i'm yours 39

5.8K 563 29
                                    

Usai memperkenalkan Dhafin pada Eyang dan juga Uti, Ari langsung menerobos masuk ke dalam kamar Rahma. Membiarkan Dhafin mengobrol dengan mereka di ruang keluarga.

Ini bukan kali pertama. Terhitung sejak Rahma meninggal, Ari memang kerap menghabiskan waktu di kamar mendiang ibu kandungnya tersebut setiap kali berkunjung ke rumah Uti. Entah itu untuk numpang tidur atau sekadar berbaring saja.

Di awal, Ari memang sempat merasa tidak nyaman, namun lama kelamaan ia malah jadi merasa betah berlama-lama di kamar ini. Sebab di sinilah rasa keingintahuannya akan sosok Rahma terbayarkan. Meski hanya dari album-album fotonya saja.

"Ri, Uti bawain air minum nih."

Ari baru saja akan mengambil sebuah album foto bersampul merah di rak buku saat Uti memanggilnya dari luar. "Gak dikunci," jawabnya sambil berjalan ke dekat pintu.

"Uti pikir dikunci." Perempuan berusia senja itu melempar senyum hangatnya. Kemudian mengangkat gelas besar yang dipegangnya ke hadapan Ari. "Mau disimpen di mana!"

"Wah jadi ngerepotin, padahal aku bisa ambil sendiri."Ari tersenyum sembari mengambil alih gelas tersebut. "Makasih."

"Sama-sama," balas Uti. "Sebenernya, selain mau nganterin minum, Uti juga mau nunjukin sesuatu sama kamu."

Tanpa lebih dulu menanyakan sesuatu yang dimaksud Uti itu apa Ari langsung memberi jalan dan mempersilahkan masuk. Setelah berada di dalam, Uti lantas duduk di pinggiran ranjang sambil membuka laci nakas. Sementara Ari duduk memperhatikan dari sofa yang tak jauh dari sana.

"Nah ini dia," seru Uti. Matanya berbinar kala mengeluarkan kotak kecil berwarna hijau dari sana.

Apalagi? Ari mengerenyit heran, sebab hampir setiap datang ke sini Uti selalu menunjukkan sesuatu padanya.

"Benda ini udah pernah mau Uti bawa waktu mau jenguk kamu, tapi ketinggalan gara-gara eyang kamu pengin buru-buru pergi." Uti beranjak ke samping Ari. Ditaruhnya kotak berwarna hijau berlogo Tiffani & co itu di tengah-tengah mereka. "Kamu gak mau tanya ini isinya apa?" Uti tersenyum.

Ari menggeleng, sebab saat melihat logonya saja ia sudah tahu kalau itu adalah perhiasan.

"Kenapa?" Kedua alis Uti terangkat.

"Ini isinya perhiasan 'kan, Ti? Soalnya mama sering pake produk ini juga."

"Mama?"

"Mama Rani," jelas Ari.

Uti membulatkan bibir membuat Ari tersenyum kikuk. Harusnya dari awal ia sudah memakai nama Rani di belakang embel-embel mama agar Uti tidak bingung. Tapi mau bagaimana lagi, Ari tidak terbiasa.

"Iya, ini isinya emang perhiasan." Kotak itu dibuka Uti kemudian diperlihatkan isinya pada Ari. "Ini gelang punya Mama Rahma," ucapnya sambil mengeluarkan gelang tersebut dan diberikan pada Ari.

"Gelang Mama Rahma? Terus?" Dengan sangat hati-hati Ari memegang gelang itu.

"Gelang ini mau Uti kasih ke kamu?"

"Ke aku?" Sontak Ari mengerenyit heran. "Tapi, aku kan cowok, mana bisa pake kayak gini."

Uti tergelak. "Kamu gak suka?"

Dengan terpaksa Ari menjawab, "Iya."

"Ya udah kamu kasih Hana aja."

"Eh." Ari semakin bingung lagi. "Kenapa harus dikasih Hana? Kenapa gak Uti pakai aja."

"Soalnya ini dibeli mama kamu emang bukan buat Uti."

Kebingungan Ari semakin menjadi. "Emang Mama Rahma kenal Hana?"

i'm yoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang