i'm yours 21

6.8K 609 37
                                    

-flashback-

Ari mendesah pelan saat melihat Zona lagi-lagi masuk dengan perempuan yang berbeda. Terhitung sudah ada tiga perempuan yang digandeng dan di ajak mengobrol oleh laki-laki itu selama ia duduk menikmati spaghetinya.

Dari perempuan berwajah bule dan bermata biru hingga perempuan berparas khas Asia yang sedang berjalan menuju ke arahnya.

"Ada temen gue dari Indonesia juga." Zona menggandeng perempuan itu di sebelah kirinya, membawanya ke meja di mana Ari sedang duduk sambil menikmati spagheti-nya. "Nah ini dia," ucap Zona, jari telunjuknya mengarah lurus pada Ari. Sementara yang ditunjuk hanya memandangnya bingung."Ghi, kenalin ini temen gue yang gue ceritain semalam."

"Oh," sahut Ari singkat. Jauh di dalam otaknya dia mencoba mengingat siapa, karena saking banyaknya Zona menceritakan tentang perempuan padanya. Dengan bermacam kasus yang dialami si perempuan itu.

"Kenapa lo? Terkesima ngeliat cewek cantik?"

Ari menggeleng mantap. "Gak sama sekali," ucapnya tanpa minat.

Zona mendecih lantas menoleh pada perempuan di sampingnya. "Mo, ini Ghifari temen gue. Temen kuliah."

"Oh." Morisa mengulurkan tangan terlebih dahulu. Mata dengan soflens kecoklatannya menatap lurus pada Ari. "Morisa," ucapnya.

"Ghifari," sahut Ari seadanya.

"Si Ghifari ini anaknya yang punya Indo Auto Car Service," lanjut Zona sambil mempersilahkan Morisa duduk lalu menuangkan wine ke dalam rockglass yang tersedia di sana. "Feeling gue orangtua kalian saling kenal deh." Zona menyikut pelan lengan Ari.

"Kok bisa?" tanya Morisa seraya memutar gelasnya lalu menyesap isinya perlahan.

"Bokap lu punya pabrik pembuatan sparepart mobil, nah, bokapnya si Ghifari pemilik salah satu bengkel mobil terbesar di Indonesia. Sekali-kali mungkin pernah, mereka kerja sama sebagai konsumen dan produsen."

"Lo harusnya ngomong gitu langsung ke bokap gue.  Soalnya gue gak tau sampai ke urusan itu," celetuk Ari.

"Pemilik IACS itu --- Om Dhika bukan sih?"

"Nah itu dia."

Ari hanya menoleh sebentar tidak berniat mengiyakan ataupun membantah. Fokusnya sekarang hanya pada spagheti yang tersisa sesuap lagi.

"Kayanya kenal. Bokap gue pernah cerita."

"Serius?" tanya Zona.

"Iya. Tapi gue gak yakin."

Ari tersenyum tipis mendengarnya. Sementara Zona mendengus sambil mendekatkan rokok dari hadapannya pada Morisa. "Mau makan dulu. Apa mau ini dulu?"

Morisa menggeleng.

"Lu udah berhenti?" tanya Zona.

"Iya," jawab Mori. Diam-diam ia menyentuh perutnya.

"Lo masih niat buat nerusin itu?"

Morisa diam.

Zona berdecak, sementara Ari yang duduk di sampingnya hanya diam. Tidak ingin ikut campur pembicaraan keduanya. Dia lebih memilih mengutak-atik ponsel, bertukar pesan dengan Hana. Mengusir kebosanan.

Jika saja tidak merasa sungkan pada Zona yang sedang berulang tahun, sebetulnya Ari malas datang ke tempat seperti ini. Selain ramai, tempat ini juga didominasi bau alkohol dan asap rokok. Yang pasti tempat seperti ini adalah tempat yang paling tidak direkomendasikan untuk mantan pasien terapi paru-paru seperti dirinya.

i'm yoursWhere stories live. Discover now