Part 29 - END - When Love is Not Just A Word to Say

447K 20.2K 1.8K
                                    

"Aku membunuh ayahku sendiri, Valeria." Sean menutup ceritanya. "Dan aku tidak menyesal melakukannya."

Valeria hanya menatapnya tanpa berkata-kata. Ia begitu syok mengetahui kehidupan keluarga Sean. Ia dibesarkan dalam keluarga yang penuh kasih sayang dan hampir tidak bisa menerima cerita Sean terjadi di dunia nyata.

"Cinta itu hanya kata-kata, Valeria. Katherine berkata cinta berkali-kali tapi tidak membuktikannya. Aku tidak mengatakan cinta padamu...tapi aku mengungkapkannya padamu melalui apa yang kulakukan. Tidakkah kau mengerti?"

Valeria ternganga mendengarnya. Ia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Sean secara tidak langsung mengatakan ia mencintainya.

"Dan karena kata-kata itu begitu penting bagimu, aku bersedia mengucapkannya asalkan kau tidak pergi lagi dariku, Valeria."

Sean berlutut padanya. Valeria menutup mulutnya yang tercengang dengan kedua tangannya. Ia tidak percaya akan menyaksikan hal semacam ini.

"Aku mencintaimu, Valeria."

Sean mengucapkannya...

"Aku mencintaimu sejak pertama kali melihatmu. Aku berusaha menyangkalnya tapi aku tetap mencintaimu. Kau menolakku berkali-kali tapi aku masih tetap mencintaimu. Jika ada kata lain yang dapat mewakili lebih daripada' aku mencintaimu', aku pasti akan mengucapkannya. Kau berarti bagiku lebih dari itu."

Sean terdiam sebelum melanjutkan.

"Dan aku akan mengucapkan 'Aku mencintaimu' setiap harinya. Kapanpun kau menginginkannya.....seumur hidupku."

Valeria menangis mendengarnya. Ia masih tetap menutup mulutnya karena menyangka ia pasti bermimpi. Oh Tuhan!! Sean akhirnya rela mangucapkan kata itu padanya meski hal itu sangat sulit bagi Sean setelah Valeria tahu apa yang terjadi pada hidup Sean.

"Apa kau masih bisa mengatakan mencintaiku setelah mengetahui segala nya tentang..." Sean tidak berhasil menyelesaikan ucapannya. Valeria memeluk sambil menubruknya hingga mereka berdua terjatuh berdebam ke lantai.

Sean memutar bola matanya. Punggungnya kesakitan karena serangan mendadak Valeria. Gadis itu memang selalu spontan melakukan sesuatu. Ia harus berhati-hati jika hidup bersama Valeria di hari tuanya.

"Kau tidak membunuh ayahmu, Sean. Yang kaulakukan itu adalah hal yang benar. Cepat atau lambat ayahmu pasti meninggal karena penyakitnya dan ginjal yang kausumbangkan akan sia-sia. Kumohon jangan mengatakan dirimu membunuhnya." Valeria memeluknya sambil berbisik di bahunya.

Ia mengangkat wajahnya dan menatap Sean sambil tersenyum. "Dan aku tetap mencintaimu, Sean Martadinata. Cinta pertamaku dan...mungkin terakhir bagiku."

"Valeria..." Sean menggeram padanya.

"Baiklah, hanya terakhir bagiku." Valeria menciumnya sambil terkikik.

***

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
(END) SEAN AND VALERIAWhere stories live. Discover now