BadBoy 17

191K 14K 293
                                    

Jangan lupa Vote dan Comment 😊😊😊

***

Pesawat pribadinya baru saja mendarat 10 menit yang lalu, tapi ia sudah harus kembali ke kesibukannya di kantor sebagai seorang pemimpin.

Satu minggu di New York untuk menyelesaikan kekacauan yang ia perbuat, -yang sejujurnya, Ia sendiri tidak ingat-, cukup menguras seluruh energinya.

Pesan singkat yang memang berisi pesan yang sangat singkat tempo hari, mampu mengubah seluruh jalan hidupnya dalam sekejap mata.

Sebuah kenakalan yang hanya berupa keisengan, mengakibatkan dirinya terjerumus dalam sebuah masalah. Masalah yang sampai sekarang terasa seperti mimpi buruk untuknya.

"Kau tidak akan menemaniku pulang?" Tanya wanita yang duduk di sebelahnya.

"Masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan," jawab Alceo ketus.

"Baiklah aku iku-"

"Jangan menambah beban pikiranku, Barb!" Gerutu Alceo. "Apa tidak cukup dengan aku menemanimu seminggu penuh di New York Fashion Week dan muncul di media sebagai tunanganmu?"

"Kau memang tunanganku sekarang, kan? Kenapa kau pura-pura amnesia?" Wanita bernama Barbara itu terkekeh sambil mendekatkan duduknya agar bisa bersandar di lengan Alceo. "Apa aku perlu mengingatkanmu setiap detail malam itu sampai-"

"Cukup!" Suara Alceo memutuskan. Alceo menatap tajam kearah wanita ular di sebelahnya dan ia menarik nafas dalam untuk mengontrol emosinya.

"Kau masih tidak percaya kalau aku mengandung anakmu?"

"Apa masih perlu kau tanyakan?"

Barbara terdiam. Ia lalu menarik tubuhnya menjauh dan bersedekap menantang Alceo. "Baik, kau mau menjalankan tes DNA dengannya? Aku tidak takut. Tapi kau harus menunggu usia kandunganku masuk ke minggu ke-10."

"Omong kos-"

"Kau takut? Apa yang kau takutkan? Kalau ternyata anak ini bukan anakmu, atau... kau takut kalau ternyata anak ini benar-benar anakmu?" Tantang Barbara. Wanita cantik berambut pirang yang entah bagaimana kini terlihat seperti berada di atas awan menikmati kegusaran Alceo.

Mobil yang membawa Alceo dan Barbara berhenti di lobby gedung perusahaan Alceo sebelum ia sempat menjawab pertanyaan tantangan Barbara.

"Kau sudah sampai, Marvel," raut wajah Barbara berubah dari menantang, jadi penuh dengan senyuman. Tangannya kemudian merapikan kerah juga dasi Alceo dengan gerak sedikit menggoda. "Aku akan menunggumu di Apartemen. Jangan pulang terlalu larut, ok?"

Alceo mendengus dan melepas dan menahan kedua tangan kecil Barbara dari kemejanya. "Kau kira aku-"

Tangan Barbara menangkup kedua pipi Alceo, lalu dengan cepat Barbara membungkam bibir laki-laki itu dengan kecupan. "Aku taku, aku juga tidak sabar dengan malam nanti. Seperti malam-malam penuh kehangatan seperti sebelumnya." Barbara terkekeh sementara Alceo tercengang.

Sememalukan apapun dirinya dulu, setidaknya ia tidak separah ini. Bukan begitu? Ia memang tidak peduli akan kehadiran supir di depannya dulu. Tapi sekarang, ia tidak mengerti kenapa kehadiran supir itu malah semakin membuat harga dirinya terinjak ketika ia tidak bisa melawan Barbara dan mendominasi wanita itu seperti biasanya.

Ketika Alceo mencoba melirik kearah supirnya, matanya menangkap bayangan seorang wanita berambut pirang juga bertubuh proporsional dengan balutan rok span dan kemeja merah muda, melintas di depan mobilnya dengan gerak tergesa-gesa.

Rasa rindu akibat sudah seminggu ia tidak melihat wanita itu, membeludak di dada Alceo. Ia memilih mengabaikan Barbara dan segera keluar dari mobil itu tanpa menoleh kearah Barbara lagi meski wanita itu memanggilnya berkali-kali.

Bad Boy CEO And I [#MFFS 3]Where stories live. Discover now