I'm yours 18

7.4K 590 41
                                    

Resista: Han, gue langsung ke rumah lo aja ya? Soalnya si Jay buru-buru mau ke kantor.

Hana melihat sekilas chat tersebut. Kemudian menaruh ponselnya lagi sembarangan setelah tau pengirimnya siapa. Ia tidak perlu membalasnya, sebab tanpa balasan pun, Resi pasti akan tetap datang. Temannya sejak masih SMP itu sudah tidak dianggap asing oleh orang-orang di rumah ini.

Ditariknya lagi selimut tebal yang sempat melorot ke pinggulnya itu ke atas hingga menutupi leher.
Ia masih sangat butuh tidur, mungkin satu jam atau dua jam lagi. Yang pasti ia tidak akan bangun sampai Amih membangunkannya. Matanya terasa di lem oleh powerglue sekarang. Sangat lengket dan rapat. Baru tidur setelah salat subuh menjadi penyebab mengapa ia masih bergulung selimutseperti ini.

Hari ini seharusnya tidak akan terlalu banyak pekerjaan. Seingatnya ia hanya harus menyelesaikan dua gaun milik Resi saja. Jadi, berangkat kurang dari jam sebelas juga sepertinya tidak akan menjadi masalah. Lagi pula Nesa, mamanya sudah diberitahu. Jadi, semakin tidak masalah.

Hana menghela napas lega. Memasuki alam tidurnya semakin dalam dan dalam lagi kemudian meragkai mimpi yang sempat dibuyarkan oleh notifikasi chat dari Resi.

"Dek. Dek, bangun, Resi udah datang nih."

Suara melengking yang khas milik Amih bergabung selaras dengan suara ketukan pintu, bagai bola yang dilemparkan ke arah menara mimpi yang baru saja Hana dirikan. Membuatnya runtuh kemudian berantakan tak berupa.

"Suruh masuk aja, Mih. Biasanya juga langsung nyelonong aja gak pake permisi," seloroh Hana berupa gumaman.

"DEK!"

Hana menggeliat lantas menurunkan selimut kemudian ditendangnya pelan. "Iya," sahutnya seraya menggulung rambutnya asal tanpa bantuan alat apapun.

"Biasanya juga langsung masuk," gerutu Hana setelah membuka pintu. Di sana berdiri Amih dan juga Resi. Dua perempuan beda generasi itu menatapnya kesal. "Kenapa?"

"Pintunya dikunci, jadi gimana Resi bisa langsung masuk." Amih berujar kemudian melengos begitu saja meninggalkan Hana dan juga Resi.

"Han ... gue kangen banget!" Resi memekik lantas memeluk Hana, hingga membuat tubuh itu agak terdorong sedikit ke belakang. "Berapa hari sih kita gak ketemu?" tanyanya kemudian.

"Kurang dari seminggu," sahut Hana malas. "Gak usah lebay! Jijik banget. Gue tau kalau lo kaya gini berarti lo ada maunya. Iya 'kan?"

Bibir Resi mencibir, tapi tak lama ia pun tersenyum. "Bukannya lo pernah bilang kalau gue bisa minta tolong sama lo, kapanpun dan apapun? Selama lo bisa ngasih pasti lo kasih."

"Gue lupa pernah ngomong gitu sama lo," ringis Hana. Kemudian membalikan badan, masuk ke dalam kamar dan menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur. "Sepertinya banyak yang gue lupain akhir-akhir ini."

"Kebanyakan mikirin si Ari-Ari sih makanya gitu," ledek Resi. Ikut menjatuhkan tubuhnya dan berbaring di samping Hana. "Ngomong-ngomong kabar dia gimana sekarang? Kayanya lo jarang ngomongin dia di-chat-chat kita."

"Kurang baik." Hana memeluk gulingnya. Meletakan kepala di atasnya kemudian menatap Resi.

"Kurang baik gimana? Dia berubah jadi jelek?"

Hana menggeleng.

"Terus?"

Hana mengembuskan napas sebelum akhirnya ia menceritakan semua yang belum diceritakan pada Resi. Termasuk tentang Ari yang sedang sakit dan akan segera di operasi.

"Gue gak nyangka kalau gue akan ngalamin hal kaya beginian juga," keluh Hana.

Alis Resi bertaut. "Namanya juga jalan hidup. Gak akan ada yang tahu bakalan gimana."

i'm yoursNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ