34. Para Penyihir Berubah Aneh

1K 280 41
                                    


Di luar lorong, kondisi semakin tidak terkendali.

Setiap bagian kapal Black Mary telah berubah menjadi ajang pertempuran. Garda Kerajaan dan para awak berkelahi di berbagai tempat. Tidak banyak lagi iaraghi maupun xifos, hanya ada pedang dan pistol manual, suara meriam yang bersahut-sahutan, teriakan penuh amarah saling beradu, dan udara panas membara oleh sihir yang pekat.

Setelah guncangan menggemparkan itu, aku memutuskan untuk kembali mencari tempat persembunyian yang lagi-lagi berakhir dengan kegagalan karena tidak berhasil menemukan satu pun tempat yang tertutup aman dari serangan musuh.

Di tengah kemampuan penglihatan yang menurun drastis, aku berlari menghindari berbagai pertempuran yang terjadi di berbagai tempat. Guncangan meriam puluhan kali menggetarkan lorong tempatku berjalan. Kakiku masih gemetar, trauma akan guncangan besar tadi. Selama sedetik aku mengira kapal ini ditembak jatuh dan riwayatku akan tamat, tapi nyatanya kapal masih terbang dan kami tidak dalam perjalanan ekspres ke permukaan bumi.

Tapi energi sihir di kapal semakin besar dan itu jelas bukan pertanda bagus. Artinya kapal ini sedang dipertahankan dengan sihir, tidak lagi dengan tenaga manual.

Situasi kelihatannya semakin gawat saja.

Beberapa kali tubuhku bersinggungan dengan mereka yang tidak lagi peduli pada sekitar. Beberapa kali pula tubuhku nyaris terkena sabetan pedang, tembakan pistol, dan serpihan kaca yang pecah dari tembakan meriam yang tidak pandang bulu. Buruknya, aku harus menghindari semua itu sambil menggenggam erat-erat nyawa agar tidak lepas dari tubuh ketika harus berlari menembus berbagai medan pertarungan tanpa senjata sama sekali.

Akhirnya, sekali lagi tanganku meraih satu pedang yang tergeletak tak bertuan di tengah jalan dan membawa-bawanya melintasi berbagai medan pertarungan yang semakin kacau. Kali ini aku memastikan bilahnya berada dalam posisi yang benar. Dua kali mengambil pedang tanpa bisa menggunakannya dengan benar memang membuatku kelihatan tolol, aku tahu, tapi ini membuatku tetap aman dan bisa digunakan jika terjadi kemungkinan buruk yang kuharap tidak benar-benar terjadi.

Salah satu tubuh anggota Garda Kerajaan terbanting tepat ke hadapanku. Energi sihirnya yang menyala sempat terasa sangat menyakitkan, namun tidak untuk waktu lama. Sihirku bereaksi lebih cepat kali ini dan langsung memakan sihirnya sampai tidak bersisa. Penyihir pria itu menggeram marah, berusaha bangkit menerjang lawannya lagi, tapi ketika memergokiku, gerakannya berhenti. Sepasang mata gelap yang terfokus hanya kepadaku mengatakan bahwa tujuan penyihir ini telah berubah. Pedangku siaga, sementara dia menarik pedang manual di balik sarung pedang iaraghinya yang palsu.

Sial, mereka ini terlatih atau memang info sudah menyebar luas dalam hitungan menit di dalam kapal ini?

Pedangku dan pedang manual miliknya langsung beradu. Sekali lagi, sial, hanya dalam sekali ayunan, tanganku sudah gemetar. Aku sudah berada di tepi jurang kekalahan dan kata 'pecundang' sudah mulai terukir di dahiku.

Penyihir itu menekanku lebih kuat lalu memutar pedangnya searah jarum jam. Dengan mudahnya, pedang di tanganku terlepas. Penyihir itu memamerkan seringai penuh kemenangan, senang melihat betapa mudahnya aku ditaklukkan.

"Benar-benar seperti info," ujarnya. "Kau dapat menghilangkan energi kami. Dan kalau memang sesuai info ...." Belakang leherku bergidik ngeri ketika tangan sang penyihir mengayunkan pedangnya, tepat untuk membelah kepalaku.

"Menunduklah, Alto!"

Aku langsung berjongkok ke lantai dan letupan senapan pun bergema, menciptakan dengung tak berkesudahan di dalam kepalaku. Sesaat kemudian, terdengar bunyi benda ambruk dan berdebum jatuh ke lantai. Berusaha mengintip di antara rasa sakit yang tidak mau pergi, aku menyaksikan tubuh penyihir itu sudah terbaring tak bergerak di dekat kakiku.

Lazarus ChestWhere stories live. Discover now