Im yours 15

8.3K 616 70
                                    

Suara gemericik air yang mengucur deras dari keran sedikit menyamarkan suara kekehan Hana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Suara gemericik air yang mengucur deras dari keran sedikit menyamarkan suara kekehan Hana. Chat yang dikirim Rani seakan menjadi suntikan semangat baginya dan sekaligus sebagai obat penawar rasa lelah yang saat ini tengah menyerangnya.

Rasa khawatir yang tadi membebaninya seakan terangkat sedikit. Setidaknya Hana bisa bernapas lega sekarang setelah mendapat kepastian kabar dari Ari. Meskipun bukan laki-laki itu yang mengirim pesan langsung, tapi Hana tetap merasa bersyukur.

Setelah mengamankan ponselnya ke dalam saku celana. Dengan kedua telapak tangannya, Hana menangkup air dari keran kemudian membasuhkan air tersebut ke wajahnya. Rasa segar langsung terasa, begitu air di tangannya itu mengenai permukaan kulit wajahnya.

Hana lalu merogoh satu bungkus tisue dari kantong blazernya kemudian mengusapkan benda tersebut ke wajahnya dengan gerakan pelan dan lembut. Setelah memastikan kulit wajahnya sudah benar-benar kering dari air. Hana lalu memoleskan lipbalm ke bibirnya sebagai sentuhan terakhir untuk menunjang penampilannya supaya selalu terlihat segar. Tidak lupa, ia pun merapikan rambutnya sedikit sebelum keluar dari toilet.

"Udah selesai?" pertanyaan Amih langsung menyambutnya begitu Hana keluar. "Mori udah selesai tuh neleponnya. Katanya dia minta dipilihin pakaian sama kamu." Amih melingkarkan lengannya pada pinggang Hana, agak menyeret cucunya itu supaya berjalan agak cepat.

"Kenapa harus dipilihin, sih? Emang dia gak bisa pilih sendiri?" gumam Hana.

"Pokoknya pilihin aja. Jangan malu-maluin Amih. Soalnya Amih udah puji-puji kamu di depan dia kalau selera fashion kamu itu bagus?"

Hana mendengus dengan alis bertaut. Terkadang ia sebal akan sikap Amih yang satu ini. Yang kerap memujinya secara berlebihan di hadapan orang lain.

"Aku mau bantu Mori pilihin baju, tapi dengan satu syarat." Hana memelankan langkah kakinya.

"Apa?" Amih menatap Hana tajam. "Jangan yang aneh tapi. Lagian kamu perhitungan banget sih,Dek? Mori sama ibunya itu 'kan anak dan cucunya temen Amih."

"Ya udah sih, itu pun kalau Amih mau. Kalau gak mau, ya terserah. Aku juga kebetulan udah mau pergi." Hana mengulum senyum. "Gimana?"

"Ya udah apa?" tanya Amih.

"Pulang dari sini temenin aku nengok Ari ke rumah sakit," ucap Hana dengan nada agak memelas sambil menoleh ke arah kirinya. Memperhatikan raut tidak suka di wajah Amih. "Ya?"

Amih tidak langsung menjawab. Perempuan baya itu malah memalingkan wajah dan berpura-pura memperhatikan keadaan butik yang sudah agak sepi.

"Ya udah, Amih aja yang nemenin Mori sama ibunya. Aku mau pamit pergi. Oh ya kalau ada apa-apa, Amih minta tolong mama aja. Dia masih ada di ruangannya kok." Hana berjalan agak cepat lantas melepaskan lengan Amih yang melingkari pinggangnya berpura-pura akan langsung pergi.

"Ya udah- ya udah. Amih temenin kamu ke rumah sakit," ucap Amih ketus seraya menahan lengan Hana.

"Amih serius?"

i'm yoursWhere stories live. Discover now