i'm yours 0

20.3K 961 11
                                    



"Hei ...."

Bibir itu akhirnya membentuk lengkungan ketika retinanya menangkap gambaran wajah seseorang pada layar ponselnya. Tersenyum manis menyapanya ramah sambil sesekali mengucek mata dan menguap. "Baru bangun ya?"

"Iya, padahal udah jam 6, tapi masih gelap. Kalau di Indonesia jam segini pasti udah balik joging. Kamu baru selesai mandi?"

Hana tersenyum geli ketika mendengar sapaan 'kamu' dari laki-laki itu. Entah sejak kapan tepatnya sapaan itu berubah, tapi setiap kali mendengarnya, Hana selalu merasa ada riak-riak aneh di hatinya yang menjalar pada bibirnya dan membuatnya selalu ingin tersenyum.

"Iya, aku baru mandi." Hana meraba handuk yang masih bertengger di kepalanya.

"Dasar jorok!"

"Suruh siapa kamu nelepon sampe pagi, jadinya aku kesiangan."

"Tapi kamu senang kan?"

Hana mendengus melihat laki-laki itu menyeringai dan sialnya membuat dia semakin merindukan pemilik seringaian itu.
"Oh ya? Apa gak kebalik?"

"Gak, ah. Biasa aja."

"Nelepon aku tengah malam, terus cuma bilang 'Nana kangen' apa itu biasa aja?"

"Iya, giliran aku mau matiin telepon, kamu bilang 'Ari jangan dulu ditutup, aku masih kangen. Seharian ini gak dengar suara kamu rasanya menderita banget'."

Pipi Hana bersemu. "Terus, sekarang di video call mau ngomong apa lagi?"

"I love you."

"Najis."

"Balas kek Han, I love you too gitu."

"I love you more, Ghifari."

"Apa?"

"Gak jadi."

"Ulangin!"

"Males!" Hana terkikik melihat ekspresi teman bicaranya itu menjadi muram. "Oh, iya. Tante Rani jadi pulang gak?"

"Tante - tante, mama gitu!"

"Belum sah,"

"4 tahun lagi kita sah."

"Serius Ghifari! Tante Rani jadi pulang gak?"

"Hmm ... jadi, tapi gak tau lusa atau minggu depan, atau nunggu aku selesai lepas pen dulu. Tapi nanti mama pasti ngabarin kamu kalau mau pulang."

Hana tidak seutuhnya mendengar ucapan yang keluar dari mulut laki-laki itu. Perhatiannya seakan terhisap sepenuhnya pada wajah itu, rahang tegas itu, hidung mancung itu, mata tajam dan alis hitam tebal itu. Hana sungguh tidak bisa mengendalikan rasa rindunya pada sosok itu. Padahal baru tiga bulan saja dia tidak bertatap muka langsung.

"Han?"

"Hmm?"

"Kamu nangis?"

Jari lentik Hana terangkat meraba pipinya sendiri lalu menghela nafas. "Maaf."

"Ck .... Gak usah terlalu sering nangisin hal yang gak jelas."

"Susah dikendaliinnya Ri, kamu gak ngerti."

"Gimana aku bisa ngerti kalau kamu gak pernah ngomong."

Benar, seharusnya Hana jujur saja jika alasannya menangis adalah laki-laki yang sedang berbicara dengannya ini. Dia menangis karena sangat merindukan sosok ini. Teramat sangat sampai bingung harus mengungkapkannya dengan cara seperti apa.

"Han?"

"Kenapa?"

"Aku pengin ke toilet dulu."

"Dasar! Ya sudah sana, matiin aja, aku juga mau ngeringin rambut dulu."

"Beneran?"

"Iya!"

"Nanti aku telepon lagi. Sekarang kamu matiin duluan."

"Kamu aja."

"Ladies first."

"Ya sudah. Cepat sembuh ya, jangan sakit-sakit lagi! Bye love."

Klik.








Tbc
17.10.01

Ini apa? Ah pokoknya gitu lah. 😂

i'm yoursWhere stories live. Discover now