32. Kekacauan

1K 290 14
                                    

Aku sempat mengira akan sendirian di dalam kapal.

Nyatanya tidak. Di dalam kapal, aku tidak sendirian. Masih ada satu orang lagi. Dari gerak-gerik, tubuh yang tidak terengah maupun berlumur peluh, kuasumsikan pemuda itu ada di sana sejak tadi, terus berjaga di balik kemudi dan mengemudikan kapal secara manual selagi yang lain berpesta porah di atap.

Di dalam ruang kemudi, Gillian berdiri sambil menekuri secarik kertas sebelum melipat kertas itu dengan raut kesal. Pemuda itu menghela napas dan sekali lagi memandang lurus ke depan ke arah kaca yang menampilkan langit malam yang luas tak berujung. Raut wajahnya yang kaku mencair ketika menatap langit malam dalam diam. Urat tegang dan kesan serius yang selalu melekat di kulit itu perlahan meleleh, menjadi seseorang yang lain, seorang pemuda yang tampak gundah penuh kecemasan namun ... kelihatan nyaman.

Aku bukan pembaca sikap tubuh yang baik, tapi dilihat sekilas, tubuhnya kelihatan nyaman berdiri di balik kemudi dan membawa kapal membelah langit luas. Wajahnya hanya menatap ke depan selagi matanya ikut membelah awan bersama haluan kapal. Kecemasan dalam wajah itu perlahan terlepas ke langit malam yang dapat terlihat dari jendela kaca bening raksasa sepanjang ruang kemudi, mengelilingi roda kemudi sejauh separuh lingkaran. Selagi mata awas Gillian membelah langit malam di depan, pandangan mataku beredar di seluruh ruang kemudi.

Berada di bagian paling atas kapal, sebenarnya ruangan ini lebih mirip aula kecil. Dengan posisi dan kenyataan bahwa hampir seluruh ruangan ini diselimuti kaca, ruangan ini bisa dikatakan sebagai yang paling rapuh dan paling mudah diiincar. Kapten dapat terlihat dengan jelas dari depan, samping kanan, kiri, maupun belakang dengan semua kaca ini. Peluru bisa mudah menembus dan menghancurkan semua kaca ini dan para musuh bisa dengan mudah masuk dan membunuh sang kapten atau siapapun yang tengah mengemudikan kapal.

Setidaknya begitulah ceritanya jika kapten Black Mary bukan penyihir.

Ketika mataku kembali ke belakang kemudi, Gillian sudah memergokiku, menyadari kedatanganku. Dan dia kelihatan tidak senang.

Di bawah pancaran mata biru tajamnya, aku merasa seperti pencopet di pasar yang tertangkap basah membawa dompet curian, padahal aku tidak melakukan apapun sedari tadi. Wajah pemuda itu menggelap sementara mulutnya terus diam.

"Err ... Anda tidak ikut pesta di atas, Sir?" Aku menelan ludah dengan gugup, menyesali pertanyaanku sedetik terlambat dari seharusnya. Aku baru saja diomeli Gillian, tapi sekarang sudah berani muncul dan bertanya. Keberanian—atau lebih tepatnya sikap kurang ajar—sebesar apa yang sudah menggerakkanku untuk berani menegurnya dengan begitu akrab setelah apa yang kulakukan hari ini?

"Seperti yang kau lihat, aku tidak ada waktu." Nada bicaranya masih sinis seperti biasa. "Mau apa kau ke sini?"

"Tidak ada, Sir. Sungguh." Sekali lagi aku menelan ludah. Kegugupan tumpah ruah keluar dari suaraku. "Saya hanya penasaran kenapa Anda tidak ada di atas dan ... ikut bersama yang lain." Kurasa berpesta bukan kata yang tepat diucapkan di depan wajah mematikan Gillian sekarang.

"Kalau kau berniat membandingkanku dengan Xerlindar yang bersenang-senang, aku berbeda dengan dia, camkan itu." Ini hanya perasaanku saja atau nada bicaranya semakin dingin dan ketus? Apa aku baru saja salah bicara atau dia memang tidak menyukaiku?

Melihat Gillian membuang muka dariku dan kembali fokus ke depan, aku mendapatkan kesimpulan. Dia memang tidak menyukaiku.

"Kapten ...." Aku baru akan pergi ketika suara Gillian terdengar lagi. Kali ini dengan suara lembih pelan, lebih lirih, tanpa sedikit pun kesan sinis. "Kapten berhak mendapatkan sedikit istirahat setelah apa yang dia kerjakan selama ini."

Langkahku tertahan di bawah ekspresi keras Gillian yang lenyap entah ke mana. Wajah itu berubah tenang. Sorot kesedihan memancar dari sepasang mata birunya yang biasanya menyorot tajam itu. Mata birunya kini terlihat sendu, menarik nurani siapapun yang melihat.

Lazarus ChestWhere stories live. Discover now