Part 15.1 - Maafkan Aku

188K 11.4K 125
                                    

Hola, kembali repost lagi. Hari ini aku coba posting sampai end ya, karena lanjut ke Rayhan Angela. Btw, cerita Sean and Valeria ini akan segera dirombak menjadi lebih 'soft' agar aman dikonsumsi warga Wattpad wkwk. Untuk saat ini masih versi asli, begitu tamat akan aku revisi sedikit sedikit. Tapi tenang aja nanti kalian bisa baca di blog-ku. Blog-nya masih dibuat dan akan diumumkan di akun Wattpadku ini. Pastikan kalian sudah follow akun penulis : Matchamallow

Buat yang ingin memiliki buku bisa memesan di Lemari Bundi (087881403682) atau instagram Matchamedia.  Versinya versi asli  ini plus tambahan extra part.

Harga buku : 79.500 (ga tau dapat diskon lagi ga di Lemari Bundi, tanya aja)

***

Valeria terduduk sendiri di depan ruang ICU. Tidak ada tempat duduk disana dan ia terpaksa duduk di lantai keramik rumah sakit.

Tapi ia tidak mempermasalahkan hal tersebut. Meski duduk di lantai tanah pun akan tetap dilakukannya. Ia menunggu Sean yang sedang terbaring di ruang ICU setelah menerima perawatan dari dokter yang menanganinya di IRD.

Untungnya Sean tidak kehilangan banyak darah. Akan tetapi setelah rontgen ternyata ditemukan beberapa tulang retak di bahu dan tangannya. Dan kondisinya masih mengkhawatirkan sehingga dokter memutuskan Sean harus dirawat di ICU.

Jika kondisinya membaik, dokter akan melakukan MRI untuk mengecek kerusakan lainnya dan baru bisa menjabarkan tindakan selanjutnya. Valeria menunggunya hingga dokter memutuskan tidak terjadi luka serius pada Sean dan ia bisa mendapatkan kamar.

Kunjungan ke ruang ICU sangat terbatas. Valeria dapat masuk sekali tadi dan itupun harus mengenakan baju steril pemberian dari rumah sakit.

Air matanya tak terasa menetes kembali. Sean ingin menyelamatkannya namun malah melukai dirinya sendiri. Ia hampir tidak percaya apa yang terjadi.

Sean si makhluk egois yang tidak pernah memikirkan orang lain bisa melakukan hal itu. Sebenarnya apa yang dipikirkan Sean?

Kenapa? Kenapa Sean begitu tidak tetap pendirian. Jika ingin jahat kenapa malah berbuat baik padanya?! Kenapa tidak sepenuhnya berbuat jahat, sehingga Valeria dapat dengan mudah membencinya.

Kalau seperti ini ia tidak bisa membencinya sepenuh hati.

"Vally!!" terdengar seseorang memanggilnya.

Ternyata Kak Jean bersama mama dan papanya. Valeria tidak bisa merasa lebih lega dari ini. Ia langsung memeluk mereka dan menangis tersedu-sedu.

"Maaaa...ini gara-gara Vally, Ma!!" Valeria terisak sambil memeluk ibunya. Jean menenangkannya dengan mengelus-elus punggungnya.

Andre mengintip Sean dari kaca ruang ICU.

"Tenangkan dirimu, Vally...Jangan menangis. Ayo kita makan dulu di kafe bawah. Kau pasti belum makan bukan?"

Valeria melepaskan pelukannya. "Tapi, Sean Ma..."

"Biar Papa yang menunggunya disini sementara, Vally. Ingat kau sedang mengandung. Jangan sampai kau terlambat makan dan membuat bayimu menderita." Ucapan Jean membuatnya tersadar.

Ia pun setuju dan berjalan bersama mereka ke kafetaria rumah sakit.

***

Vally mulai bercerita pada ibu dan kakaknya saat makan di kafetaria. Ia menceritakan segalanya, termasuk tentang kejadiannya yang paling pribadi bersama Sean dan itu cukup membuatnya malu.

Tetapi mamanya dan Kak Jean sepertinya tidak terlalu terkejut dengan ceritanya. Mereka juga tidak memulai ceramah tentang moralitas.

"Vally, seharusnya kau tidak terlalu menuntut Sean tentang perasaan hatinya. Kau sadar bukan ia menikahimu bukan karena cinta?" Jean menasehati sambil meminum kopinya.

(END) SEAN AND VALERIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang