingat kalo Sean mencarimu kemari seminggu lalu."

Prangggg!!!

Valeria menjatuhkan gelasnya. Jean dan Amelia sontak menoleh menatapnya.

"Vally, apa-apaan kamu? Kok bisa ceroboh banget bawa gelas." Amelia mulai mengomel sambil memanggil-manggil Bik Sani.

"Maaf, Ma. Vally bersihin dulu." Valeria berjongkok hendak mengambil pecahan gelas tersebut.

"Jangan Vally sayang! Nanti tanganmu luka. Udah diam dulu disana, biar dibersihkan dulu sama Bik Sani." Amelia menyuruh Bik Sani lekas menyapu pecahan gelas itu.

Ternyata Sean mencarinya...

Valeria ketakutan mendengarnya.

Kembali ia teringat flash back kejadian saat itu. Ia berhasil berjalan meskipun bersusah payah menuju lift. Untunglah ia ingat untuk mengambil cardlock di kamar tersebut sehingga ia memiliki akses lift kemanapun ia inginkan. Ia menekan tombol lobby tapi ia tidak turun disana melainkan di sembarang lantai.

(END) SEAN AND VALERIAWhere stories live. Discover now