10.

8.5K 672 25
                                    

Mengerjap hingga beberapa kali, Ari masih berusaha keras menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya yang masuk ke retina matanya

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Mengerjap hingga beberapa kali, Ari masih berusaha keras menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya yang masuk ke retina matanya. Tadi malam sepertinya ia lupa mematikan lampu kamar dan langsung tertidur begitu sampai ke rumah-----sakit.

Tubuhnya langsung menegang begitu menyadari kalau ia tidak sedang berada di kamarnya sendiri, melainkan sebuah ruangan yang dihalangi gorden berwarna biru muda sebagai penyekatnya.

"Udah bangun?"

Aish, kenapa suara mama bisa ada di sini?

Ari mendesah lalu menarik selimutnya hingga menutupi wajahnya, namun urung ketika merasakan ada selang yang masuk ke dalam lubang hidungnya.

"Mama panggilin tante kamu dulu."

"Gak usah," sahut Ari. Lalu membuka matanya, bukan halusinasi ternyata mamanya memang sedang berada di dekatnya. "Mama lagi ngapain?"

Rani berdiri dari kursi lalu duduk di pinggiran ranjang Ari.

"Kenapa?" ucap keduanya bersamaan.

"Mama dulu." Ari mempersilahkan Rani berbicara terlebih dahulu.

"Kalau sakit tuh ngomong, bukannya ngedrama. Sok-sokan nyembunyiin dari Mama."

"Bukannya gitu," sela Ari, merasa tidak terima karena disebut sedang mendrama.

"Bukannya gitu apa? Kamu pikir kamu lagi main sinetron? Please deh Bang, Mama aja yang suka nonton drama gak kepikiran sampai ngelakuin itu." Rani berucap geram. Menatap kesal sekaligus khawatir pada anaknya.

"Aku mau kasih tau, tapi belum ada waktu yang pas." Bola mata hitamnya tak berani menatap Rani yang sedang menatapnya dengan tatapan serius. Terlalu takut, jangankan menatap mata Rani, menatap wajahnya pun Ari tidak berani. Dia merasa bersalah sekaligus malu karena sudah ketahuan mendrama oleh orang yang memiliki hobi menonton drama. Payah!

Rani mendengus. "Untung aja, papa kamu gak nanya macem-macem pas Mama dapat telepon dari tante kamu dan berangkat ke sini tadi subuh. Coba kalau papa kamu tau, bisa abis kamu!"

Menelan ludah, mendadak bulu kuduk Ari serasa meremang saat mendengar ucapan terakhir mamanya. Demi apapun, kemarahan papanya itu lebih menyeramkan dari film horor yang pernah ada. Jadi sebisa mungkin ia harus menghindarinya. "Kalau bisa, Mama jangan ngomong apa-apa dulu sama papa. Biar nanti aku yang ngomong."

"Kapan? Pas kamu mau operasi?"

Kening Ari berkerut. "Operasi apa? Aku cuma masuk angin, Ma. Dan sejak kapan orang yang masuk angin harus dioperasi segala?"

"Kalau mau ngomongin masalah itu, ngomong langsung ke tante kamu. Kamu udah konsultasi ke dia dari pas pertama datang ke sini 'kan? Lebih tepatnya pas resep dari dr. Louis gak sengaja kecuci sama Mbak Sumi." Rani turun dari ranjang lalu mengambil ponsel dari tasnya. "Mama mau nelepon papa kamu dulu buat ngasih tau, kalau Mama gak bisa langsung pulang karena sekalian mampir ke apartemen buat ngecek ANAK KESAYANGANNYA."

i'm yoursDonde viven las historias. Descúbrelo ahora