3. Bencana

1.4K 325 8
                                    

Ini buruk. Sangat buruk.

Kejadian itu terulang lagi. Demi Langit, kejadian itu terulang lagi! Dan kali ini di hadapan sang pangeran sendiri!

Setelah sihir mati, pangeran Oryziel keluar dari ruang kemudi. Tak ada lagi senyum ramah di wajahnya. Tidak ada lagi sihir dari tubuhnya. Sulur-sulur yang tadi mengalir dari tubuhku mendadak sirna seiring menghilangnya sihir untuk dimakan. Benar-benar musnah total. Rasa sakit di mataku pun lenyap, menyisakan tubuh yang masih berdenyut lelah dan otot yang kebas karena serangan sakit dan panas internal yang bertubi-tubi. Aku, sendirian, menghadapi royalis garis utama kerajaan Inggris, pemilik salah satu sihir paling kuat di negara ini, yang berada dalam keadaan tidak senang.

Sial.

"Alto, hei!" Kurasakan cengkaman Edward di pundakku. Aku menoleh padanya sambil mengusap mata, mengusir denyut yang tersisa di sana. "Kau tidak apa-apa sekarang?"

"Ya." Aku berbohong. "Itu sihir yang luar biasa kuat."

Edward menghela napas lega. "Aku tidak tahu kalau kau alergi sihir!" Dia berdecak. "Kau menakutiku sampai mati tadi!"

Aku baru akan meminta maaf ketika derap sepatu itu terdengar mendekat. Perhatianku berpindah ke depan, ke arah sang pangeran yang keluar dari kapal.

Pangeran Oryziel berjalan menjauh dari kapal udara dengan tenang. Tapi siapapun tahu, ketenangan kali ini tidak seperti ketenangan saat dia datang. Ada kemarahan mengerikan di balik ketenangan kali ini, kemarahan yang siap untuk meledak pada orang pertama yang cukup kurang ajar untuk mengajaknya bicara.

Dia menemui Ketua Pengawas Frederic yang berdiri dengan wajah seputih awan di ujung anak tangga. Mulut cerewet penjilatnya terkunci rapat-rapat di bawah ancaman amukan sang pangeran. "Nah, Tuan Frederic, ini bisa menjadi catatan yang kurang memuaskan untuk Serikat Pandai di bawah naunganmu."

Pangeran Oryziel melirik kami semua. Mata hijaunya kini berpendar dingin mematikan seperti pusaran air laut dalam, menyisir kami satu per satu baik-baik. Mencoba menjaga kesopanan, kami semua menunduk.

Dalam diam, aku menahan keinginan untuk mengerutkan kening karena terheran-heran. Tidak biasanya ada penyihir yang menatap kami, para manusia, dengan tatapan seintens itu. Maksudku, dia seperti sedang berusaha menguliti semua rahasia dan topeng beku kami.

"Mohon maaf sebesar-besarnya atas ketidak becusan saya ini, Yang Mulia," Ketua Pengawas membungkuk di hadapan sang pangeran, sukses memindahkan perhatian pangeran Oryziel dari kami. "Saya bersedia dihukum atas kesalahan fatal yang bodoh dan memalukan ini."

"Tidak perlu merendah seperti itu, Tuan Frederic," tolak pangeran Oryziel. "Kesalahan bisa terjadi pada siapapun. Hanya saja, tolong pastikan kesalahan yang sama tidak akan terulang lagi."

"Baik, Yang Mulia." Ketua Pengawas kembali berdiri tegap. Dari sudut mata, dia mendelik kami semua dalam kemarahan yang kental. Mata coklat karamelnya terlihat mendidih oleh pendar yang menyala-nyala mirip bara api. Setelah ini kamilah yang akan jadi sasaran kemarahannya. Aku berani bertaruh seluruh nyawa. "Saya jamin tidak akan ada kesalahan yang sama." Artinya dia akan menghukum kami dengan sangat keras, tak terkecuali aku dan Edward.

Tidak, jangan Edward juga. Jangan sahabatku juga. Dia tidak bersalah. Perbaikan yang dilakukannya sempurna. Tidak ada satu pun dari mekanik di sini yang melakukan kesalahan. Mereka sudah melakukan apa yang mereka bisa dengan sempurna.

Akulah yang bersalah. Aku satu-satunya yang patut dipersalahkan di sini. Karena aku semua pekerjaan mereka jadi sia-sia dan akan kena hukuman berat. Tidak. Itu tidak boleh terjadi.

Lazarus ChestWhere stories live. Discover now