Part 27.2 - Runaway

101K 8.2K 184
                                    

"Seharusnya sejak kemarin kemarin kau menghubungi Kakak, Vally!! Kakak tidak akan bisa menanggungnya jika terjadi sesuatu padamu!!" Jean kembali mengomel marah-marah di mobil mereka saat perjalanan menuju Sentul City. Ia menghadap ke belakang, karena Valeria berada di kursi penumpang, dan dirinya berada di depan.

"Aku tidak bisa melakukan rencanaku jika Sean tahu Kakak yang menjemputku di rumah sakit." elak Valeria. "Ia pasti akan menginterogasi Kakak dan mungkin akan melaporkan Kakak pada polisi."

"Tapi kau....kau...kau melahirkan Vally!! Dan sendirian!!" Jean mendesis frustrasi. Ia ingin berteriak, tapi takut membangunkan keponakannya yang sekarang tertidur di buaian adiknya.

Malik memegang setir dengan tangan kanannya dan menepuk-nepuk bahu Jean dengan tangan kirinya. "Jangan memarahinya sekarang, Jean. Ingat ia baru saja mengalami masa sulit."

Jean menggertakkan gigi dan terlihat menarik napas panjang. "Oke...Fine!...Aku akan menundanya nanti. Mungkin setahun lagi. Tapi jelaskan rencanamu ini pada Kakak sekarang, Vally."

Valeria menjelaskan segala yang ada di pikirannya dan Jean mengerutkan kening mendengarnya.

"Kalau Kakak tidak mau membantu, turunkan Vally di Indomaret depan saja, Kak. Nanti Vally melanjutkan ke Sentul sendiri dengan taksi." imbuhnya sambil memandang Jean dengan tatapan sendunya.

Ucapan terakhir Valeria tentu saja membuat Jean tidak memiliki pilihan selain setuju mengantar adiknya.

Beberapa menit kemudian mereka makan siang di sebuah rumah makan yang terkenal cukup enak. Valeria sempat menyusui sebentar saat bayinya menangis dan sekarang bayinya itu sedang tertidur kembali dengan damai di kereta bayi. Perawat berpesan padanya untuk teratur menyusui setiap dua jam.

"Kau sudah menamainya?" Jean bertanya sambil menggigit sumpit.

Valeria menggeleng.

"Jadi bagaimana kita memanggilnya?" Ia menoleh pada Malik dan Valeria bergantian.

Malik mengangkat bahu lalu menoleh pada Valeria.

"Baby?" Valeria mengerutkan alis.

Jean tidak menjawab dan menoleh ke kereta bayi. Kakaknya tampak menatap bayinya dengan intens.

"Anakmu mirip Sean."

Valeria hampir tersedak mendengarnya. Ia menoleh juga dan mengamati bayinya yang tertidur. "Tidak, Kak...ia mirip denganku!! Lihatlah hidungnya." protesnya sambil tersenyum cemas.

"Tapi matanya sangat mirip dengan Sean. Anakmu pasti mewarisi wajah seram Sean." lanjut Jean.

"Tidak! Tidak! Tidak, Kakak! Lihatlah baik-baik. Ia lebih mirip diriku!" Valeria membantah sambil menunjuk wajahnya sendiri dan wajah anaknya bergantian pada Kakaknya.

"Kenapa kau begitu repot menyanggahnya, Vally! Jika mirip Sean tentu saja tidak mengherankan. Dia kan ayahnya! Kalau Kakak bilang mirip tetangga baru kau seharusnya protes!" Jean mulai kesal sambil menghentak-hentakkan sumpitnya di meja.

Valeria menatapnya cemberut.

Malik hanya tersenyum. "Sudahlah, Jean sayang. Kau seharusnya tidak usah terlalu berlebihan mengenai hal itu. Kalau memang adikmu mengatakan itu mirip dirinya, kita harus mendukungnya. Kamu kan lebih tua daripada Valeri. Harusnya mengalah sedikit tidak ada ruginya." Ia menasehati Jean.

Jean mendelik lagi menghadap Malik.

Valeria mulai berbinar-binar. Ia merasa menemukan seseorang yang membelanya. Kak Malik memang sungguh baik. Selain tampan, ia juga baik dan sabar. Valeria semakin mendukung hubungan Kakaknya dengan pria yang satu ini.

Malik menoleh memandang Valeria yang tersenyum padanya penuh pengharapan. "Jadi mulai sekarang kita panggil dia Sean Jr." tandasnya.

Valeria mendadak cemberut lagi.

***

"Malik!! Apa kau buang angin?" Jean bertanya pada Malik sesaat setelah mereka berangkat. "Tega-teganya kau kentut di mobil!!"

Malik menoleh padanya dengan keheranan. "Aku tidak buang angin. Kalaupun aku buang angin, biasanya kau tidak akan tahu karena kentutku tidak berbau!" jelas Malik. Jean memukul bahunya.

Valeria mengerjap-ngerjapkan mata menyaksikan interaksi Kakaknya dan kekasihnya.

"Lalu kalau kau tidak kentut, siapa..." Jean menoleh ke arah Valeria.

"Apa!? Aku?" Valeria tersentak dan bibirnya membentuk huruf O. "Kak!! Jangan menjatuhkan imejku ya. Bukan aku pelakunya!!"

"Lalu kalau bukan Malik dan dirimu, lalu siapa?!" Jean menggerutu dengan kesal.

Valeria dan Malik menatap Jean.

Giliran Jean yang ternganga. "Please!! Aku tidak mungkin melakukan hal tidak sopan semacam itu!!"

Malik tertawa dan Jean memukul-mukul bahunya kembali.

Valeria kemudian mengendus-endus bau itu dan tersadar. "Kak...anakku pup."

"Whatttt!!!" Jean menoleh melihat anaknya.

Malik menghentikan mobil di depan sebuah minimarket yang dekat dengan lapangan berumput. Mereka hampir sampai di wilayah Sentul dan udara perlahan-lahan mulai terasa sejuk. Untunglah tidak turun hujan.

Valeria mengganti popoknya dengan popok bayi yang baru dibelikan oleh kakaknya dan Malik di pinggir pintu mobil yang terbuka. Mereka juga membelikannya tisu basah, bedak dan perlengkapan bayi lainnya untuk Valeria.

Valeria melepas popok yang berisi kotoran dan meletakkannya di sebuah tas plastik di lantai mobil. Nanti ia akan membuangnya di tempat sampah minimarket. Ia menyeka kotoran yang melekat pada tubuh bayinya dengan perlahan-lahan. Ia masih tetap ketakutan dan gugup saat melakukannya meski ini bukan pertama kali baginya mengganti popok bayi. Kenapa bayi begitu kecil dan rapuh? Valeria takut menyakitinya.

Terdengar bunyi klik.

Valeria menoleh dan mendapati Malik baru saja memotretnya. Kakaknya ada di belakang Malik memperhatikannya mengganti popok.

"Nanti akan kupajang di karyaku." Malik tersenyum padanya. Lalu menoleh heran pada Jean di belakangnya. "Kenapa kau bersembunyi?"

Jean mendelik padanya. "Aku tidak bersembunyi!! Aku hanya memberi ruang pada adikku untuk mengganti popok bayi."

"Lihat, Jean. Bukankah anak itu sungguh lucu. Kau tidak ingin memiliki anak? Apa naluri keibuanmu tidak timbul dengan melihat Valeria seperti ini?" Malik merangkul kakaknya yang menatap Valeria dan bayinya dengan ngeri.

Jean menggeleng-geleng.

Valeria merasa geli. Kakaknya memang belum ingin memiliki anak karena ia wanita yang praktis.

Ia melanjutkan memakaikan popok bayinya dan membetulkan letak selimutnya. Valeria mencium bayinya kembali. Astaga!! Bayinya sungguh harum dan berbau khas...bayi...? Belum ada nama ilmiah di dunia ini untuk mendeskripsikan aroma yang tercium dari bayi yang baru lahir. Dan bayinya sungguh lucu!!! Bayinya adalah bayi terlucu di dunia! Yah...semua ibu pasti berpikir bayinya adalah yang terlucu di dunia. Apanya yang Kak Jean katakan bahwa baby nya ini mirip Sean? Tidak mirip!

Valeria selesai mengerjakan tugasnya dan mulai mengumpulkan sampah untuk dibuang, tapi ia terkejut mendapati popok kotornya hilang. Ia melihat ke kanan dan ke kiri, ke bawahnya jika mungkin popok kotor itu terjatuh. Di kejauhan ia melihat di lapangan berumput Kak Malik mengejar Kak Jean sambil mengacungkan popok kotornya.

"Malik hentikan!!! Malik jelek!! Bego!!" kakaknya berteriak sambil berlari menghindari kejaran Malik.

Valeria tertawa melihat mereka.

Alangkah serasinya Kakaknya dan kekasihnya itu dengan segala perbedaan yang mereka miliki. Andai saja dirinya dan Sean bisa seperti itu...

Bukankah dirinya dan Sean memiliki sifat yang bertolak belakang?

Kenapa ia jadi memikirkan Sean kembali....

***

(END) SEAN AND VALERIAWhere stories live. Discover now