Part 18.3 - About Fabian

159K 10.9K 729
                                    

"Mau kemana kau?" Sean berhenti berjalan dan menatap Valeria yang tiba-tiba berputar ke balik tenda, menuju bangunan sekolahnya yang agak temaram.

"Melepaskan ini!" Ia menunjuk rambutnya. "Aku tidak tahan lagi! Tunggu sebentar, Sean" Ia berjalan sampai terhenti di sebuah tempat duduk-duduk yang ada di halaman sekolah. Valeria mulai melepas jepit-jepit rambutnya dan mendesah lega saat rambut yang membuatnya menderita itu terlepas.

Ia memasukkannya perlahan-lahan ke dalam tas dan menjaganya agar besok bisa dikembalikan pada Gwen dalam keadaan baik. Ia juga sudah melepas stocking tangan dan kakinya agar kedua bahan itu tidak rusak. Sekarang ia sudah memakai cardigannya untuk menahan hembusan angin pada bahunya yang telanjang.

"Kau sudah akan pulang?" Valeria dikejutkan oleh sebuah suara di dekatnya. Ternyata Fabian yang sedang memakai kostum ala butler juga. Tampaknya ia baru saja habis dari kelas untuk mengambil sesuatu.

Akhir-akhir ini hubungannya dengan Fabian juga sudah membaik. Mereka sudah bercakap-cakap dan bercanda kecil seperti dulu lagi layaknya sahabat.

"Iya, kelompokku sudah lolos target, jadi mereka mengijinkanku pulang." Valeria tersenyum.

"Perlu kuantar?" Fabian menawarkan diri.

"Terimakasih Fabian. Sudah ada yang menjemputku." Valeria menolak tawarannya dengan sopan sambil bergegas pergi.

"Tunggu, Val..." Fabian memanggilnya. Valeria terhenti dan berbalik menatapnya.

"Ada apa lagi, Bian?"

"Kuharap kau tidak marah aku mengungkit masalah ini. Aku tidak mengerti kenapa kau memutuskanku dan selama ini aku tidak bisa berhenti memikirkannya. Jika kau memberiku kesempatan lagi, mungkin aku bisa memperbaiki diriku dan menjadi apa saja yang kauinginkan. Aku tahu diriku memiliki banyak kekurangan dan aku begitu tidak percaya diri untuk mengajakmu kencan saat pacaran dulu. Aku tidak ingin kau membenciku, Valeria." Fabian menjelaskan.

Valeria mulai berdiri dengan perasaan gugup. Ia tidak merasa sedih lagi karena sudah tidak memiliki perasaan terhadap Fabian.Tapi perasaan sedih itu mulai tergantikan oleh perasaan bersalah. Ia merasa bersalah pada temannya ini. "Jangan berkata seperti itu, Fabian. Kau memiliki wajah yang keren dan juga baik hati. Tidak ada yang salah denganmu. Aku tidak membencimu. Aku menyukaimu. Berada bersamamu menyenangkan kok."

"Tapi kenapa kau memutuskanku, Val?" Fabian menatapnya dengan mata sendu.

"Aku..." Valeria menelan ludahnya. Apa yang harus dia katakan? "Aku memiliki alasan sendiri. Aku tidak bisa menceritakan padamu dan kuharap kau tidak menanyakannya lagi. Kau pasti bisa mendapatkan gadis yang lebih baik dariku, Bian."

Fabian tersenyum. "Di hatiku tidak ada gadis yang lebih baik darimu, Val."

Valeria mulai merasa cemas akan sahabatnya itu. Fabian harus bisa melupakannya! Kalau tidak ia akan terus merasa bersalah terhadap Fabian. "Jangan konyol. Kau bahkan belum bertemu banyak gadis lainnya. Dunia ini luas, Fabian."

Sesaat suasana hening dan Valeria tidak bisa lepas menatap Fabian yang membisu. Semoga saja ia sudah meresapi perkataan Valeria dan menjalankannya. Tapi Fabian hanya terdiam dan tiba-tiba ia melakukan sesuatu yang tidak disangka-sangka oleh Valeria.

Fabian berlutut di depannya.

"Valeria Winata. Kumohon berikan aku kesempatan sekali lagi."

Valeria terhenyak. Untuk apa Fabian melakukan sesuatu sejauh ini? "Jangan seperti itu, Bian!!" Valeria menoleh ke kanan dan ke kiri "Bagaimana kalau ada yang melihat..." Ucapannya terhenti. Ia melihat Sean yang berdiri di bawah pohon beberapa meter dari mereka.

(END) SEAN AND VALERIAWhere stories live. Discover now