Part 15. 2-Maafkan Aku

356K 17K 313
                                    

Buat yang ingin memiliki buku bisa memesan di Lemari Bundi (087881403682) atau instagram Matchamedia. Versinya versi asli ini plus tambahan extra part.

Harga buku : 79.500 (ga tau dapat diskon lagi ga di Lemari Bundi, tanya aja)

***

Siang harinya, Valeria kembali ke rumah sakit diantarkan oleh kakaknya. Kak Jean hanya mengantar hingga lobby dan berjanji akan kemari nanti sore bersama ayah ibunya. Mereka tentu saja harus tetap melanjutkan aktivitas harian mereka.

Ia menekan lift menuju lantai kamar Sean dan menunggu dengan tidak sabar. Ia belum mengucapkan terimakasih dan maaf pada Sean sejak kemarin. Hari ini ia akan mengucapkannya.

Lift terbuka dan ia melangkah keluar sambil menenteng makanan dan tas nya yang berisi buku komik, majalah dan ponselnya. Siapa tahu nantinya ia kebosanan di sana. Atau mungkin saja Sean kebosanan dan ia akan menawarkannya pada Sean.

"Tolong jangan memelukku. Tulangku patah, Ma." Valeria mendengar suara Sean yang sedang bercakap-cakap dengan seseorang saat ia membuka pintu.

"Mama mencemaskanmu setengah mati, Sean! Kau tidak tahu bagaimana perasaan Mama saat Andre menelepon bahwa kau masuk rumah sakit."

Ternyata Marinka, ibunda Sean sekaligus mertuanya sudah tiba di rumah sakit. Valeria masuk dengan canggung. "Ma..." ia menyapa.

"Valeria, kau sudah datang. Coba ceritakan bagaimana kejadiannya Sean bisa mendapat kecelakaan seperti ini?" Marinka menghampirinya cemas.

Valeria ketakutan. Ia tidak bisa membayangkan reaksi mertuanya itu jika tahu penyebab kecelakaan Sean adalah dirinya. Tapi ia harus mengatakannya dengan jujur tentang segalanya meski akan berakibat buruk baginya.

Valeria menunduk dan memilin-milin jarinya. "Itu kesalahan.."

"Ada anak kecil yang sedang main di tengah jalan, Ma. Pengemudi mobil itu menghindarinya dan tidak sengaja menabrakku." Sean memutus ucapannya sambil sibuk memainkan ponselnya dengan tangan kiri.

Valeria mengangkat kepala dan menoleh. "Bukan begitu. Kejadian seben..."

"Untung saja ia menabrakku, bukan anak itu, Ma." Sean menekankan ucapannya lagi sambil menatap mereka dengan serius, terutama Valeria. Seakan-akan menyuruh Valeria untuk tidak melanjutkan.

"Ya ampun! Untung saja kau tidak apa-apa, Sean. Siapa sih orang tua yang membiarkan anaknya itu bermain di jalan. Sungguh berbahaya." Marinka bersungut-sungut.

Valeria terpana menatap Sean. Ia masih tidak percaya dengan apa yang baru diucapkan Sean.

Sean melindunginya dari amarah ibunya?

Ini kedua kalinya ia menyelamatkan Valeria lagi. Apa Sean sudah berubah sekarang?

"Valeria, kau tidak duduk? Eh, kau membawa makanan ya, Nak?" Marinka memperhatikan tentengan Valeria.

Valeria tersentak. "Ah, iya. Kupikir makanan rumah sakit tidak enak, jadi aku membelikan ini."

"Sean, ayo kamu makan sekarang mumpung masih hangat lho. Bisa makan, kan? Mama suapin ya?" Marinka membantu Valeria mengeluarkan makanan itu dari bungkusnya.

Sean tampak tidak tertarik dan menyibukkan diri kembali di ponselnya. "Mama saja yang makan."

Valeria berhenti membuka pembungkus makanan itu. Ia merasa Sean menolak makan makanan yang dibelikannya. Rasanya sedikit sedih.

Atau mungkin Sean memang tidak suka dengan makanan yang dibelinya itu. Makanan yang dibelinya adalah makanan terkenal dari restoran Itali yang kebetulan ia suka. Valeria membelinya karena ia pikir makanan itu enak dan tidak memikirkan kemungkinan bahwa Sean tidak menyukainya. Sebenarnya apa makanan kesukaan Sean?

(END) SEAN AND VALERIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang