spesial chapter (part 1)

9.9K 721 107
                                    


AlifOctavian:
Coba ke rumah Pak Kodir, mamang yang dulu suka jualan permen kapas ke komplek kita. Masih inget 'kan?
Jangan bilang lu insomnia.
Eh amnesia.
Rumahnya di Gg. Garuda, cuma kehalang dua rumah aja dari jalan.
Sebagai ucapan terima kasih, besok tolong kirim orang bengkel ke rumah gue. Gue mau pasang soundsystem di mobil tapi malas ke bengkel. Oke!

GhifariSyauqi:
Ok.

Tidak ingin banyak membuang waktu dan juga karena  sedang dalam keadaan mengemudi akhirnya Ari hanya membalas chat Alif dengan jawaban itu saja. Lagipula Alif pasti paham dan tidak akan menuntut lebih.

Setelahnya Ari pun melajukan mobilnya menuju alamat yang diberikan Alif, sambil berharap Pak Kodir  yang dimaksud Alif ada di rumahnya dan masih menjual permen kapas. Sebab tinggal dari sanalah satu-satunya harapan yang dia punya agar bisa pulang.

Memikirkan itu tiba-tiba saja Ari jadi ingin tersenyum. Bagaimana bisa hanya karena ancaman sekantung permen kapas dia jadi merasa ketar-ketir seperti ini.

Sepuluh menit berlalu, setelah menempuh perjalanan kurang lebih 6km akhirnya Ari sampai di sebuah gang yang di gapuranya dihiasi lambang Garuda.

Usai memarkirkan mobil di pelataran counter handphone yang sudah tutup, Ari pun bergegas turun dan segera berjalan ke arah gang.

Ada dua bangunan rumah dua lantai yang Ari lewati sebelum akhirnya dia sampai pada sebuah rumah sederhana yang di halamannya terparkir lima unit motor bebek dan di masing-masing motor tersebut dipasangi sebuah box bertuliskan; Arum Manis. Hj. Kodir.

Ari tidak bisa menahan senyum, dia merasa bersyukur karena merasa sedikit terbantu. Meskipun belum yakin jika permen kapas yang dicarinya ada, tapi setidaknya ada sedikit harapan. Harapan bisa pulang.

Berdeham pelan, Ari kemudian mengucap salam sambil berpegangan pada pagar besi yang sebagiannya sudah tampak berkarat.

"Assalamualaikum," ucapnya lagi, saat tidak mendapat respon dari penghuni rumah.

Kali ini seorang perempuan baya berkerudung keluar dari rumah, melempar senyum sambil menjawab salamnya. "Waalaikumsalam. Maaf Mas, mau cari siapa?" tanyanya, menghampiri Ari.

Ari menghela napas lega. "Saya nyari rumah Pak Kodir, Bu, yang jual permen kapas."

Si ibu membuka pintu pagar semakin lebar sambil tersenyum. "Oh, kebetulan ini memang rumahnya. Silahkan masuk dulu, Mas. Bapaknya ada di dalam lagi makan."

Ari mengangguk, segera saja dia beranjak masuk mengikuti ibu tersebut.

Setibanya di ruangan yang Ari yakini sebagai ruang keluarga, si Ibu mempersilahkannya duduk sambil berkata kalau ia akan mengambilkan minum sekaligus memanggil Pak Kodir.

Berselang tiga menit, si Ibu muncul membawa nampan diikuti seorang lelaki paruh baya memakai kain sarung dan kaus oblong.

"Ini Pak, tamu yang saya bilang nyari Bapak," ujar si Ibu seraya menyimpan secangkir teh juga setoples kue ke hadapan Ari. Kemudian berpamitan kembali ke dapur.

Ari langsung berdiri dari duduknya lalu menyalami Pak Kodir. "Maaf Pak, saya ganggu istirahatnya."

Pak Kodir tersenyum, dengan tangan kanannya dia memberi isyarat supaya Ari kembali duduk sebelum dia ikut duduk di sebelahnya. "Wah gak apa-apa, Mas. Bapak justru senang. Kata orang kalau kedatangan tamu itu berarti kedatangan rezeki."

Ari tersenyum. "Syukurlah kalau begitu."

"Ngomong-ngomong ada keperluan apa ya, Mas?" tanya Pak Kodir, rasa penasaran terlihat jelas di wajahnya.

i'm yoursWhere stories live. Discover now