Part 27.3 - Runaway

100K 8.1K 67
                                    

Marinka datang beberapa saat setelah Valeria dan bayinya melakukan cek kesehatan di Penta Medica. Bayinya menangis terus semenjak mereka berada di Sentul dan Valeria begitu cemas. Ternyata bayinya hanya kedinginan dan memerlukan kehangatan ekstra. Bayi yang baru lahir memang tidak tahan cuaca dingin dan bayinya kembali tenang setelah ia membungkusnya dengan selimut ganda.

Marinka terkejut melihatnya bersama seorang bayi dan mendadak gembira karenanya. Ia langsung menggendong cucunya dan tidak memberikan kesempatan pada Valeria untuk menggendongnya lagi.

"Kau harus menghubungi Kakak kalau ada apa-apa, Vally!" Jean mulai membentaknya karena mereka agak jauh dari bayi Valeria yang masih ditimang oleh Marinka.

Valeria mengangguk. "Kakak sudah tahu nomor sementaraku, kan." Valeria sempat membeli sebuah nomer baru yang hanya diketahui oleh Kakaknya. "Oiya, Kakak. Kau harus berjanji jangan mengatakan dimana aku berada...pada siapapun, Kak." ucapnya.

"Mama pasti mengkhawatirkanmu, Vally!! Kakak tidak mungkin tidak mengatakannya pada..."

"Kalau begitu Vally tidak akan mau menceritakan apapun pada Kak Jean lagi."

Jean mendelik menatapnya. Ia tidak percaya sekarang adiknya mulai pintar mengancamnya. Pasti adiknya itu sudah terpengaruh Sean akibat bergaul terlalu lama bersamanya.

"Baiklah!!!" Ia mengucapkannya dengan pasrah sambil memutar bola mata. "Jaga dirimu baik-baik, Adikku." Jean memeluk Valeria yang kini lebih tinggi darinya beberapa senti. Adiknya sudah tumbuh dewasa. Air matanya menetes saat merasakan rambut adiknya di wajahnya.

Valeria merasakan Jean menangis dan mengelus-elus punggung Kakaknya. "Aku pasti baik-baik saja, Kak."

Valeria melambaikan tangan saat berjalan menuju mobil mertuanya yang sedang menggendong anaknya. Malik merangkul Jean yang menangis sambil melambaikan tangan pada mereka.

Marinka mengajaknya masuk ke dalam mobil Vellfire hitam yang baru saja datang ke lobby. Sopir Marinka membantu Valeria untuk naik ke mobil karena ia masih agak kesakitan untuk melakukan hal itu.

"Valeria, kenapa tidak mengatakan sejak awal pada Mama kalau kau sudah melahirkan?!" Marinka bertanya dengan antusias sambil tersenyum senang melihat cucunya.

Tentu saja itu pertanyaan yang tidak perlu Valeria jawab jadi ia hanya tersenyum.

"Lihat! Ia sangat mirip Sean sewaktu kecil." kata Marinka berapi-api.

Valeria berhenti tersenyum. Rasanya jantungnya mencelos.

Aih...Jadi anaknya benar mirip Sean?!

Karena ibunda Sean sendiri yang mengatakannya mau tak mau ia harus gigit jari menerima kenyataan ini.

Oh!! Sudahlah!! Sean memang ayahnya...seperti kata Kak Jean.

Valeria tidak berlama-lama memikirkan semuanya karena ia begitu terpana dengan keindahan alam di sekitarnya. Sepanjang perjalanan ia menemukan padang rumput yang sepertinya arena golf dan barisan pepohonan khas daerah pegunungan. Ia semakin takjub saat tiba di tempat tinggal mertuanya. Tempat itu sangat indah.

Mertuanya tinggal di sebuah rumah bergaya Victorian yang berdiri di tengah hamparan rumput yang menghijau. Di sebelah kanannya terdapat kolam yang sangat luas lengkap dengan sepasang angsa. Taman bunganya juga tertata rapi. Sejak memasuki gerbang, Valeria tidak berhenti ternganga mengagumi keindahannya. Pantas saja Marinka tidak mau tinggal di kota.

"Kapan Sean akan menyusul kemari?" pertanyaan Marinka membuat Valeria menelan ludah karena gugup.

Mertuanya masih menimang bayinya sambil duduk di sofa ruang keluarga. Tadi ia sempat menyuruh seorang pelayannya untuk membeli boks bayi sebelum memasuki rumah.

(END) SEAN AND VALERIAWhere stories live. Discover now