Part 18.2 - About Fabian

166K 10.8K 104
                                    

"Apa-apaan sih dirimu merajuk di siang bolong seperti ini, padahal tidak ada apa-apa." Sean menegur Valeria yang sedang mengerucutkan bibirnya.

Mereka sedang menaiki tangga menuju gedung kantor Sean. Sean memintanya untuk mampir sebentar karena ingin mengurus sesuatu.

"Kalian semua sudah puas bukan membicarakan semua kelemahanku tadi!" Ia menoleh dengan kesal tapi tidak berhenti berjalan.

Sean tertawa. Valeria semakin kesal melihatnya. Tapi dalam hati ia sebenarnya senang menyaksikan Sean tertawa. Sesuatu yang sangat jarang terjadi.

Tadinya ia mengira suasana rumahnya akan tegang jika ada Sean yang ikut berkunjung. Tapi ternyata semua berjalan tidak sesuai dengan prediksinya. Hanya saja ia merasa lega sekarang bahwa keluarganya sudah berbaikan dengan Sean.

Tanpa sadar mereka berdua sudah sejak tadi memasuki gedung kantor. Semua orang sontak ternganga menatap bos mereka, Pak Sean Martadinata, sedang berjalan bersama seorang gadis dan tertawa.

Tertawa!? Apa kiamat sudah dekat?!! Selama ini bos mereka itu amat sulit untuk dibuat senang. Jangankan tertawa, tersenyum pun mereka jarang melihatnya.

Gadis itu bahkan berani memukul-mukulnya.

Mereka tetap ternganga setelah kedua orang itu menghilang di pintu lift.

"Jadi kalau kau memerlukan sesuatu dan aku tidak ada, kau dapat memintanya pada Wira." Sean menjelaskan.

Valeria tersenyum mengangguk pada seorang laki-laki yang berumur empat puluhan di depan mereka yang diperkenalkan oleh Sean.

Sejak tadi Sean mengajaknya berkeliling ke beberapa ruangan dan memperkenalkannya sebagai istrinya kepada semua orang. Valeria agak terkejut pada awalnya mengetahui bahwa urusan yang dimaksud Sean adalah memperkenalkannya sebagai Nyonya Martadinata.

Tadi ia juga sempat bertemu gadis yang dulu berada di rumah sakit bersama Sean dan ternyata dia adalah sekretarisnya yang bernama Lisa. Lisa sangat baik hati. Ia mengucapkan salam dengan gugup pada Valeria dan menawarkannya segala camilan untuk tamu yang tersedia. Valeria mencoba semuanya mulai dari permen, cokelat hingga kue-kue dan semuanya sangat lezat. Sean yang tidak menyukai makanan manis hanya meringis melihatnya.

"Berarti jika Nyonya meminta apapun, saya harus memberikannya tanpa bertanya pada anda?" Wira memastikan pendengarannya.

"Tentu saja." Sean menjawab, lalu tiba-tiba mengerutkan keningnya. "Kecuali jika dia mengatakan ingin membeli salah satu dari benda-benda ini. Mobil dan peralatan dapur. Secepatnya kau harus melaporkannya padaku."

Valeria yang mendengarnya hanya bisa menggertakkan gigi.

Setelah Wira keluar ruangan dengan wajah penuh tanda tanya, Valeria langsung menarik-narik rambut Sean. "Kau terus-menerus menyebutnya!! Apa belum puas seharian ini mengejekku!!?" Valeria mendesis kesal.

Sean tertawa sambil mengernyit kesakitan. "Hentikan, Valeria..Aku hanya mengantisipasi agar musibah tidak terjadi." Ia merangkul pinggang Valeria dan otomatis gadis itu duduk di pangkuannya.

Valeria selalu memakai celana kemanapun ia pergi, kecuali jika menghadiri acara resmi. Hari ini ia memakai celana jeans dan sepatu ketsnya yang berwarna pink. Entah kenapa Sean merasa hal itu terlihat menarik jika Valeria yang memakainya.

Genggaman tangan Valeria pada rambutnya terlepas dan Valeria menjatuhkan tangannya dengan gontai ke sisi tubuhnya. Gadis itu masih duduk di pangkuannya sambil menghadap Sean tapi ia terlihat lesu. "Seharusnya kau tidak perlu melakukan ini semua, Sean." Valeria menunduk.

(END) SEAN AND VALERIAWhere stories live. Discover now