BadBoy 18

190K 13.9K 177
                                    

2 minggu berlalu dengan Megan yang terus menerus mencoba untuk menghindari Alceo. Gadis itu memilih untuk menghabiskan waktu istirahatnya dengan makan di meja kerjanya, atau sekedar bersembunyi di pantry hingga Claire datang membawakan makanan untuknya, seperti yang sedang ia lakukan sekarang ini.

Alasannya cukup mudah. Ia hanya ingin memperkecil kemungkinan untuk tanpa sengaja bertemu dengan laki-laki itu lagi sampai ia menyelesaikan magangnya.

Kejadian di lift waktu itu, dan juga perbincangan terakhir mereka kala itu sedikit banyak membebani ketenangan Megan kini.

Ia mungkin bisa berkata kalau dirinya tidak peduli. Tapi nyatanya selama 2 minggu terakhir, kepalanya tidak pernah absen memikirkan Alceo dan merasa sakit hati, lagi.

Wait, itu bukan berarti Megan mengakui perasaannya sendiri. Di benaknya, ia hanya merasa kesal karena Alceo memperlakukannya dan juga wanita yang tengah mengandung anaknya sama. Sama-sama tidak berharga dan memiliki arti apapun.

Lalu apa kalau anak itu bukan anak Alceo? Dan kalau anak itu benar anak Alceo, kenapa?

Semua itu benar-benar membuat kepala Megan pecah.

Aku akan melakukan test DNA pada anak itu begitu usia kandungan Barbara memasuki 10 minggu. Kalau terbukti anak itu bukan anakku, maka kau-

Megan menggeleng. Apa yang ingin Alceo katakan hari itu?

"Tidak, Megan, berhenti! Dengan mempertanyakan jati diri bayi itu saja, itu sudah menjadi bukti seberapa tidak bertanggung jawab laki-laki itu! Berhenti memikirkannya, idiot!" Gerutu Megan pada dirinya sendiri.

Kalau terbukti anak itu bukan anakku, maka kau- "Ahhh sial!" Megan mengacak rambut panjangnya kasar setelah sekali lagi pikirannya tidak menurut.

Tok tok tok

Megan mendongak. Mengira kalau yang mengetuk pintu Pantry barusan adalah Claire dengan makanan pesanannya, Megan membuka pintu itu tanpa ragu. Detik berikutnya ia menyesal dan segera mencoba menutup pintu Pantry itu lagi namun gagal karena tertahan oleh sepatu pantofel hitam milik -siapa lagi kalau bukan- seseorang yang sudah berhasil memporak-porandakan ketenangannya dua minggu ini.

"Berhenti menghindariku, Meg," ucap Alceo. Tanpa usaha berarti, ia berhasil menahan pintu di hadapannya. "Aku membawakan roti untukmu, makanlah atau kau akan kelaparan."

Megan berdecak. Ingin mengusir Alceo, tentu saja kedudukan Alceo lebih tinggi daripadanya. Ia hanya akan menambah daftar panjang gosip dirinya kalau melanjutkan tingkah kekanak-kanakan ini.

Megan kemudian memilih untuk menyerah dan membuka pintu itu hingga sosok Alceo kembali terlihat nyata di hadapannya.

Alceo menghela nafas lega dan menarik sedikit senyumnya begitu melihat raut tidak bersahabat wanita yang 2 minggu ini menghindarinya dan hanya bisa ia lihat melalui kamera pengintai secara diam-diam.

2 minggunya sebelum ini terasa seperti neraka. Apalagi karena Barbara serius dengan ucapannya untuk menghuni Apartemen miliknya hingga membuat Alceo terpaksa mengungsi ke Mansion keluarganya, mendengar kata-kata juga raut kecewa kembaran dan orang tuanya berulang kali.

Sampai sekarangpun Alceo masih tidak percaya kalau Barbara tengah hamil anaknya. Karena yang Alceo tahu, wanita di hadapannya ini yang sudah membuat dunianya jungkir balik dan menjadi tidak memiliki minat pada wanita manapun. It has to be her.

Mungkin itu juga alasan Alceo nekat menghentikan aksi menghindar Megan dengan menemui wanita itu detik ini.

Alceo membuka mulutnya seraya melangkah masuk. Megan sedikit terkejut meski ia tahu kalau kedatangan Alceo bukan hanya sekedar memberi roti, langsung memutuskan untuk berjalan melalui Alceo.

Bad Boy CEO And I [#MFFS 3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang