Part 16.4 - Jealousy

175K 12.6K 566
                                    

Sean sudah terbangun sedari tadi tetapi ia malas untuk keluar dari kamarnya.

Ia melihat ponselnya dan membuka pesan dari Valeria satu per satu. Ia tidak membuka pesan dari sosmed karena Valeria akan tahu kalau ia sudah membacanya. Hari ini ia baru bisa memberanikan dirinya untuk membuka pesan Valeria.

Day 1 Sean kau ada dimana?#kalau blh tahu

Day 2 Sean, pesanku masuk bkn?Kmrn aku sempat menanyakan keberadaanmu. Valeria.

Day 3 Ini Valeria lg. Mungkin pesan ini hanya mengganggumu, tp ak serius ingin mengetahui keadaanmu, Sean. Kuharap kau baik-baik saja. Aku mengkhawatirkanmu.

Valeria mengkhawatirkannya.

Sean mencibir sinis melihat pesan-pesan dari Valeria. Apa gadis itu serius? Seorang gadis berumur 18 tahun mengkhawatirkan pria berumur 31 tahun? Apa Valeria pikir ia tidak bisa menjaga dirinya? Pesan-pesan itu membuatnya ingin tertawa.

Lalu apa yang diharapkannya?

Sean, kumohon pulanglah. Aku menunggumu setiap hari di rumah dan aku sangat mengharapkan dirimu kembali. Aku akan melakukan apapun asal kau mau kembali Sean...Apapun...

Kira-kira seperti itulah kata-kata yang diharapkannya.

Sean menjatuhkan ponselnya dengan sembarangan di kasur. Ia sudah mulai berkhayal yang tidak-tidak.

***

"Keadaanmu semakin mengkhawatirkan, Sean." Budi kembali menegurnya saat berada di klub. Hari ini mereka berangkat ke klub cukup sore. Jam 7 malam. Karena besok Rayhan harus mengejar penerbangan ke Singapura dan harus berangkat pagi.

"Aku baik-baik saja! Tidak ada yang salah denganku!" Sean mulai membentak karena teman-temannya selalu menganggap keadaannya mengkhawatirkan.

Ia hanya belum mencukur rambutnya sejak keluar rumah sakit sehingga penampilannya terkesan kacau. Ia juga malas bercukur setiap pagi sehingga rahangnya terasa kasar saat disentuh. Pasti sudah tumbuh cambang sedikit.

Daniel tiba-tiba duduk menghempaskan diri di sampingnya "Aku tahu yang dia pikirkan. Sebenarnya ia selalu uring-uringan memikirkan istri kecilnya itu di rumah. Sean jatuh cinta padanya."

Ucapan Daniel langsung mendapat perhatian dari Sean.

"Apa maksud ucapanmu?" Sean bertanya dengan dingin.

"Sedang membicarakan apa? Kelihatannya seru." Rayhan ikut mendekati mereka dengan riang.

Daniel menggaruk-garuk kepalanya. "Ini tentang Sean. Kemarin Linda protes padaku katanya Sean tidak bisa memuaskannya."

Sean menggertakkan giginya. Wanita jalang itu tidak bisa menjaga mulutnya sedikit pun. Linda sebaiknya berharap tidak akan bertemu Sean lagi untuk selamanya.

Rayhan tertawa terbahak-bahak. "Yang benar saja, Sean?! Kau terkena impoten? Itu tidak mungkin, kau pasti bergurau, ya kan Daniel?" Rayhan masih tetap tertawa keras.

"Kau bisa bertanya pada Linda jika kau bertemu dengannya. Omong-omong kau benar-benar takluk pada istrimu itu ya, Sean?"

"Kau sudah gila, Daniel! Aku? Jatuh cinta pada anak kecil itu?" Sean tertawa sinis. "Aku sudah mengatakan bahwa aku akan menceraikannya setelah ia melahirkan anakku. Aku tidak memiliki perasaan untuknya dan bagiku ia hanya sebatas media yang membawa anakku. Mengerti? Harganya di mataku sama dengan sebuah barang." Sean menghabiskan minuman di gelasnya sekali teguk.

"Jadi kau benar-benar tidak ada perasaan untuk gadis itu sama sekali?" Daniel tersenyum nakal.

"Absolutely no." Sean menjawab mantap.

(END) SEAN AND VALERIAWhere stories live. Discover now