68. Dimulai dari Awal

1K 207 18
                                    

Guncangan menggetarkan kapal demikian hebat hingga tubuhku tidak bisa bergerak di tempat.

"Kita diserang," ujarku, seolah semua guncangan ini bisa mengartikan hal lain.

Azran mengangguk singkat. Ketenangannya hampir membuatku bergidik. "Benar-benar tidak sabaran."

Aneh sekali kami berdua bisa begitu tenang seolah sudah menduga semua serangan ini akan datang. Di saat yang tenang, aku mungkin akan mempertanyakan kondisi tidak normal ini, tapi otak kami berputar lebih cepat untuk mencari solusi di tengah waktu yang semakin menipis.

Serangan sudah dimulai, bahkan sebelum aku sempat mempersiapkan diri.

Pundakku membentur dinding besi lorong dengan keras dan lututku dipaksa menempel ke lantai, tak sanggup berdiri maupun berpindah dari tempatku berada di lorong sekarang. Azran segera meraih lenganku, membantu kedua kakiku tetap stabil sementara guncangan semakin hebat di sekeliling kami.

Di sekitarku, dinding dan atap lorong berubah ringsek, penyok di berbagai sisi akibat tekanan dari luar.

Kapal ini sedang dihancurkan.

"Ada ide?" tanyaku dengan suara keras, sengaja agar Azran mendengar di tengah semua kekacauan ini.

"Mungkin."

Aku menoleh ke arahnya. "Jawaban macam apa itu?!"

Sekumpulan tombak raksasa tiba-tiba muncul dari berbagai arah. Warnanya putih gading, menyobek dan menembus badan besi kapal dengan mudah seakan badan kapal hanya dibuat dari kertas tipis. Energi sihir mengaliri tombak-tombak putih itu dalam jumlah melimpah, lebih banyak dari yang bisa dialirkan pada iaraghi dan xifos. Aku tercengang menatap tombak-tombak putih raksasa yang menancap ke berbagai sisi kapal. Jika saja tadi aku salah berdiri, tombak-tombak putih ini sudah pasti menembus tubuhku.

Mataku terpaku pada tombak-tombak putih itu selama beberapa saat, mengamatinya, sebelum tersadar bahwa tombak yang menembus badan kapal ini bukanlah tombak dari besi. Tidak, bahkan benda-benda ini bukanlah tombak sama sekal.

Tombak-tombak putih itu adalah taring. Dan jika melihat dari ukurannya masing-masing yang lebih besar dari dua kakiku dijadikan satu, apapun pemilik taring ini berukuran sangat besar. Aroma darah dan sesuatu yang berbau seperti lautan dan uap air menyembul di tengah semua kekacauan.

Suara raungan terdengar dari luar kapal, menggetarkan kapal dan memekakkan telingaku dengan suaranya yang nyaring. Getaran semakin hebat mengguncang kapal dan raungan itu semakin terdengar marah setiap detiknya. Buruknya, raungan yang kencangnya luar biasa itu tidak hanya terdengar satu.

Awalnya hanya satu, hanya berasal dari tombak-tombak putih ini, namun kemudian energi sihir lain datang menginvasi kapal. Warna-warna energi sihir itu muncul dan beradu di sekelilingku. Kapal yang tadi tidak mengandung setetes pun energi sihir kini disesaki oleh energi yang terbakar dan memanas di udara.

Mereka memang benar-benar tidak sabaran.

Dan tidak sabaran seolah sudah mendarah daging di klan Therlian.

Ya, kami pasti sudah tiba di langit Eropa. Dan dalam situasi yang tidak menyenangkan pula. Taring-taring sebesar ini hanya berarti sesuatu.

"Waktunya semakin singkat," gumamku. "Jika mereka bisa berubah semudah ini, jalinan artinya sudah—

Asap berwarna hitam pekat perwujudan sihir hitam itu tiba-tiba muncul di sekelilingku. Taring-taring yang tadi menembus badan kapal dalam satu kedipan mata berubah hitam, membusuk dan meleleh. Taring-taring itu keluar dengan cepat, tak lagi menancap di kapal. Raungan yang tadi marah itu berubah menjadi jeritan makhluk yang kesakitan. Kapal berguncang sekali lagi dengan guncangan hebat ke sisi lain. Tubuhku oleng ke sisi seberang dan jatuh membentur sisi lain lorong.

Lazarus ChestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang