Part 19.3 - Dating

160K 10.3K 223
                                    

Sean sempat memikirkan perkataan Valeria dan menyadari bahwa perkataan gadis itu memang benar. Selama menikah, ia belum pernah mengajak Valeria berpergian dengannya selain ke acara pesta yang terakhir kali mereka datangi dan itu pun berakhir dengan bencana. Sepertinya tanpa sadar ia terlalu mengekang Valeria. Tapi ia benar-benar tidak sadar melakukannya. Pikirannya selalu dipenuhi hal-hal negatif tentang gadis itu.

Sean sampai lupa bahwa Valeria adalah seorang wanita. Biasanya wanita yang ia kencani dulu semuanya suka berbelanja terutama barang-barang mewah seperti perhiasan, parfum dan pakaian. Valeria juga wanita dan pastinya ia juga sama dengan yang lainnya.

Beberapa menit kemudian ia harus meralat pemikirannya kembali.

Ia bergidik ngeri sambil menatap arena bermain di sebuah mall yang ingin didatangi Valeria. Tempat ini tidak sesuai akan prediksinya tentang feminisme wanita! Valeria bukannya memilih berbelanja tapi memilih tempat bising, urakan dan mengerikan semacam ini!?

Sebelum kemari ia sempat mengajak Valeria ke sebuah restoran di lantai teratas sebuah gedung yang merupakan tempat romantis untuk pasangan. Belum sempat memesan apapun, Valeria memaksanya keluar dari tempat itu dan merengek memintanya untuk pergi ke tempat yang gadis itu suka. Sean menyanggupinya asalkan Valeria senang dan akhirnya berakhir di tempat mengerikan ini. From heaven to hell!

Valeria yang merasa gembira lalu menyuruhnya membeli kartu slot yang berisi semacam pulsa dan setiap bermain, kartu itu harus digesekkan pada mesin slot permainan. Valeria mengajaknya bermain basket, tembak menembak, berfoto di photobox dan bermain permainan tidak jelas yang mengutamakan keberuntungan. Valeria sempat mendapat jackpot dan gadis itu berteriak senang karenanya. Padahal yang didapat hanya berupa tiket yang dapat ditukar dengan hadiah tertentu.

Sean merasa konyol karena harus bermain permainan anak alay seperti ini. Seumur hidupnya ia tidak pernah berkencan bersama seorang gadis di arena permainan! Bisa-bisanya Valeria mengajaknya ke tempat semacam ini. Teman-temannya pasti menertawakannya jika mengetahui bahwa dirinya mengikuti keinginan Valeria untuk kencan di arena bermain anak-anak. Harga dirinya bisa hancur...

*

*

*

Sejam kemudian, Sean mengisi ulang kartunya untuk yang ketiga kalinya karena belum puas bermain.

"Aku pasti akan mengalahkanmu, Valeria! Ingat itu. Kita harus kembali kesana besok!!" Sean tidak terima dirinya dikalahkan tiga ronde oleh Valeria saat bermain karambol.

"Aku tidak mau lagi kesana bersamamu! Kau sungguh memalukan, Sean!!" Valeria berjalan dengan kesal di sampingnya.

Terakhir kali berada di sana, Sean mengancam semua karyawan arena bermain karena telah berani mengusirnya saat jam operasional berakhir. Bahkan Sean berhasil membuat arena bermain itu memperpanjang jam buka arena bermain itu hingga setengah jam. Entah apa yang dilakukannya, yang jelas itu pasti berhubungan dengan uang dan koneksi.

"Masa kecilmu pasti kurang bahagia ya? Sampai-sampai bermain seperti ini saja membuatmu mirip orang udik." Valeria berdecak mengejeknya.

Sean tiba-tiba terdiam.

Valeria merasa telah mengucapkan sesuatu yang salah. Ia berhenti juga sambil melambai-lambaikan tangannya di hadapan wajah Sean. "Ada apa?"

"Tidak ada apa-apa." Sean terlihat tidak ingin membahasnya. "Kau ingin kemana lagi? Aku mendapati tempat pilihanmu ternyata tidak begitu buruk."

Valeria merona senang mendengar pengakuan Sean. "Semua tempat sudah tutup, Sean. Kecuali hiburan malam! Jangan coba-coba mengajakku kesana. Aku tidak mau ke klub atau diskotik. Aku sedang hamil."

(END) SEAN AND VALERIAWhere stories live. Discover now