Part 26.4 - Faded

268K 20.4K 953
                                    

"The monster running wild inside of me. I'm faded..."
~Sean~

***

"Jean, sudah bangun? Mama sudah siapkan sarapan, ayo makan bersama Sean juga." Mamanya berujar riang.

Jean menatap penampilan Sean yang bersih namun kacau balau.

Ia sesungguhnya sempat mendengar sedikit percakapan yang terjadi antara Mamanya dan Sean tadi. Jean duduk di salah satu kursi makan di hadapan Sean.

Bik Sani membawakan kopi untuk mereka. Jean menerima cangkir kopinya dengan penuh sukacita.

Ia meminum kopinya sambil menatap Sean.

Sean balas menatapnya sambil meminum kopinya dan memakan sarapannya. Jean ingin menantangnya bermain intimidasi dengan tatapan mata?

Jean tiba-tiba tersenyum padanya dan menaruh kopinya.

"Bagaimana kabarmu?" Jean berujar. Pertanyaannya membuat Sean keheranan.

"Seperti yang kaulihat. Tergantung bagaimana kau menilainya." jawab Sean acuh tak acuh.

"Kau masih tetap sombong, Sean. Padahal kau terlihat menyedihkan." Jean tertawa.

"Aku tidak ingin berdebat denganmu, Jean." Sean menanggapi dengan tenang. Bisa-bisanya Jean tertawa tanpa kesulitan di saat adiknya menghilang. Gadis ini sungguh gadis berdarah dingin.

Tunggu dulu!!

Ia tidak mungkin tidak peduli. Jean terlalu sayang pada Valeria.

Sean teringat Jean pernah ke kantornya saat pertama kali dan mengamuk tak terkendali. Ia tidak tertawa sedikitpun.

Sean berhenti makan dan menatapnya. Sebuah kesadaran mulai terbentuk perlahan-lahan di pikirannya. Rayhan mengatakan bahwa pasti ada seseorang yang membantu Valeria....

"Astaga! Kau orangnya!" Sean bergumam.

Jean terkejut mendengarnya dan memalingkan wajahnya.

Reaksi Jean membuat Sean tidak meragukan kecurigaannya. "Kau tahu dimana dia!! Katakan padaku, Jean!!" Sean berdiri dan mendesaknya.

"Aku tidak bisa, Sean!! Aku sudah berjanji padanya. Silakan saja kau mengamuk, aku tidak bisa tidak menepati janjiku." Jean menopangkan dagunya pada tangannya dan menatap taman.

Suasana hening seketika. Jean merasa khawatir akan reaksi Sean. Ia tidak ingin Sean mengamuk di rumahnya, tapi ia sudah berjanji....Kenapa Sean bisa seketika menebak dirinya dengan tepat?!

"Kumohon katakan padaku, Jean."

Jean mengerutkan kening. Sean... tidak mengamuk? Dan memohon padanya?

Jean menoleh dan mendapati Sean berlutut padanya. Ia seketika berdiri dari kursinya dan menjauhi Sean.

Ia tidak percaya ini!!

Sean Martadinata berlutut memohon pada orang lain?

Ya, Tuhan...Sean juga mencintai adiknya....

Jean menutup mulutnya dengan prihatin. Ia terdiam menimang-nimang sesuatu. Jean akhirnya memutuskan sambil memutar bola matanya.

"Sean...aku sudah berjanji...Tapi kau terlihat begitu menyedihkan. Ada baiknya kau mengunjungi ibumu..."

Sean tercengang mendengarnya. "Ia...disana?!"

"Aku hanya menyarankanmu menemui ibumu! Bukan mengatakan ia ada disana, Sean!! Aku sudah berjanji!!" Jean menggertakkan giginya dengan kesal.

Sean seketika berdiri dan berjalan menuju pintu depan.

(END) SEAN AND VALERIANơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ