69. Azran: Urusan Antara Kakak dan Adik

881 213 30
                                    

 Iaraghi kami berdua beradu dalam kekuatan yang seimbang.

Meski kekuatan sihir Oryziel lebih kuat dariku, kekuatan fisik kami hampir bisa dibilang seimbang, bahkan mungkin aku yang lebih kuat.

"Sepertinya mengasingkanmu ke kalangan perompak ada gunanya, ya, Azran?" Oryziel bicara di tengah adu iaraghi kami yang beradu. Dia memberi tekanan yang lumayan besar. Dua bilah iaraghi kami yang berlapiskan sihir jiwa, yang saling beradu berebut dominansi terlihat memercikkan setitik bunga api ketika kami semakin mengadu keduanya. "Tenagamu jadi jauh lebih kuat dari terakhir kita mengadu kekuatan seperti ini."

"Ya." Aku mengakui. "Bisa dibilang begitu, Ziel."

Aku menekan lebih keras, mementalkan Oryziel dari jangkauan senjataku. Kami berhenti beradu senjata, hanya saling menatap dan berusaha mencari kelemahan masing-masing, yang seperti biasa, tidak terlihat dari satu pun dari kami. Seperti dulu, Oryziel tidak memiliki cela dalam kuda-kuda. Dia sempurna. Selagi menganalisis, yang bisa kubayangkan hanya kami akan saling seimbang sejak detik pertama saling serang.

"Kelihatannya kau cukup yakin dengan Lazarus itu, hm?" Oryziel bertanya dengan nada santai. Tapi tidak ada yang bisa disikapi dengan santai ketika lawanmu mengeluarkan sihir sebanyak itu.

"Ya, aku cukup percaya dia bisa mengakhiri semua ini," jawabku dengan keyakinan yang tidak sedikit. Kalaupun ada keraguan di dalam diriku, itu adalah keraguan untuk memenangkan pertarungan dengan adikku ini.

Mengherankan, sungguh. Kekuatan sihir yang dikeluarkan Alto bukannya sedikit. Dia sudah mengeluarkan cukup banyak sihir sampai bisa mengembalikan seluruh dari kami ke wujud manusia kami, tapi kelihatannya, selain kembali ke wujud manusia, energi sihir Oryziel sama sekali tidak terpengaruh.

Tapi biarlah. Setidaknya rintangan terbesar bisa kuhadapi di sini dan bukan Alicia yang menghadapinya.

Demi Langit, bagaimana bisa aku mengkhawatirkan keselamatan orang lain di atas keselamatanku sendiri, padahal jelas-jelas aku yang tidak diuntungkan? Gadis itu benar-benar bencana!

"Hanya karena aku muncul di sini, bukan berarti tidak ada rintangan lain, Azran," Oryziel berujar, seakan baru saja membaca pikiranku. "Justru yang menunggu Lazarus itu di sana jauh lebih parah daripada yang bisa kau duga."

Jika Oryziel sampai berkata demikian, hanya ada satu kemungkinan yang tersisa di benakku. "Tiga raja yang tersisa ... semuanya ada di sana, ya, kan?"

"Jika kau kira aku akan membiarkan Manusia menguasai dunia ini lagi, kau salah, Azran." Energi sihir Oryziel keluar semakin banyak. "Akan kukerahkan semua yang aku bisa untuk mencegah semua itu terjadi."

Sesuai kata-katanya, guncangan hebat terjadi di sekeliling kami. Tanah bergetar. Insting menyuruhku untuk menengok ke arah lain dan benar saja, reruntuhan yang kukenal sebagai Menara London, roboh dengan cepat.

Dengan marah, aku mendelik Oryziel. Dia jelas sudah mempersiapkan semua ini dan dengan sengaja memisahkan aku dan Alicia. Dia berniat untuk menghabisi Alicia tanpa aku bisa mencegahnya.

"Jadi, Azran, sejak kapan kau tahu Lazarus itu perempuan?" Oryziel berjalan selangkah mendekat. Energi sihirnya terasa meledak-ledak, memanaskan udara dengan energi sihir yang tidak bisa kulihat. "Aku baru tahu ketika menjebloskannya ke Ambruisia."

Aku tidak perlu menjawabnya. Mendengarnya tahu Alicia perempuan tapi tetap menjebloskannya ke penjara mengerikan itu saja sudah membuat amarahku meledak.

"Ada apa?" tanyanya, semakin cerewet setiap detik. "Kau tidak mau menyerang lebih dulu? Aku tidak yakin tiga raja bisa dihadapi oleh Lazarus itu sendirian, Kak."

Lazarus Chestحيث تعيش القصص. اكتشف الآن