no promises

12K 819 1K
                                    

Bagian 4 |
maybe we should keep it simple

Bagian 4 |maybe we should keep it simple

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yuhuuu Lines muncul lagi malming ini~

Respons part kemarin membuatku senang✨✨
Vote dan komen lagi, mau?

▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂

"Lo bakalan gak bisa nyetir kalo lo minum sekali lagi."

Dean langsung mengalihkan pandangannya pada gelas yang telah habis isinya itu ke arah Geraldi yang baru saja menepuk punggungnya lalu duduk di sampingnya. Yang perlu temannya itu tahu, Dean seratus persen masih sadar. Dan tidak ingin menanggapi ucapan Geraldi tadi, Dean memperhatikan kembali gelas kosong di depannya yang sedang tangan kanannya putar dengan sorot mata yang tidak terbaca. "Salah gue emang semuanya," kata Dean tiba-tiba, pelan.

Geraldi di sebelahnya masih bisa mendengar itu. Dan sebelum menyahuti perkataan Dean barusan, Geraldi menghisap kuat-kuat rokok di mulutnya lalu mengembuskan asap abu-abu itu ke udara. "She will be fine. Percaya sama gue."

Alasan mengapa di tengah malam ini Dean malah berada di night club adalah untuk melupakan bayangan-bayangan yang sialnya menghantuinya di saat-saat seperti ini. Jika tertidur bisa menghapus itu semua, Dean pastinya akan memilih untuk tertidur. Tetapi siapa yang bisa menyangka bahwa di dalam mimpi pun bayang-bayang mengerikan itu masih saja dapat menghampirinya. "Gimana kalo enggak?" sangkal Dean yang akhirnya melihat juga ke arah lawan bicaranya itu.

"Kenapa lo jadi pesimis gini? Fuck it. Buang tuh pikiran buruk lo." Geraldi menghancurkan rokoknya itu yang ia tekan ke atas meja. "Dia bakalan baik-baik aja, Man. Lo cuma harus lebih sabar lagi buat nunggu."

Satu hal yang dapat Dean tarik dari ucapan Geraldi ialah menunggu. Dean menampilkan senyum kecutnya. Tetapi mau sampai kapan? Ini jelas seperti menunggu hal yang tidak pasti. Dan hal yang tidak pasti lebih baik ditinggalkan meskipun tak ingin, kan?

"Abby mana? Biasanya dia kayak bayangan lo." Geraldi mengubah topik pembicaraan. Kedua matanya mulai menelusuri setiap sudut ruangan gemerlap itu dan tidak menemukan sosok yang ia cari-cari.

Dean menyisir rambutnya ke belakang sebelum suara beratnya itu terdengar. "Abby lagi di rumahnya." Dan sepulang dari sini, Dean ingin menemui gadis itu nanti. Abby yang bisa mengerti dirinya. Abby yang masih saja bisa bertahan di sisi Dean yang Abby pun tahu betapa buruknya Dean. Masih bisa dikatakan beruntung memang Dean memiliki Abby. Tidak bisa dibayangkan juga jika Abby meninggalkannya.

Meninggalkannya. Hm.

"Seharusnya lo larang Abby buat deket-deket sama si Sean." Geraldi menyandarkan punggungnya pada meja. Pikiran itu langsung terlintas.

1.3 | lines ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang