Part 17.3

196K 11.6K 472
                                    

Karena tidak ada yang mereka lakukan pada hari itu, akhirnya Sean berencana mengajaknya ke pesta salah satu temannya yang diadakan sore ini hingga petang.

Sean sangat jarang menghadiri acara-acara semacam itu karena ia malas menghadiri acara yang menuntutnya berbasa-basi, tapi ia memang ingin mengenalkan Valeria kepada beberapa teman-temannya. Ia belum sempat mengenalkan Valeria kepada siapapun, termasuk karyawan-karyawan di perusahaannya. Itu bisa menyusul nanti.

Ia menyuruh Valeria tidur sebentar sementara ia mengecek pekerjaannya lewat internet. Setelah itu ia ikut tidur memeluk gadis itu. Mereka terbangun pada pukul tiga sore dan bergegas bersiap-siap.

Valeria sempat kebingungan mencari pakaian yang bisa menutupi hasil pekerjaan Sean di lehernya dan akhirnya menemukan sebuah gaun brokat turtle neck berwarna putih. Perutnya masih belum membesar sehingga ia masih bisa memakainya. Hanya saja ia mulai merasakan agak sempit di pinggangnya. Ia menggunakan mutiara kecil di lehernya untuk mempermanis penampilannya.

Sean yang tidak begitu bermasalah dengan penampilan sudah berpakaian sejak tadi dan memperhatikan Valeria. Baju yang dipakai Valeria sebagian besar adalah baju yang berasal dari rumah gadis itu sendiri.

Selama menikah dengannya, Valeria tidak pernah memakai uangnya. Ia sempat memberi Valeria kartu debit dan kartu kredit tapi tagihan kartu kredit yang datang padanya selalu nihil. Ia juga mengecek rekening bank yang ia bukakan atas nama Valeria dan rekening itu juga utuh dan hanya berkurang dipotong biaya administrasi bulanan.

"Seharusnya kau mulai berbelanja pakaian yang baru. Sebentar lagi tubuhmu akan membesar." Sean berceletuk.

Valeria menatapnya dengan terkejut. "Apa aku sudah mulai gemuk?" Ia memegang pipinya.

"Aku menyuruhmu berbelanja, bukan mengatakan kau gemuk!" Sean mendesah kesal.

"Mungkin dalam minggu ini." Valeria hanya memiringkan kepalanya sambil mengangkat bahu.

"Kau tidak meminta uang pada ayahmu bukan? Aku akan sangat malu jika kau sampai melakukannya." Sean bertanya padanya dengan penuh selidik.

"Tentu saja tidak, Sean." Valeria tersenyum. Sean merasa lega.

Valeria melanjutkan dengan bangga "Aku punya sedikit tabungan yang kukumpulkan sejak taman kanak kanak..."

"Besok aku akan mengantarmu berbelanja! Ayo berangkat!" Sean mulai naik darah kembali.

Gadis ini selalu membuatnya melakukan hal-hal yang tidak disukainya. Sebenarnya ia paling tidak suka mengantar wanita berbelanja. Tapi ia harus memastikan Valeria menggunakan uang darinya.

"Sean...Sean, aku ingin mencoba mengendarai mobil non matic. Kau bisa mengajarkanku bukan?" Valeria meminta dengan riang saat Sean sudah mengeluarkan mobil dari rumahnya dan berada di jalanan kompleks.

Sean menatap cuaca yang cerah dan jalanan yang agak sepi. Ia mendesah. "Baiklah. Hanya sampai depan saja ya."

Valeria duduk dengan antusias di pangkuan Sean dan mendengarkan. "Ini rem, ini gas dan ini kopling. Lalu bagian ini adalah giginya. Kau bisa melihatnya sesuai urutan angka dan huruf R ini adalah mundur." Sean menjelaskan lebih lanjut lalu memberikan contohnya beberapa kali.

"Kelihatannya mudah." Valeria mengangguk tersenyum dan ia mencobanya.

Lima belas menit kemudian setelah membayar ganti rugi kepada pedagang ketoprak, pedagang bakso dan pos siskamling yang diserempet Valeria, Sean mengusir Valeria dari kursinya.

"Tunggu Sean...plis...berikan aku satu kesempatan lagi!! Aku pasti bisa sekarang." Valeria merengek.

"Diam!! Aku tidak ingin mati muda!" Sean menghidupkan mesin mobil dan menjalankannya. Ia tidak akan membiarkan Valeria mendekati kemudi mobil untuk selama-lamanya.

(END) SEAN AND VALERIAWhere stories live. Discover now