BadBoy 22

194K 13.1K 227
                                    

Jangan lupa Vote dan Comment ya 🙏🙏🙏

***

Perasaan Alceo jauh lebih baik ketika kembali ke mansion Keluarganya malam itu.

Megan memang hanya membiarkannya memeluk sampai ia merasa jauh lebih tenang tanpa berbicara apapun. Tepukan-tepukan kecil di bahunya juga membuat merasa lebih nyaman. Seakan Megan sedang mencoba mengutarakan kalau Alceo tidak sedang menghadapinya sendirian.

Tapi tentu saja itu hanya perasaan Alceo, karena Megan tidak tahu apa yang sedang ia hadapi. Bahkan Alceo tidak tahu apakah Megan akan berlari ribuan langkah menjauh kalau Alce memintanya menjadi ibu dari anaknya nanti.

Bicara mengenai Anak, Alceo merasa ia tidak bisa menunda lebih lama lagi proses pengecekan DNA tersebut. Ia telah menemukan rumah sakit yang tepat untuk menjalankan prosedur itu dengan usia kehamilan Barbara yang masih tergolong belia untuk menjalani proses itu.

"I'm home." Alceo berjalan menuju ke tangga mansion mewah itu sambil sibuk dengan pemikirannya.

Kalau ia membawa Barbara menjalankan prosesur itu, itu artinya ia harus meninggalkan Megan disini sendirian. Bukan berarti wanita itu tidak rela untuk ditinggalkan, bahkan mungkin Megan akan menari-nari karena tidak akan ada laki-laki yang menggodanya sembarangan lagi selama beberapa hari. Hanya saja, Alceo tidak yakin ia bisa berlama-lama berjauhan tanpa melihat perlawanan Megan.

"Marvel? Kau baru pulang?!" Suara Auryn yang tiba-tiba berlari keluar dari ruang makan dengan wajah terkejut, mengejutkan Alceo.

"Tentu saja. Kau bisa melihat sendiri aku masih memakai jas kerja, kan?" gerutu Alceo. "Kau sendiri, kenapa kau masih dibawah tengah malam seperti ini?"

"KAU BARU PULANG? KAU TIDAK SEDANG MENGERJAIKU, KAN?!" Teriak Auryn memaksa Alceo untuk bergegas mendekati gadis kembarannya itu dan membungkam bibirnya.

"Sudah malam, Auryn! Kau mau membangunkan Mommy dan Daddy?!" Omel Alceo.

Mata Auryn terbelalak dan langsung melepas tangan Alceo dengan satu hentakkan kasar. "Tanganmu bau alkohol!" Serunya.

Alceo meringis. "Apa perlu aku memberimu pengeras suara? Kau mau Mommy dan Daddy memarahiku, iya kan?" Tuding Alceo.

Wajah terkejut Auryn berubah menjadi penuh senyuman dan sedetik kemudian berubah lagi menjadi kesal. "Si bodoh itu membohongiku!" Geruru Auryn sebelum berlari meninggalkan Alceo yang kebingungan.

"Si bodoh? Si bodoh siap- Auryn kau mau kemana?!" Teriak Alceo sebelum mengikuti Auryn yang sudah berlari ke lantai dua dan menuju ke kamar yang sudah beberapa bulan belakangan ini kosong. Jangan katakan-

Untuk meyakinkan asumsinya, ia kembali melangkah setelah sempat terhenti beberapa saat untuk mengecek kebenaran dengan mata kepalanya sendiri.

***

Megan berdiri dengan gugup di depan pintu Lobby perusahaan yang sudah hampir setengah tahun ia datangi. Pandangannya menatap pantulan diri dari kaca jendela gedung.

"Meg, tenanglah sedikit. Tenanglah. Kemarin hanya pelukan. Kau bahkan pernah melakukan sesuatu yang lebih dari itu dan masih berani menatap matanya," gumam Megan berusaha mengatur napasnya. "Ah iya, kemarin hanya pelukan. Pelukan yang tidak memiliki maksud apapun. Sadarlah sedikit, Megan!!!" Tepukan kecil Megan berikan ke pipinya sendiri sebagai hukuman untuk menjadi wanita lemah.

Orang-orang yang belalu melewati Megan hanya bisa menoleh bingung melihat Megan berbicara bahkan menampar diri sendiri. Sedangkan yang di perhatikan tidak sadar kalau dirinya sedang menjadi objek tontonan.

Bad Boy CEO And I [#MFFS 3]Where stories live. Discover now