PART 15.3 - Maafkan Aku

158K 9.9K 72
                                    

Buat yang ingin memiliki buku bisa memesan di Lemari Bundi (087881403682) atau instagram Matchamedia. Versinya versi asli ini plus tambahan extra part.

Harga buku : 79.500 (ga tau dapat diskon lagi ga di Lemari Bundi, tanya aja)

***

"Sean...Sean...bangun"

Valeria membangunkan Sean.

Jam sudah menunjukkan pukul enam pagi dan saatnya Sean meminum obatnya.

Ia membangunkan Sean dengan mengelus-elus kepalanya karena khawatir menyentuh luka di badan Sean.

Sean terbangun dengan terkejut. Ia refleks menepis tangan Valeria dengan tangan kirinya.

Valeria mundur dengan kebingungan. Tapi ia segera teringat dan mengambilkan air mineral untuk Sean.

"Maaf membangunkanmu. Kau harus minum obat, Sean." Valeria bergegas kembali ke sisi tempat tidur dan memberikan obat dan sebotol air yang sudah ia bukakan pada Sean.

Sean mengucek-ngucek matanya dengan tangan kirinya. Ia masih terlihat lelah dan mengantuk. Rambutnya masih acak-acakan seperti kemarin.

Ia menerima air dan obat dari Valeria dengan tangan kirinya tanpa menatap Valeria dan meminumnya segera. Ia mencoba menaruh botolnya sendiri ke nakas dengan susah payah.

"Biar aku saja, Sean." Valeria mengambil botol itu dan menaruhnya di nakas. Apa sangat sulit bagi Sean untuk meminta bantuannya? Valeria menghela napas.

Sean terlihat menatap jendela yang sudah dibuka Valeria pagi ini. Cahaya matahari redup memasuki ruangan itu dan terlihat sangat indah. Di kejauhan terlihat pemandangan gedung-gedung pencakar langit yang tidak kalah indahnya.

"Sean...aku belum sempat mengucapkan maaf padamu. Maafkan aku, Sean. Gara-gara diriku kau celaka seperti ini." Valeria menelan ludah. Ia akhirnya memberanikan diri mengatakannya pada Sean.

Sean perlahan menoleh padanya. Matanya terlihat sedingin es seperti yang biasa dilakukannya. "Itu tidak perlu."

"Tapi aku benar-benar minta maaf, Sean. Sungguh! Aku juga ingin berterimakasih padamu karena kau mau melakukannya untukku..."

"Aku tidak melakukannya untukmu! Apa kau sadar apa yang kauucapkan?" Sean memotong permintaan maafnya sambil membuang mukanya kembali.

"Aku tidak akan sudi melakukannya seandainya kau tidak mengandung anakku." tambahnya.

Valeria terkejut mendengar jawaban kasar Sean. Tubuhnya terasa dingin. Ia tidak menyangka Sean akan mengucapkan kata-kata seperti itu. Tapi ia kembali teringat bahwa Sean memang selalu mengucapkan hal yang bertentangan dengan perbuatannya dan Valeria merasa ia harus lebih sabar.

"Ba...baiklah kalau begitu.." Valeria menunduk dengan gugup. "Apa yang bisa kubantu untukmu hari ini?"

"Permisi." ketukan di pintu memutus ucapan Valeria. Ia baru saja hendak membantu Sean untuk melakukan aktivitas paginya. Mungkin Sean perlu ke belakang atau yang lain.

"Kunjungan pagi ya, Pak." ternyata seorang perawat laki-laki dan seorang perawat perempuan datang sambil mendorong baskom berisi air hangat dan beberapa obat.

Valeria terpaksa menunggu mereka memeriksa Sean dan menunda pembicaraannya.

"Bapak ingin mandi pagi ini? Kami bisa bantu kalau memang Bapak sudah merasa sehat untuk bisa mandi." Perawat wanita tersebut bertanya.

Sean mengangguk dan perawat itu segera mendekatkan dua baskom berisi air hangat itu ke dekat tempat tidur Sean. Perawat pria membantu Sean berdiri dari tempat tidur.

(END) SEAN AND VALERIAWhere stories live. Discover now