I'm yours 44.

6.4K 634 81
                                    

Mata Hana menatap lurus ke wajah Ari. Di sana terlihat jelas kalau gadis itu benar-benar khawatir padanya.

"Please!" mohon Hana lagi.

Ari mengembuskan napas beberapa kali hingga perasaan sesak karena kesal di hatinya berkurang sedikit demi sedikit.

"Kamu bukan tipe orang yang akan menyelesaikan masalah dengan kekerasan." Hana melepaskan genggaman tangannya. "Iya 'kan?"

Ari tak lantas mengangguk. Dia mengangkat tangannya dan menutup telinga. "Aku gak mau dengar ucapan itu," ujarnya, dingin.

Hening meraja sepersekian detik. Melihat Ari seperti itu Hana pun tidak berani membalas. Gadis itu hanya menurunkan pandangannya lalu menganggukkan kepala dan terlihat pasrah.

"Kalau bukan kamu yang ngomong, aku gak mau denger,"  ucap Ari cepat sambil tersenyum.

"Kalau bukan kamu yang ngomong, aku gak mau denger,"  ucap Ari cepat sambil tersenyum

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kontan saja Hana kembali mendongak dan menatap Ari agak lama.

"Aku gak mungkin mencoreng nama baik sendiri di depan calon mertua," ucap Ari seraya mengacak rambut Hana. "Sekarang mending kamu dandan aja sana! Aku gak rela si Putra lihat kamu lagi kayak gini," ujarnya mengalihkan pembicaraan kemudian melangkahkan kaki ke ruang tamu.

Ketimbang menuruti permintaan Ari untuk segera berganti pakaian, Hana malah melengos masuk ke kamar Wisnu. Dia akan meminta papanya itu segera keluar dan mengawasi Ari.

"Assalamualaikum," sapa Putra dari luar.

Sebelum membuka pintu, Ari menyingkap tirai jendela yang masih tertutup sepenuhnya. Dilihatnya Putra berdiri di balik pintu dengan dandanan bak eksekutif muda plus rambut yang kelimis. "Waalaikumsalam." Walaupun dongkol tapi Ari masih tahu bahwa menjawab salam adalah wajib hukumnya.

Terlihat Putra mengangkat alisnya, keheranan mendengar suara asing yang menjawab salamnya.

"Mau ketemu Pak Wisnu?" Begitu pintu jati tersebut dibuka, Ari langsung melempar pertanyaan pada Putra. Tidak memedulikan raut kaget di wajah orang yang ditanyanya tersebut.

"Kamu?"

"Iya. Kenapa?" Ari tersenyum. Tangannya terlipat di depan dada dengan mata menyipit. "Kayaknya kita pernah ketemu."

Putra berdeham. Garis rahangnya mengeras. Jelas merasa terganggu dengan ucapan Ari.

"Ah iya." Ari mendesah. "Lo yang waktu itu mobilnya gue tabrak dari belakang kan?"

Putra tak merespon.

"Terus sekarang gimana? Mobil lo udah baik-baik aja?" Kepala Ari melongok guna melihat mobil Putra yang terparkir di samping mobilnya. "Harusnya sih baik-baik aja, soalnya diservisnya di bengkel bokap gue kan? Selain gratis, di bengkel bokap gue juga gak pernah pake barang sayur. Kalaupun bukan ori pasti pake yang kw super. Kepuasan costumer adalah yang pertama."

i'm yoursWhere stories live. Discover now