Part 26.1 - Faded

120K 9.6K 246
                                    

Dan....

Dan kamar itu kosong....

Sean terdiam dan menarik napas tajam sambil menatap sekelilingnya.

Ia melangkah perlahan, tersandung-sandung dan jatuh berlutut di depan tempat tidur yang ada di tengah-tengah ruangan tersebut.

Kamar tersebut begitu sunyi dan tenang.

Sean menatap hampa benda-benda dalam kamar tersebut yang seolah-olah menatap balik padanya. Menertawakan dirinya...

Daniel sialan...

Mengapa ia begitu antusias mendengarkan ucapan bajingan itu?

Ucapan Daniel seolah-olah membuatnya mendapatkan sebuah harapan baru. Sebuah harapan yang membuatnya melambung hingga ke awang-awang....dan menghempaskannya kembali ke bumi dengan begitu menyakitkan.

Sekarang harapannya seakan sirna tak berbekas.

Kemana lagi ia harus mencari Valeria?

Ponselnya tiba-tiba berbunyi memecah keheningan yang berjalan. Sesaat tadi ia merasa dunia seolah berhenti berputar dan bunyi ponsel tersebut menyadarkannya kembali ke kenyataan.

Ia mengambil ponselnya dan menatap layar ponsel. Ternyata itu sebuah panggilan dari detektif yang disewanya. Sean segera menggeser layar dengan antusias kembali.

"Kami mendapat perkembangan, Pak Sean. Sopir taksi itu sudah mengingat kemana ia membawa istri anda setelah ia menonton rekaman CCTV yang diberikan pihak rumah sakit."

Perkataan detektif itu membuat hatinya membuncah kembali. Ia langsung berdiri sambil mencermati baik-baik apa yang akan didengarnya. "Jadi kemana ia pergi?"

"Grand Indonesia Mall, Pak."

"Apa?!" Sean mendengarnya tak percaya.

Valeria meminta sopir taksi itu menurunkannya di sebuah mall yang bisa dikatakan mall terbesar dan terluas di Jakarta. Apa sebenarnya maksud dan tujuan Valeria?

"Kami berasumsi bahwa istri anda hanya menjadikan tempat itu sebagai kamuflase untuk menutupi kemana sebenarnya ia pergi. Bisa dikatakan seperti sebuah tempat transit. Dari sana ia pergi menuju tempat sebenarnya dengan taksi atau kendaraan lain."

Sean meresapi perkataan detektif tersebut dan menutup mata. Jika asumsi tersebut benar, itu berarti Valeria sangat pintar dan sudah memikirkan segalanya. Istrinya itu sengaja memilih tempat yang paling sulit baginya untuk terlacak. Ia sengaja mempersulit penemuan dirinya. Sean...merasa dibodohi oleh anak seumur Valeria. Sial!

"Dan setelah itu kemana ia pergi?" Sean bertanya lagi dengan tidak sabar.

"Sedang diteliti kembali, karena kami harus menunggu salinan rekaman CCTV dari pihak mall dan setelah itu kami harus mengeceknya satu persatu. Mall itu memiliki ratusan bahkan mungkin ribuan CCTV yang tersebar, tapi kami akan fokus awal pada pintu keluar dan tempat parkir." jelas detektifnya.

Sean terdiam.

"Pak...Pak..."

Ia menurunkan ponsel dari samping telinganya tanpa menjawab kembali. Keputus asaannya kini berubah menjadi sebuah percikan kemarahan yang mulai terasa terbit pada dirinya.

"SIAL!! SIAL!! GADIS SIALAN!!! DAMN IT!!"

Sean meneriakkan umpatannya berkali-kali di kamarnya setelah menutup panggilan tersebut. Ia merasa sangat marah tak tertahankan pada Valeria.

Dengan gusar ia melangkah keluar dari kamar hotelnya dan memasuki lift untuk kembali turun menuju mobilnya.

Sepanjang perjalanan ia terus mengumpat sambil melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Valeria sialan! Sean baru dapat membuka matanya yang buta selama ini dan tersadar bahwa gadis itu melarikan diri darinya. Melarikan diri dan parahnya lagi membawa serta anaknya. Anaknya!

Valeria sengaja menyuruhnya pergi ke tempat yang jauh. Membujuknya pergi berhari-hari semata-mata hanya untuk menjalankan rencananya ini.

Menyesal selama ini ia bersikap baik kepada gadis tersebut. Seharusnya sudah sejak awal ia memperlihatkan siapa sebenarnya dirinya kepada Valeria sehingga gadis itu tidak akan berani padanya seperti ini. Valeria telah meremehkannya, menginjak-injak harga dirinya dan melemparkan kebaikannya kembali ke wajahnya dengan begitu rupa.

Sean tidak akan kalah dari gadis ingusan itu. Valeria berani melarikan diri darinya dan itu berarti gadis itu telah menantangnya.

Ia akan mengejarnya hingga ke ujung dunia seperti sumpahnya dulu, tidak peduli berapa waktu dan biaya yang akan ia keluarkan. Dan saat menemukannya ia tidak akan pernah bermanis-manis lagi pada gadis itu. Ia akan menyekap Valeria, merantainya jika perlu dan tidak akan peduli meski gadis itu menangis memohon ampun padanya. Persetan dengan keluarga gadis itu yang akan menuntutnya.

***

(END) SEAN AND VALERIAWhere stories live. Discover now