15. Menjadi Awak

1.1K 301 53
                                    

"Kapanpun Anda bersedia, Sir."

Will terkekeh sebelum melontarkan senyum jenaka kepadaku. "Tidak perlu seformal itu padaku. Perbedaan jabatan kita tidak terlalu jauh di sini." Dia mengedikkan bahu dengan santai.

Dahiku berkerut-kerut bingung. "Apa ... kiranya jabatanku di sini?"

"Awak," jawab Will santai. Dia menunjuk dirinya sendiri. "Swain—perwira junior—yang menangani bagian bongkar dan angkut barang-barang," jawab Will. Mengambil langkah mendekat, mata gelapnya menatap ember di pelukanku. Senyum jahil merekah di bibirnya yang tipis. "Tapi aku juga ditugaskan bersih-bersih seluruh bagian dalam kapal sebagai hukuman. Jadi ... kita berbagi tugas, eh?"

Aku melirik ember di pelukanku selama sedetik. "Kurasa begitu," jawabku tak acuh. Lalu aku tersadar sesuatu. "Hukuman apa?"

Hampir terlihat seperti kebiasaan, Will menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya yang kurasa tidak gatal. "Aku ... melakukan kesalahan dengan salah satu pesanan penting. Kapten marah besar."

"Oh." Pantaslah di gudang tadi dia senewen sewaktu Hector mencegahnya mengambil pesanan.

Dia menepuk pundakku. "Nah, ayo, Greenie! Kita bersihkan bagian dalam kapal." Dengan keakraban yang entah datang dari mana, dia merangkul pundakku, menarikku ke dalam dekapannya dan menyeretku pergi. Tapi kemudian dia berhenti lalu mencondongkan tubuhnya dan menatapku lekat-lekat. "Bagaimana kau melakukannya?"

Ada dugaan kuat yang meraung-raung dalam pikiranku. "Apa maksudmu?"

"Warna matamu itu." Benar dugaanku. "Bagaimana bisa warna matamu berubah dari hijau ke coklat seperti itu?"

Sejujurnya, aku tidak siap menghadapi jawaban itu. Hijau ke coklat? Warna mataku berubah seekstrim itu? Berkali-kali aku bercermin dan masih ingat warna mataku segelap biji buah kenari. Sudah ada dua orang yang bilang warna mataku berganti, sekarang ada yang menjelaskan bagaimana perubahan warna mataku bisa membuat dahi mereka berkerut-kerut bingung.

Kemudian pertanyaan itu menghantam benakku.

Bagaimana jika mataku berubah tanpa aku ketahui?

Demi Langit, bagaimana kalau itu benar? Bagaimana kalau selama ini mataku sering berubah warna tanpa aku tahu?

"Hei!" Seseorang memetik jarinya di depan mataku, menyentakku dengan paksa kembali ke kenyataan. Setelah mengerjap beberapa kali, wajah heran Will berada dekat sekali dengan wajahku. "Kenapa mendadak kau melamun?"

"Tidak, tidak ada apa-apa. Hanya sedikit ... bingung," jawabku seadanya.

Will bergumam sebentar sebelum merangkul pundakku semakin erat. "Kalau begitu, ayo! Bard mengawasi kita malam ini dan kalau sampai dia melihat ada noda di lantai ...." Will meringis, menandai hal buruk tanpa perlu bicara panjang lebar. Setidaknya dia sudah memberiku peringatan, itu bagus, meski aku tidak tahu siapa Bard yang dimaksud di sini. "Wow, Greenie, kau benar-benar butuh makan! Pundakmu kecil sekali! Tapi tenang, bekerja di sini akan membuat seluruh otot-ototmu muncul dan para wanita akan langsung berdatangan!"

Aku tidak berniat untuk dikagumi para wanita dan jelas aku tidak akan kagum pada pria sepertimu, batinku sambil diam-diam menjengit ke arah Will.

"Sebelum itu," ujarku, melepaskan diri secara paksa dari rangkulannya yang terlalu akrab untuk ukuran dua orang yang baru saling kenal selama satu hari, "apa kau punya cermin?"

***

"Air tidak banyak membantu," protesku saat kesekian kalinya aku berkaca di permukaan air di dalam ember sebelum membilas kain lap ke air kotor di dalamnya. Refleksi wajahku pada air sempat hancur di antara riak-riak air sebelum kembali utuh.

Lazarus ChestWhere stories live. Discover now