i'm yours 33.

6.9K 574 57
                                    

Tidur. Inginnya Ari memang seperti itu, namun setelah tubuhnya dibaringkan, entah kenapa matanya malah sulit terpejam. Padahal posisi tidurnya sekarang sudah dalam posisi paling nyaman.

"Han?" Ari memiringkan tubuh ke sisi kanan menatap Hana yang sedang duduk bersandar pada kepala ranjang sambil memainkan ponsel.

"Ya, kenapa?" sahut Hana tanpa menoleh. "Bukannya mau tidur?"

"Gak jadi." Ari menghela napas. "Ngantuknya udah hilang."

"Ya udah melek aja, tapi sambil tiduran."

Tidak menyahuti, Ari malah mengulurkan tangan kirinya menyentuh rambut Hana yang terurai sembari memperhatikan wajah gadis itu.

"Jangan dimainin gitu coba." Hana langsung melontarkan protes kala jari tangan Ari mulai memelintir rambutnya. "Nanti kusut, Ai."

"Nanti nyisir lagi."

Hana sontak menoleh, memelototi Ari.

"Iya-iya." Ari menurut sambil menciumi jari bekas memainkan rambut Hana. "Harum, Han, pake shampoo apa?"

"Shampoo yang biasa."

"Shampoo Didi?" tanya Ari.

"Itu sih kamu," jawab Hana sambil tersenyum.

Seolah menular, Ari ikut tersenyum sambil memperhatikan Hana dari ujung rambut hingga kaki.

Ide jahil Ari pun muncul secara tiba-tiba.

Laki-laki itu lantas menyingkap sedikit selimut yang menutupi tubuhnya sampai sebatas dada kemudian bangun sambil meringis pelan.

Melihat itu, Hana langsung gerak cepat menaruh ponselnya, berinisiatif membantu Ari. Tapi dengan gerakan cepat pula Ari menahan lengannya.

"Aduh sakit!" Ari meringis seraya menidurkan kepalanya begitu saja di pangkuan Hana. Membuat gadis itu membelalak kaget. "Bentar aja," lanjut Ari. Matanya memejam, tangannya bersedekap di depan dada. "Sedikit aja."

"Jangan kaya gini, please. Kalau ada orang liat gak enak," gerutu Hana. "Mana kita di kamar lagi."*

Ari tersenyum miring. "Biarin aja, pintunya ke buka ini, lagian si Oval bolak-balik kok."

"Ya kali anak segede gitu bisa ngawasi kita." Hana memutar bola mata.

"Bentar aja sampai sakitnya ilang, sampai aku ngerasa ngantuk." Meski dalam keadaan mata terpejam, Ari masih bisa menggerakkan tangannya menyentuh kepala Hana dan menepuknya tepat sasaran.

"Kalau ada yang sakit minum obat, biar ngantuk juga sekalian." Hana menggerutu.

Ari menggeleng seraya bergumam, "Jadwal minum obatnya ntar malam."

"Terus, gimana caranya kamu bisa tidur kalau gak minum obat?"

Kernyitan muncul di kening Ari. "Caranya, ya tinggal merem."

"Seriusan, monyong!"

"Lah, emang bener, kan?"

"Maksudku, cara yang sekiranya bisa mancing kantuk Bapak Ghifari Syauqi," ucap Hana, kesal.

"Ngobrol aja."

"Ngobrol apa?"

Kelopak mata Ari terbuka, dia berpikir sejenak, memilih-milih topik yang sekiranya seru untuk diperbincangkan.

"Ngobrol apa?" Hana bertanya lagi seraya menepuk pelan pipi Ari.

"Hm ... Itu --- si Dhafin baru pulang hari ini apa gimana?" Ari akhirnya memilih menyuarakan salah satu dari sekian banyaknya alasan yang membuat kenapa dia jadi tidak bisa tidur.

i'm yoursWhere stories live. Discover now