BadBoy 13

209K 14.4K 304
                                    

Megan melamun menatap layar ponselnya yang hitam. Ia baru selesai mengabari kedua orang tuanya juga ketiga sahabatnya kalau dirinya sudah dalam bus menuju ke Las Vegas bersama rekan kerjanya yang lain.

Ia juga tidak lupa mengabari Ed yang katanya akan menyusul besok dari D.C. pagi-pagi.

Namun, alih-alih merasa lega, ia malah semakin gelisah.

Kegelisahan itu mulai dirasakan Megan sejak kejadian di subway pagi beberapa hari yang lalu. Alceo Marvello Tyler.

Setelah seenaknya bersikap lembut kepadanya, laki-laki itu menghilang tanpa jejak esok harinya hingga pagi ini ketika Megan akan bertolak ke Las Vegas bersama kru lainnya.

Apa Alceo tahu aku ke Las Vegas hari ini? Apa sebaiknya aku beritahu saja? Megan tahu kalau kegelisahan yang berujung pada pemikiran asal itu sangatlah diluar kendalinya.

Hanya karena Alceo berlaku seperti Playboy tobat kepadanya, bukan berarti laki-laki itu benar-benar sudah berubah. Bisa saja laki-laki itu kini sedang menghabiskan waktunya dengan wanita lain lagi? Ya, bisa saja!

"Baiklah...," putus Megan kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas kecil yang ia bawa. Ia memutuskan untuk tidak bertindak bodoh dengan mengabari Alceo. Belum tentu laki-laki itu peduli. Dan juga... ia bahkan tidak tahu nomornya!

Megan memang bodoh, tidak bisa disangkal lagi.

Bus yang membawa Megan beserta rombongannya berhenti di sebuah rest area.

Seorang laki-laki bertubuh sedikit gemuk yang merupakan pengganti peran Ed sebagai penanggung jawab dan juga Manager Marketing yang baru, berbicara di dekat supir. Mengatakan kalau bus akan berhenti untuk mengisi bahan bakar dan mereka boleh turun selama 10 menit untuk sekedar meregangkan tubuh, atau ke kamar kecil.

Megan menatap kesepuluh jemarinya, terbiasa menatap ponselnya selama perjalanan tadi. Ia lalu meringis. Lebih baik aku cuci muka saja!

***

Alceo belakangan sengaja menyibukkan dirinya. Lebih tepatnya, sejak ia memutuskan untuk menaik Subway dan menghabiskan paginya bersama Megan.

Oke, itu terdengar salah. Tapi memang begitu kenyataannya. Ia menghabiskan paginya dengan menaiki kendaraan umum, menunggu taksi, berangkat kerja bersama, berbincang sepanjang perjalanan, dan yang paling 'not his style' menurut Alceo adalah membelai kepala Megan.

Yang terakhir itu yang hingga sekarang membuatnya tidak bisa menatap wajah Megan akibat rasa malu.

Ia sudah berhadapan dengan lebih dari 100 wanita selama ini. Namun tidak ada yang pernah membuatnya seperti cacing kepanasan dan juga kucing jinak yang memilih bersikap lembut pada lawan jenisnya.

Ia malah merasa takut akan apa yang ia rasakan pada Megan saat ini.

Cinta bisa membuat seseorang menjadi bodoh dan juga menakutkan. Alceo mengerti sekarang kenapa adik kembarnya bisa menjadi sosok yang berbeda ketika gadis itu jatuh cinta.

Dirinya juga demikian sekarang. Malah, sangat berbeda. Kalau biasanya setiap malam ia selalu akan menghabiskan waktu dengan wanita lain, semenjak hidupnya bersinggungan dengan Megan, dirinya bukan lagi Alceo yang dulu.

Ini seperti hukum karma nyata yang di hadapkan langsung pada Alceo.

Kalau seumur hidupnya ia tidak pernah cukup dengan satu wanita, kini ia malah dibuat penasaran oleh satu wanita yang mengisi kepalanya 24 jam.

Kalau dulu ia tidak menghargai cinta, maka kini, cintanya yang sedang menjadi permainan.

Tapi kenapa Megan sangat imun terhadap dirinya? Apa yang membuat Megan sangat membenci diriny- ah tidak. Megan sudah mengatakannya. Wanita itu membenci seluruh hal yang wanita lain gilai.

Bad Boy CEO And I [#MFFS 3]Where stories live. Discover now