Lanjutan Part 17.2

179K 11.6K 340
                                    

"Bangun gadis pemalas! Cepat sarapan!"

Valeria membuka matanya. Sean tampak membawakannya nampan berisi makanan. Ia sudah berpakaian santai.

Beberapa saat yang lalu, Sean turun ke bawah menemui teman-temannya dan mengunci kamar tidur. Valeria merasa aman dan memakai piyamanya lalu melanjutkan tidurnya kembali. Belum pernah ia merasa seperti ini seumur hidupnya. Ia sangat mengantuk.

"Jam berapa ini?" Ia mengucek-ngucek matanya dan meraba-raba nakas mencari ponselnya. Sean menaruh ponselnya di tangan Valeria sambil berdecak kesal. "Thanks." Valeria bergumam.

Aih, sudah jam sepuluh pagi. Berarti ia sudah terlambat ke sekolah. Biar sajalah, toh juga acara bebas menyangkut kegiatan pensi. Ia menjatuhkan ponselnya di kasur dengan sembarangan lalu mengambil selimut dan hendak tidur kembali.

"Apa yang kaupikir hendak kaulakukan?" Sean menahan selimutnya.

"Aku ingin tidur, Sean!!! Lepaskan selimutku! Aku cinta selimut ini. Aku cinta bantal ini dan tempat tidur ini. Tinggalkan kami!!" Valeria memprotes sambil memeluk gulingnya.

Sesaat suasana hening.

Tempat tidurnya melesak ke samping karena berat tubuh seseorang. Sean naik ke tempat tidur dan memeluknya dari belakang.

"Bangun dan makan sekarang, Valeria atau aku akan mulai memperkosamu hingga berdarah-darah." Sean berbisik.

Valeria membuka selimut dengan setengah mengantuk. Ia menggulingkan diri seperti ulat hingga turun dari tempat tidur. Lalu berjalan gontai menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan lain sebagainya.

Dasar Sean kejam!!!!

"Kenapa menu di rumah ini sangat kekanak-kanakan?" Sean mengutak-atik sarapannya seperti mencari sesuatu.

"Aku yang memintanya pada koki." Valeria meringis menatap nasi dan lauk yang dibentuk menyerupai wajah kelinci yang tersenyum.

"Sekolahmu libur hari ini atau kau meliburkan diri?" Sean bertanya.

Valeria menggertakkan gigi. Apa Sean tidak sadar gara-gara siapa ia terlambat bangun pagi ini? Tapi sebenarnya juga sekolahnya memang libur karena sudah selesai ujian.

"Aku tidak mungkin ke sekolah dalam keadaan seperti ini!" Valeria memperlihatkan lehernya yang penuh dengan bercak-bercak merah.

"Ya ampun, siapa yang tega melakukannya padamu?" Sean menampakkan raut wajah prihatin sambil berdecak.

Valeria tidak ingin melanjutkan. Percuma ia berbicara pada Sean.

"Omong-omong, teman-temanmu masih di bawah?" Valeria menyendok makanannya sambil bertanya. Mereka makan di teras balkon kamar mereka.

"Sudah kuusir pulang." Sean menjawab santai.

"Kau sungguh tidak sopan, Sean" Valeria terhenyak sambil mengemut sendoknya. "Mereka teman-temanmu, bukan?" Valeria selama ini selalu menyambut dengan gembira teman-teman sekolah yang bermain ke rumahnya dulu.

"Apa pendapatmu tentang Daniel?" Sean tiba-tiba bertanya. Valeria terheran-heran. Kenapa harus Daniel? Kenapa tidak dua temannya yang lain?

"Dia..." Valeria mengerutkan alis. "Menyebalkan. Sama seperti dirimu. Pantas saja ia berteman denganmu." Ia melanjutkan makannya kembali.

"Lebih spesifiknya lagi aku menanyakan pendapatmu mengenai penampilan fisiknya."

Valeria semakin mengerutkan alisnya. "Jujur saja dia memang menawan. Siapa saja bisa menyimpulkannya. Apa pendapatku penting?"

"Sangat penting, lalu bagaimana kalau ia menyukaimu?Apa kau akan akan menerimanya?"

Apa-apaan sih Sean ini?

(END) SEAN AND VALERIAWhere stories live. Discover now