36. Azran: Keputusan

1K 280 29
                                    

Semuanya terlambat.

Bantuan dari kapal kelompok Augusta, Santo Marcosias, baru datang tiga puluh menit sesudah semua kekacauan berhenti dan gerombolan Oryziel pergi. Kapal itu baru tiba ketika kami mendarat darurat di pelabuhan udara Saint de Angela, pulau terpencil di pinggir Laut Spanyol, salah satu wilayah netral yang belum dilirik oleh para penyihir.

Satu mesin utama Black Mary rusak total di serangan semalam. Jika aku tidak bertindak cukup cepat, kami sudah jadi bangkai kapal sekarang. Selain kerusakan mesin, ada banyak goresan dan lubang berbagai ukuran dari mulai seukuran tembakan xifos hingga seukuran bom netroleum mewarnai badan kapal, membuat kondisi kapal kelihatan jauh di atas tingkat mengenaskan.

Tanganku terkepal kuat-kuat. Serangan dadakan semalam benar-benar tidak bisa dimaafkan. Dengan cerdik, Oryziel menyamarkan kapalnya, mendekati kapalku dengan sihir yang sama sekali tidak bisa terasa—suatu keahliannya yang sudah membuatku muak dari dulu—menyerang kami secara membabi buta, merusak Black Mary, melukai puluhan awakku, bahkan menewaskan beberapa di antaranya, hanya untuk satu tujuan.

Alto.

Nama itu membuat kepalaku berpaling ke ufuk timur, ke arah fajar yang menyingsing di cakrawala. Dari arah sanalah kami datang dan ke arah sana pulalah Alto dibawa oleh Oryziel kembali ke Inggris.

Gadis itu dibawa dalam keadaan hidup alih-alih mati, yang membuat keadaan mungkin akan semakin bertambah buruk. Oryziel dapat melakukan berbagai hal mengerikan pada Alto, hal yang tidak bisa dibayangkan manusia. Dan dia hanya gadis biasa. Mungkin dia Lazarus yang menampung kekuatan untuk menjadi seorang Penjaga Gerbang nantinya, tapi dia tetap perempuan ... perempuan yang tidak pantas diperlakukan kasar.

Pikiran itu tersingkit ketika tubuhku mendadak siaga. Ada seseorang menghampiriku dari belakang.

"Untuk ukuran seorang awak, kau terlalu memikirkannya." Carmen bersuara dengan nada menyindir yang kental.

"Aku kasihan padanya, Carmen," balasku tegas. "Kau dan aku tahu betul apa yang bakal menimpa anak itu jika dibiarkan hidup. Oryziel bukan raja yang berbelas kasih."

"Empat raja lain pun tidak pernah berbelas kasih pada manusia," sahut kapten wanita itu. "Dan mereka suka sekali bermain-main dengan satu manusia pelan-pelan sampai dia mati."

Itu hanya membuat perasaanku semakin buruk. Kematian Alto tidak akan mudah. Itu pun kalau dia mati. Sihir waktu yang dimiliki oleh para Lazarus membuat mereka tidak mudah mati, malah bisa dikatakan mereka tidak akan mati kecuali waktu mereka memang sudah habis.

Demi Persaudaraan Perompak, semakin lama, kemungkinan bahaya yang dapat menimpa gadis itu semakin buruk saja!

"Kau sudah bisa kembali berlayar, Carmen." Aku berbalik, menatap perompak wanita itu lekat-lekat. "Terima kasih untuk bantuanmu dan—

"Aku tidak terima perintah darimu, Penyihir!" ketus Carmen tajam. Dia melipat tangan di depan dada. "Aku akan pergi kalau memang urusanku di sini sudah selesai. Jangan pura-pura cari alasan untuk menunda pelunasan hutangku, Pria manipulatif!"

Biasanya aku akan menyambar sindiran itu dengan senang hati, tapi kali ini kata-kata itu benar-benar menusukku. "Begitukah menurutmu? Aku pria manipulatif?"

Bibir merah Carmen yang ranum menyunggingkan seulas senyum. "Kau memang manipulatif, karena itulah kau bisa berdiri di sini sekarang, Azran."

Dia sedang memuji kemampuanku dengan tulus. Aku tahu itu karena nada bicara serta ekspresi wanita ini pun membuktikan demikian, tapi di telingaku pujian itu berubah menjadi hinaan yang bernada kurang lebih: "Kau sudah banyak berhasil menggunakan pionmu dengan cara licik, Azran, karena itulah kau di sini sekarang."

Lazarus ChestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang