i'm yours 45.

7.2K 641 58
                                    

Setelah prosesi akad nikah selesai, seluruh tamu undangan yang hadir di pernikahan Resi dan Zaenal pun dipersilahkan untuk segera menikmati hidangan sembari menunggu sesi foto keluarga selesai. Kecuali Hana dan Ari. Keduanya memang sudah diminta dari jauh-jauh hari oleh Resi untuk bergabung dan ikut semua kegiatan yang keluarga intinya lakukan selama acara ini berlangsung.

"Jangan modus!" Hana mendesis ketika merasa tangan Ari menyentuh pinggangnya.

"Darurat. " balas Ari dengan suara pelan. Bibirnya menyunggingkan senyum kala mata kamera mengarah kepadanya.

Hana lalu menoleh sekilas sambil menggerakkan tangan kirinya menggenggam tangan Ari. "Dingin banget."

"Nervous."

Hana abaikan ucapan Ari tersebut, dia tersenyum ke arah kamera, sementara tangannya semakin erat menggenggam tangan laki-laki itu hingga sesi foto selesai.

Turun dari pelaminan, Ari langsung menepi ke meja yang di tempati oleh beberapa adik kelas dan gurunya saat SMA. Tanpa rasa sungkan, laki-laki itu menyapa dan menyalami mereka satu persatu.

Hana yang sengaja berjalan lebih lambat di belakang, tersenyum menyaksikan keakraban itu. Sejak masih di sekolah dulu, tepatnya saat masih menjabat sebagai ketua OSIS, Ari memang sudah seperti itu. Dia tak sungkan untuk meraih, berbaur dan bersikap ramah pada siapapun, sekali itu adalah adik kelasnya.

Dan karena sikapnya itu, Ari sampai mendapat julukan sebagai 'Paketos paling merakyat'. Tidak arogan, gila hormat, mengkotak-kotakkan dan sok berkuasa seperti ketua OSIS sebelumnya.

Kalau saja Hana tidak menghabiskan waktu satu tahun lebih lama di TK, dan tidak mengikuti saran dari Wisnu untuk masuk ke SMA Ghanesa, mungkin ia tak akan pernah tahu seperti apa sepak terjang Ari tersebut. Ia juga tidak akan pernah tahu prestasi apa saja yang diraih laki-laki yang kini berstatus sebagai kekasihnya itu di sekolah.

Walaupun mereka sudah dekat sejak kecil, namun itu tak lantas membuat Ari mau bercerita banyak tentang aktivitasnya di sekolah pada Hana. Dan karena alasan itulah, kenapa Hana terkejut ketika pertama kali masuk Ghanesa dan mendapati Ari ternyata menjabat sebagai ketua OSIS di sana.

"Han." Selesai menyapa adik-adik kelas dan gurunya, Ari kembali menghampiri Hana. Laki-laki itu menggenggam tangannya kemudian mengajaknya berjalan bersama ke arah meja yang ditempati oleh Pak Jerry, salah seorang gurunya juga. Sambil bergumam, "Masa Pak Jerry gak percaya aku bisa pacaran sama kamu."

Hana mengerjap, namun belum sempat membalas ucapan Ari, ia lebih dulu disapa oleh Pak Jerry. "Hana Ayunda."

Hana tersenyum seraya menyalami tangan laki-laki yang sebagian rambutnya itu sekarang sudah terlihat memutih. "Bapak makin kelihatan gagah saja."

Pak Jerry terbahak. "Akhirnya ada juga muridku yang bilang kalau aku tambah gagah. Setelah sebelumnya mereka dan dia mengataiku tambah tua." Telunjuk Pak Jerry mengarah lurus ke wajah Ari.

Senyum Hana melebar. "Yang ngomong kayak gitu mungkin mengalami masalah penglihatan, Pak."

Ari berdecak, sementara Pak Jerry semakin terbahak. "Ngomong-ngomong, kau juga tambah cantik saja."

Tersipu, Hana kemudian mengucap terima kasih.

"Tapi ngomong-ngomong, apa benar kau pacaran dengan si Ghifari ini? Yang jelek dan mirip orang-orangan sawah ini?"

"Orang beneran, Pak." Ari memprotes, raut wajahnya tampak masam setelah digodai habis-habisan oleh gurunya itu.

"Iya, Pak." Hana mengangguk.

"Tuh kan." Senyum Ari mengembang, matanya berbinar-binar.

"Wah sayang sekali," sahut Pak Jerry, kecewa. "Padahal jika kau belum punya pacar, mau aku jodohkan kau dengan anakku si Tommy. Tak hanya tampan, tapi anakku itu juga punya badan yang kekar. Tak seperti dia."

i'm yoursWhere stories live. Discover now