Part 14.1 - Apa Kau Mencintaiku?

442K 20.3K 557
                                    

Jika ingin melihat foto-foto cast Bastard Squad Series, kalian bisa cek IG berikut 

dian_oline_maulina

matchamallow_gallery

sean_martadinata

valeria.winata

rayhan.pramoedya

angelapramoedyaa

danielfernandezw

nicolettealexandrov

budi_mobs

vanila_mrtdnata

Hayden.martadinata

***

Lanjut!! Jangan lupa tekan bintang dan komen NEXT.

"Aku nggak apa-apa, Bik!!! Ya ampun, Bik Sani!! Vally udah ngucapin limabelas kali dari tadeee!" Valeria mulai kesal karena pembantu keluarganya itu tidak percaya perkataannya. Memang sih, dia berbohong...

"Beneran, Non...bener ya. Bik takut kalo ada apa-apa sama Non." terdengar Bik Sani mengulangi kata-kata yang sama yang diucapkannya sejak tadi di telepon.

"Iya, bener Bik Sani. Terus, Bik nggak ada bilang apa-apa sama Mama dan Papa kan?" Valeria mulai teringat ayah ibunya dan merasa cemas.

"Belum Non. Bik takut ntar Tuan ama Nyonya perang lagi ama Bang Sean. Makanya Bik pastiin Non Val baik-baik aja. Sebenernya kalo pagi ini Non Val nggak nelepon Bik, Bik maunya bilang ama Tuan dan Nyonya."

Valeria mendesah lega. Untunglah orangtuanya belum mengetahui semua ini. Ia tidak ingin papa dan mamanya khawatir padanya dan terlalu memikirkannya.

"Ya udah, Bik. Pokoknya Vally gak apa-apa ya. Vally mau sekolah dulu. Bye." Valeria menutup teleponnya.

Pagi tadi saat terbangun, Valeria menemukan di ponselnya ada tiga puluh panggilan tidak terjawab dari Bik Sani. Valeria akhirnya meneleponnya. Dan Bik Sani langsung mengangkat panggilannya di nada ketiga. Bik Sani menangis menanyakan kabar Valeria setelah pulang semalam bersama Sean.

Valeria terharu menyadari bagaimana Bik Sani mencemaskannya. Ia pun mengatakan dirinya baik-baik saja.

Padahal sesungguhnya ia sangat terluka.

Ia tidak baik-baik saja...

Valeria menatap dirinya di cermin kamar mandi. Terlihat matanya bengkak oleh air mata dan kurang tidur, rambutnya yang kusut dan sejumlah tanda dari Sean di sekujur tubuhnya yang mengingatkannya akan kejadian memalukan tadi malam.

Matanya mulai buram kembali. Ia menangis...

Valeria mengusapnya dan menggeleng-gelengkan kepala. Tidak! Ia tidak boleh menangis lagi. Sudah cukup ia menangis. Menangis menandakan sebuah kelemahan, dan ia tidak ingin terlihat lemah, terutama oleh Sean. Cepat-cepat ia menuju shower dan menyalakannya. Guyuran air dingin yang berubah perlahan-lahan menjadi air hangat mulai membuatnya tenang. Ia segera mencuci rambutnya, menggosok badannya dan melakukan aktivitas mandi lainnya.

(END) SEAN AND VALERIAWhere stories live. Discover now