i don't even know your name

6.2K 458 575
                                    

Bagian 29 |
you'll never know what you did to me

Bagian 29 |you'll never know what you did to me

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kembali kerutunitas awal, up malming ehe

Enjoy.. sori typo✨✨
▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂

Gio merasakan tubuhnya terdorong ke belakang hingga membentur tembok. Pertiwi sudah beberapa menit yang lalu membunyikan bel istiharat. Tadinya Gio berniat setelah dari toilet di lantai tiga ini, dirinya akan langsung menuju ke kantin lantai satu tetapi Rama di depannya sekarang membuat Gio mengurungkan itu. "Apaan lagi sih, Ram?" Dengan sikap sesantai mungkin Gio menepis kedua tangan Rama di kerah seragamnya itu.

Sungguh berbeda sekali dengan Rama yang seperti ingin menghabisi Gio sekarang juga. Lalu, Rama mendengus. "Gimana rasanya udah ngejilat ludah sendiri?" Sindiran yang Rama keluarkan memang begitu kentara dan tepat sasaran karena bisa dengan jelas Rama liat perubahan di wajah Gio kini.

Tentu saja Gio paham betul apa yang Rama coba katakan padanya. Rahang Gio mengencang. Tetapi beruntungnya, Gio masih dapat menahan untuk tidak melayangkan pukulannya pada Rama. Kemudian, yang Gio lakukan adalah melihat para murid-murid yang berlalu-lalang di belakang Rama itu dengan tatapan yang berbeda-beda ke arahnya. Gio menunduk sebentar. "Kinan butuh gue," katanya pelan seraya mengingat Kinan yang menangis di malam itu.

Mendengar ucapan Gio barusan, Rama berdecak. "Dia gak butuh cowok kayak lo, Yo!" sangkal Rama dengan tatapan meremehkan. Dan Rama tidak percaya bahwa Gio mengatakan itu dengan lancarnya.

"Di awal lo bilang lo gak akan deketin Kinan lagi. Lo inget?" lanjut Rama dan perkataan Gio di hari itu terngiang kembali. Gio yang memang mengatakan itu padanya. Memohon pada Rama juga. Dan bisa-bisanya Gio malah melupakannya bagai angin lalu. Jika sudah seperti itu, Rama harus mengingatkannya kan?

Terlihat kepala Gio mengangguk perlahan. "Ya."

"Dan lo kemaren malah ngajak dia ke rumah lo!"

"Yang kayak tadi gue bilang Kinan butuh gue," sahut Gio masih dengan berusaha untuk tetap tenang. Tidak mungkin juga Gio meninggalkan Kinan sendiri di sana. Dan yang pasti—setelah berdebat dengan pikiran-pikirannya serta mengingat semua konsekuensi yang akan didapat, Gio memutuskan untuk memperbaiki hubungannya dengan Kinan.

"Lo cuma bisa nyakitin dia doang, Yo. Lo sadar gak?!" Sentakkan Rama memang tidak kencang, hanya bisa terdengar oleh mereka berdua. Namun betapa berefeknya itu pada Gio. Dirinya seperti tersentil.

Gio memperhatikan jari-jari tangannya sebentar dan melihat ke arah Rama lagi. "Emangnya lo gak, Ram?" Dan mulai memperlihatkan senyumannya perlahan. Rama langsung terdiam seketika itu juga. "Kalo lo mau tau Kinan berkali-kali cerita sama gue, dia gak suka sama sifat posesif lo. Lo yang larang dia ini-itu. Lo sadar juga?" Gio menambahkan.

1.3 | lines ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang