one those of nights

4.9K 390 345
                                    

Bagian 38 |
thought that the world was ours

Bagian 38 |thought that the world was ours

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kangen?

Vote dan komen yaw✨✨
▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂

Kinan menutup kedua matanya rapat-rapat. Mencoba untuk tidak memikirkan kejadian tadi malam yang hampir saja—jika Dean terlambat datang, mungkin akan membuatnya kehabisan napas karena dicekik terlalu kencang. Dan di hari Selasa ini Kinan memilih untuk tidak masuk sekolah. Hanya berbaring di tempat tidurnya.

Seharusnya dulu itu lo yang mati, Kinan.

Dulu itu lo yang mati.

Dulu.

Mati.

Kepala Kinan menggeleng. Jarinya menyentuh lehernya yang agak membiru. Beruntung Ayah tidak bertanya lebih lanjut mengenai; mengapa Kinan memilih untuk tidak masuk sekolah hari ini. Dan Kinan dengan begitu berhasilnya meyakinkan Ayah.

Tidak ingin membuat Adam khawatir, Kinan juga sudah memohon pada Dean untuk tidak menceritakan hal buruk itu pada Adam. Apalagi Kinan merasa sudah banyak membuat Adam memiliki beban.

"Ki."

Merasa dipanggil, Kinan membuka kedua matanya. Mengubah posisinya juga untuk melihat Gio yang kini sedang mendekat ke arahnya lalu duduk di tepi tempat tidur. Masih mengenakan seragam sekolahnya.

Kinan mendudukkan tubuhnya. "Gio." Dan lantas memeluk leher Gio erat. Memejamkan matanya lagi di sana. Merasakan tangan Gio mengelus rambut panjangnya hingga ke punggung. Kehadiran Gio yang memang Kinan harapkan.

Gio terdiam beberapa saat. Melihat Kinan sakit begini, dirinya juga ikut sakit. "Sori gak bisa ada di deket lo tadi malem. Masih sakit?" Gio perlahan melepaskan tangan Kinan. Menyingkirkan rambut Kinan juga yang menutupi lehernya yang membiru itu. Dengan ibu jarinya dan sangat hati-hati Gio mengusap bekas memar di leher Kinan.

Gio pernah membuat tanda yang sama seperti itu di tubuh Kinan. Dan dalam hal ini, Gio sangat menyesal. Mengingatkan Kinan pada Bundanya dan kini Kinan merasakan hal itu lagi. Terbayang masa lalunya lagi. Gio harus apa?

"Udah gak begitu, Gio." Kinan menjawab dengan mengangkat kedua sudut bibirnya ke atas.

Mengapa orang bisa dengan mudah menutupi rasa sakit mereka?

Lalu, yang Gio lihat kini Kinan menundukkan kepalanya. Tangan Gio beralih merapikan rambut panjang Kinan dengan segala kemungkinan-kemungkinan buruk yang mengerubungi kepalanya. Siapa yang membuat Kinan seperti ini?

1.3 | lines ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang